SKOR.id – Kejuaraan Dunia Grand Prix Formula 1 2023 baru akan memasuki putaran keenam saat digelarnya GP Monako pada akhir pekan depan (26-28/5/2023). Namun, duet pembalap Tim Oracle Red Bull Racing, Max Verstappen dan Sergio Perez, seolah bersaing sendiri di depan.
Keduanya kini menempati posisi 1-2 di klasemen dengan hanya 14 poin yang memisahkan antara Verstappen dan Perez di peringkat kedua. Fernando Alonso (Aston Martin Aramco Cognizant F1 Team) yang berada di P3, terpaut hingga 44 poin dari Verstappen.
Melihat dominasi Red Bull saat ini, banyak yang memprediksi hanya Verstappen dan Perez yang akan bersaing memperebutkan gelar juara dunia, dengan nama pertama diyakini akan meraih trofi ketiganya secara beruntun (setelah sukses pada 2021 dan 2022).
Para pesaing Verstappen dari Scuderia Ferrari maupun Mercedes-AMG Petronas F1 Team hingga kini masih berkutat pada problem teknis. Charles Leclerc (Ferrari) yang bersaing ketat dengan Verstappen pada musim lalu, tidak bisa berbuat banyak.
Sejatinya, apa yang menjadi kekuatan bagi pembalap asal Belanda itu, selain kehebatan para teknisi Red Bull dalam mendesain mobil dan mesin.
Ketenangan adalah kebajikan dari yang kuat dan Verstappen mempelajarinya di lapangan. Verstappen “lama” kerap menabrak tembok, yang meskipun berbakat tetapi juga tidak dewasa dan kerap gugup.
Seiring berjalannya waktu dan banyaknya pengalaman, Verstappen berubah menjadi pembalap yang sangat dewasa. Gelar juara dunia pertamanya memang membantu. Namun, sejatinya ia telah memulai proses ini jauh sebelum 2021.
Sekarang, bahkan jika dia menginginkannya, tidak ada seorang atau apa pun yang dapat membuatnya gugup. Sifat pemberontaknya memang masih terlihat beberapa kali, misalnya soal masalah teknis dengan Red Bull atau setelah perselisihan dengan Perez tahun lalu.
Dalam obrolan terbarunya dengan media, Verstappen menjelaskan proses pertumbuhan pribadi dan profesional yang membawanya ke puncak dunia Formula 1. Secara tidak langsung, ia menasihati mereka yang – seperti Charles Leclerc – sekarang memainkan peran yang sama yang dia mainkan selama bertahun-tahun.
“Saya pikir saya telah belajar untuk menjadi sangat sabar selama bertahun-tahun. Butuh kesabaran untuk menang. Saya selalu percaya pada proyek karena cara saya melihat orang bekerja dan motivasi mereka untuk benar-benar kembali ke puncak,” ujar Verstappen.
“Anda tidak dapat memaksakan situasi dan berkata: ‘Kami adalah kekuatan ketiga dan sekarang kami harus menang’. Ini semua sebuah proses. Anda mengambil beberapa orang, mungkin di posisi yang berbeda. Lalu, Anda membentuk kelompok yang baik dan pada titik tertentu, dari satu tahun ke tahun berikutnya, terjadi lompatan nyata.”
Max Verstappen menjelaskan dirinya mempercayai proses yang dilakukan – baik pribadi maupun di tim – karena ia dan tim merasa sudah menuju ke arah yang benar. Tapi ada beberapa tahun ketika kesepakatan soal mesin lalu berantakan dan itu agak sulit.
“Terkadang kami memiliki paket yang bagus tapi kemudian kami kekurangan kecepatan. Itu yang membuat pembalap sangat sulit untuk menunjukkan potensi yang sebenarnya,” tutur Verstappen.
“Ketika Honda datang, ada sedikit pekerjaan yang harus dilakukan. Namun, setelah satu tahun kami sangat kompetitif. Tidak mudah untuk bersabar, tetapi kadang-kadang Anda harus melakukannya.”