- Kemenpora bekerja sama dengan RS Ortopedi Dr Soeharso, Solo, membangun laboratorium anti-doping.
- Selain menghemat devisa, laboratorium anti-doping dalam negeri juga membuktikan keseriusan Indonesia dalam memerangi doping.
- Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) mengaku bersyukur atas hadirnya fasilitas laboratorium anti-doping di Tanah Air.
SKOR.id - Sebagai bentuk keseriusan dalam memerangi doping, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan membangun laboratorium anti-doping.
Bekerja sama dengan Rumah Sakit Ortopedi Dr Soeharso, Solo, milik Kementerian Kesehatan, Kemenpora mempersiapkan laboratorium anti-doping pertama di Indonesia.
Kemenkes bukan hanya menghibahkan RS Ortopedi Dr Soeharso di Solo, melainkan seluruh fasilitas kesehatan hingga ahli medis untuk bakal calon laboratorium tersebut.
"Indonesia punya komitmen tinggi soal anti-doping. Jumat kemarin kami ke Solo untuk meninjau calon laboratorium anti-doping di Indonesia," katanya, Senin (21/12/2020).
Hal tersebut disampaikan Kemenpora saat penyerahan bonus untuk Citra Febrianti dan Penandatangan Nota Kesepahaman dengan PT Telkom Indonesia Tbk.
Menpora menjelaskan keberadaan laboratorium anti-doping di Solo akan sangat membantu Indonesia. Salah satunya pengeluaran negara ketika atlet mengirim sampel ke luar negeri.
"Indonesia akan memiliki laboratorium anti-doping yang bukan hanya untuk kita, tapi minimal bisa digunakan oleh (negara-negara) Asia Pasifik," katanya.
"Jadi, daripada kita harus mengirim ke luar negeri. Devisa kita juga harus terbang. Sekarang kami siapkan, juga untuk negara lain yang mau mengirim sampel ke Indonesia."
"Mudah-mudahan ini akan menambah komitmen Indonesia (yang) sangat menjunjung tinggi sportivitas, serta mendorong (prestasi) bersih tanpa doping."
Laboratorium ini nantinya juga bakal memudahkan cabang olahraga dalam mendapatkan informasi zat-zat apa saja yang masuk kategori terlarang.
"Kalau sudah ada laboratorium sendiri dan kemudian masih kedapatan ada (atlet yang menggunakan) doping maka itu keterlaluan," Menpora menuturkan.
Wakil Ketua Umum Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI), Djoko Pramono, mengaku sangat terbantu dengan laboratorium anti-doping dalam negeri.
Selama ini, PABSI mengaku kesulitan menggelar kejuaraan nasional angkat besi karena mahalnya biaya tes anti-doping.
"Kami sempat mencoba tes di laboratorium biasa dan WADA (Badan Anti-Doping Dunia) komplain karena cabang kami banyak kemungkinan atlet berusaha melakukan doping."
Sudah menjadi rahasia umum jika angkat besi, utamanya pada kelas atas, rentan dengan penggunaan doping hingga menjadi perhatian dunia.
"Dengan adanya laboratorium anti-doping, alhamdulillah satu kesulitan tidak hanya angkat besi tetapi juga semua cabang olahraga (terselesaikan)."
"Kami memang membutuhkan laboratorium yang diakui WADA," ujar Djoko Pramono yang juga mantan pengurus KONI tersebut.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.
Wawancara Eksklusif Govinda Julian Saputra: Kelemahan Pelatih Timnas Basket Indonesia Cuma Satu https://t.co/php4t84tB4— SKOR Indonesia (@skorindonesia) December 21, 2020
Berita Olahraga Lainnya:
Indonesia Bakal Jadi Negara Ketiga di Asia Tenggara yang Punya Laboratorium Anti Doping
Beri Bonus Citra Febrianti, Kemenpora Ingatkan Atlet soal Bahaya Doping