SKOR.id – Mantan kiper Tim Nasional Indonesia, Kurnia Meiga, belakangan kembali viral karena kedapatan berjualan emping di akun Tiktoknya.
Upaya Kurnia Meiga untuk bangkit dari sisi perekonomian pasca-pensiun dini dari sepak bola memang selalu menjadi sorotan masyarakat.
Mantan kiper andalan Arema FC ini terpaksa gantung sarung tangan pada usia produktif, 27 tahun, akibat penyakit langka bernama papiledema yang menyerang matanya.
Padahal ketika itu Kurnia masih memperkuat Arema pada kompetisi Liga 1 2017 yang masih berjalan.
Seiring memburuknya kondisi kesehatan mata Kurnia, kondisi perekonomian Kurnia pun ikut memburuk.
Bahkan ia terpaksa menjual medali hingga jersey Timnas Indonesia yang menjadi kebangaannya saat masih aktif sebagai pemain.
Lalu, seperti apa sebenarnya penyakit Papiledema yang dialami Kurnia Meiga? Simak penjelasannya berikut ini.
Gejala Papiledema
Papiledema adalah suatu kondisi di mana peningkatan tekanan di dalam atau sekitar otak menyebabkan bagian saraf optik di dalam mata membengkak. Gejalanya:
- Gejala visual mungkin berupa gangguan penglihatan sekilas
- Gejala lain dari peningkatan tekanan di dalam atau sekitar otak termasuk suara mendesis di telinga, sakit kepala, muntah, atau kombinasi keduanya
- Dokter membuat diagnosis dengan melihat mata orang tersebut menggunakan oftalmoskop
- Gangguan yang menyebabkan peningkatan tekanan otak ini diobati sesegera mungkin
Penyebab Papiledema
Papiledema biasanya disebabkan oleh hal berikut:
- Hipertensi intrakranial idiopatik (penyebab paling umum)
- Tumor otak atau abses otak
- Cedera kepala
- Pendarahan di otak
- Peradangan otak (ensefalitis) atau jaringan penutupnya (meningitis)
- Hipertensi yang tidak terkontrol dan mengancam jiwa
- Bekuan darah pada bagian beberapa vena besar di otak (trombosis sinus vena serebral), kondisi ini biasanya menyebabkan papiledema di kedua mata.
Awal Papiledema
Pada awalnya, papiledema mungkin muncul tanpa memengaruhi penglihatan.
Perubahan penglihatan sekilas—penglihatan kabur, penglihatan ganda, berkedip, atau kehilangan penglihatan total—biasanya berlangsung beberapa detik. Itu ciri khas papiledema.
Gejala lain mungkin disebabkan oleh peningkatan tekanan di otak. Suara mendesing yang berdenyut di telinga, sakit kepala, mual, muntah, atau kombinasi keduanya dapat terjadi. Gangguan ini tidak menyebabkan sakit mata.
Diagnosis Papiledema
- Evaluasi dokter
- Tes pencitraan
- Tusukan lumbal (spinal tap)
Untuk mendiagnosis papiledema, dokter menggunakan oftalmoskop (lampu dengan lensa pembesar yang digunakan untuk melihat bagian belakang mata).
Sering kali dokter mata (dokter yang berspesialisasi dalam evaluasi dan pengobatan kelainan mata) perlu memastikan diagnosis dan membantu menentukan penyebabnya.
Pencitraan resonansi magnetik (MRI) atau computerized tomography (CT) otak dan orbita dapat digunakan untuk membantu menentukan penyebab dan memantau efek pengobatan.
Venogram MR atau CT venogram kepala dapat dilakukan untuk menyingkirkan trombosis sinus vena serebral.
Spinal tap dilakukan untuk mengukur tekanan cairan serebrospinal, kecuali jika terlihat pada MRI atau CT scan yang menunjukkan bahwa tap tulang belakang tidak aman untuk dilakukan.
Sampel cairan serebrospinal dapat diperiksa untuk mencari bukti adanya tumor otak atau infeksi.
Terkadang ultrasonografi mata dilakukan untuk membedakan antara papiledema dan kelainan lain yang menyebabkan pembengkakan saraf optik.
Tomografi koherensi optik (OCT) adalah teknik khusus yang menggunakan cahaya yang dipantulkan untuk menghasilkan gambar bagian belakang mata dan saraf optik yang lebih detail.
Pengobatan Papiledema
Gangguan yang menyebabkan peningkatan tekanan otak ini bisa diobati sesegera mungkin.
Misalnya, jika tekanan tinggi pada cairan serebrospinal disebabkan oleh tumor otak, kortikosteroid mungkin diberikan.
Namun, pembedahan untuk mengangkat tumor atau terapi radiasi untuk memperkecil ukurannya mungkin diperlukan.
Papiledema yang terjadi akibat hipertensi intrakranial idiopatik dapat diobati dengan penurunan berat badan dan diuretik. Jika tidak berhasil, prosedur pembedahan bisa dilakukan.
Infeksi, jika disebabkan oleh bakteri, dapat diobati dengan antibiotik. Abses otak dikeringkan, dan antibiotik diberikan.