- Mario Suryo Aji akan jadi satu-satunya wakil Indonesia pada Moto3 2022.
- Dia diharapkan bisa memutus tren buruk pembalap Indonesia dalam ajang tersebut.
- Mario Suryo Aji tak sabar mengarungi musim pertamanya sebagai pembalap reguler di Moto3.
SKOR.id - MotoGP akan menyambangi Indonesia, tahun depan, lewat seri debutan di Sirkuit Jalan Raya Mandalika. Ada satu pembalap yang akan mewakili Merah Putih di lintasan balap, Mario Suryo Aji.
Mario bukan sosok tanpa pengalaman di atas kuda besi. Setelah "lulus" dari Asia Talent Cup, sang pembalap bersinar kala mengikuti CEV Moto3 series dan the Red Bull Rookies Cup pada 2019.
Total tiga musim sudah dia habiskan dalam dua kompetisi tersebut hingga pembalap berusia 17 tahun ini mendapat kesempatan untuk tampil dalam Moto3.
Mario pun sebenarnya sudah mencicipi seri balapan kejuaraan itu, awal tahun ini, di Misano. Saat debut di Moto3, dia hadir dengan status pembalap wildcard.
Bahkan, dia telah mendapatkan kesempatan keduanya di Portimao, Portuga, meski akhirnya gagal tampil karena mengalami cedera saat latihan.
Mario memang bukan nama pertama dari Indonesia yang tercatat sebagai rider Moto2 atau Moto3 dalam beberapa musim terakhir.
Namun, nama-nama tersebut juga belum menampilkan hasil yang maksimal, terlebih muncul sebagai calon pembalap di kelas MotoGP.
Fakta ini membuat Mario diharapkan bisa memutus tren tersebut dan tampil sebagai nama Indonesia pertama di kelas premier di masa depan.
Jika masa itu benar-benar datang, Mario akan bisa merasakan berlomba satu lintasan dengan sang idola, Marc Marquez.
Dalam sesi wawancara bersama Motorsport.com, Mario berbagi soal visinya menyongsong musim baru yang tak lama lagi bergulir.
Apa yang kamu targetkan untuk langkah selanjutnya pada Moto3 2022?
Saya merasa bersemangat untuk musim pertama di Moto3. Ini impian yang menjadi kenyataan dan saya tak sabar untuk memulai. Saya memiliki pengalaman di satu seri (di Misano), saat itu semua pembalap sangat cepat, jadi saya perlu beradaptasi lebih cepat sejak awal musim.
Sayang sekali, saat debut saya sangat sulit beradaptasi. Jadi untuk musim depan, saya perlu beradaptasi dengan cepat dalam situasi apapun. Setelah tiga musim di CEV Moto3, saya merasa siap untuk melangkah ke Moto3. Saya sudah tahu semua sirkuit Eropa dan motornya (di CEV Moto3 dan Moto3) sangat mirip. Ini akan sulit, tetapi saya optimistis bahwa saya bisa bersaing.
Apa kamu memiliki target khusus untuk musim pertama?
Hal pertama bagi saya adalah memahami trek dan rival di lintasan, lalu meningkatkan performa sebaik mungkin di balapan. Jika performa saya bisa meningkat, hasil yang baik akan saya dapatkan.
Ketika kamu membalap pertama kali di Eropa pada 2019, apa yang dirasa paling sulit?
Semua pembalap di Eropa sangat cepat dan mereka mengenali trek… dan motornya sangat cepat. Ini juga pertama kali saya mencoba motor prototipe. Saya benar-benar terkejut tapi saya sangat menikmatinya.
Awalnya sangat sulit bagi saya, tetapi kemudian saya bersaing di setiap balapan, hingga saya finis keempat pada balapan debut (di CEV Moto3 di Estoril). Saya juga ada di baris terdepan saat seri Jerez. Tapi sangat sulit untuk mengikuti mereka.
Bagaimana kesan pertamamu terhadap rekan setim di Honda Team Asia, Taiyo Furusato.
Saya senang dia ada di tim karena dia tampil sangat impresif di Red Bull Rookies Cup. Kami seumuran dan tidak ingin kalah satu sama lain! Tapi, saya optimistis bisa belajar darinya dan kami bisa membuat musim yang bagus bersama. Target kami adalah meningkatkan level tim, jadi saya yakin kami bisa melakukannya.
Kamu banyak tinggal di Eropa beberapa musim terakhir dan COVID-19 mempersulit untuk bepergian. Apa kamu rindu kembali tinggal di Indonesia?
Saya tidak punya banyak kesempatan untuk mengunjungi Indonesia - sepanjang tahun ini saya menghabiskan waktu saya di Eropa. Maret hingga akhir musim, saya tinggal di Barcelona, di Spanyol.
Saya tinggal dengan rekan satu tim yang berasal dari Thailand dan Jepang. Jadi, setidaknya saya memiliki rekan untuk diajak bicara dari negara lain dan kami berlatih bersama. Itu menyenangkan..
Tentu saja saya merindukan rumah dan keluarga, itu merupakan salah satu hal tersulit. Tapi, saya tidak punya pilihan selain tinggal di Eropa jika saya ingin mencapai impian. Sulit (memang), tapi saya yakin suatu hari nanti, pengorbanan ini akan terbayar.
Apakah terasa aneh hidup bersama sosok yang juga rival di lintasan balap?
Awalnya terasa aneh, tetapi lambat laun akan terbiasa. Sekarang, semuanya terasa normal.
Bagaimana kamu menghabiskan waktu jika tidak dalam balapan atau latihan?
Rebahan di sofa dan mungkin menonton beberapa film… Saya tak punya banyak energi tersisa untuk hal-hal lain.
Belum pernah ada pembalap Indonesia di MotoGP hingga saat ini. Apakah itu menjadi tekanan untuk menjadi yang pertama?
MotoGP adalah salah satu target saya, mungkin dalam waktu sekitar lima tahun. Jika saya terlalu banyak memikirkannya (tentang jadi orang Indonesia pertama), itu akan menjadi tekanan yang besar.
Tetapi, saya membalap terutama untuk diri saya sendiri dan tim. Balap motor adalah kompetisi yang sangat besar di Indonesia dan saya dapat banyak dukungan dari para penggemar. Saya sangat menghargai dukungan tersebut dan saya pikir ini bisa memotivasi saya lebih banyak lagi.
Tahun depan akan ada balapan MotoGP Indonesia di Mandalika. Bagaimana perasaanmu tentang itu dan apakah kamu sudah menjajal treknya?
Ini akan luar biasa bagi saya dan para penggemar. Saya yakin banyak penggemar akan datang untuk melihat MotoGP dan itu akan jadi acara besar. Saat ini saya belum berkesempatan menjajal trek sebelum balapan, tetapi saya berharap bisa menjajalnya. Kita lihat saja...
Prediksi Manchester City vs Leicester: Si Rubah Ingatkan City Kenangan Pahit Tahun Lalu
Klik link untuk baca https://t.co/yaFwzZUWs4— SKOR.id (@skorindonesia) December 26, 2021
Berita Olahraga Lainnya:
Jantung Ketum PSSI Mau Copot Saksikan Perjuangan Timnas Indonesia
Kaleidoskop 2021: Petarung UFC dengan Pendapatan Terbesar, Conor McGregor Teratas
Kaleidoskop 2021: 7 Momen Penentuan Perebutan Gelar Juara F1