SKOR.id – Pengalaman menyaksikan gaya berbusana penonton di stadion American football, serta melihat penampilan sang suami Kyle Juszczyk, fullback San Francisco 49ers, menjadi inspirasi bagi Kristin Juszczyk untuk membuat merek busana sendiri.
“Saya sedang duduk di stadion yang dingin sambil melihat sekeliling, dan melihat semua orang ini, sebagian besar pria, mengenakan jaket puffer yang besar, dan mereka menaruh kaus mereka di atas jaket tersebut,” ujar Kristin Juszczyk, mengenang.
“Saat lampu dimatikan, mereka langsung kedinginan. Tetapi, mereka akan melakukan apa pun untuk mewakili pemain favorit mereka.”
Kristin Juszczyk lalu menggandeng pengusaha Emma Grede untuk meluncurkan Off Season pada 7 Januari 2025 lalu. Off Season adalah koleksi pakaian bagi penggemar olahraga yang dibuat melalui kolaborasi dengan Asosiasi Pemain NFL, dan tersedia untuk dibeli secara online.
Koleksi debut Kristin Juszczyk x Emma Grede terdiri dari puffer uniseks yang merayakan lima tim NFL, yakni San Francisco 49ers, Kansas City Chiefs, Philadelphia Eagles, Detroit Lions, dan Buffalo Bills. Off Season muncul dari ansambel do it yourself (DIY) yang dikenakan Kristin Juszczyk sendiri ke pertandingan - yang mana dia telah mendapatkan cukup banyak pengikut.
Desainer pemula ini telah menikah dengan Kyle selama lima tahun, dan selalu menghadiri pertandingan Americn football sejak mereka bertemu pada tahun 2014. “Saya merasa bosan mengenakan tiga kaos yang sama secara bergantian,” katanya. “Saya terinspirasi oleh kurangnya pilihan sebenarnya.”
Juszczyk melampiaskan kekesalannya pada kaus-kaus lama Kyle. Ia lantas mengolahnya menjadi pakaian bermerek NFL yang setara dengan pakaiannya sehari-hari: korset yang dihiasi dengan nomor punggung Kyle (44), jaket bomber dengan potongan-potongan kaus SMA-nya.
Juszczyk, 30, tidak memiliki latar belakang teknis di bidang mode; dia lulus dari Universitas Towson dengan gelar di bidang bisnis. Namun dengan bantuan video YouTube yang tak terhitung jumlahnya, ia mengubah sebuah ide menjadi keahlian yang sangat terasah.
Hal pertama yang ia buat adalah sepasang celana olahraga dari kaos bertuliskan “100% Juice,” nama panggilan Kyle.
Sebenarnya, hal pertama yang dia buat adalah kostum pasangan yang meniru tampilan denim penuh Britney Spears dan Justin Timberlake dari celana jins Walmart.
Sejak saat itu, ia beralih dari siluet sederhana seperti kemeja longgar dan celana olahraga ke celana pendek kargo dan pakaian salju. Kristin Juszczyk juga jarang sekali mengulangi penampilannya.
Juszczyk telah membagikan koleksi pakaiannya yang baru bersama dengan cuplikan proses kreatifnya di Instagram dan TikTok. Yakin bahwa orang lain akan menyukai kreasinya, ia pun menjangkau orang-orang yang menurutnya mungkin tertarik, terutama mereka yang memiliki banyak pengikut.
“Saya tahu bahwa ada celah di pasar, dan saya tahu bahwa satu-satunya cara bagi saya untuk bisa mendapatkan lisensi NFL atau menemukan mitra bisnis adalah dengan menempatkannya di tangan yang tepat,” ucap Kristin Juszczyk.
Salah satu desain Juszczyk yang saangt menonjol adalah jaket puffer khusus yang dipakai Taylor Swift berwarna merah yang dihiasi dengan nomor punggung pemain tight end Kansas City Chiefs, Travis Kelce, 87, pada Januari lalu.
Pesenam asal Amerika Serikat yang turun di Olimpiade, Simone Biles, menjadi salah satu orang pertama yang mengenakan salah satu desain Juszczyk, sebuah rompi puffer khusus untuk mendukung suaminya, Jonathan Owens, yang pada saat itu bermain untuk Green Bay Packers.
Rompi tersebut dilengkapi dengan lapisan dalam kotak-kotak lengkap dengan saku dari kaus lama tim NFL itu, bendera hari pertandingan, dan, tentu saja, patch Olimpiade-semua detail ini dibagikan di TikTok.
Rancangan yang dibuat khusus oleh Kristin Juszczyk juga telah dikenakan oleh Taylor Lautner, Brittany Mahomes, dan rekan setim Kyle, Deebo Samuel Sr. Jumlah pengikutnya di Instagram yang telah melampaui satu juta orang menjadi salah satu faktor yang menarik perhatian Grede.
Grede, 42 tahun, yang mendirikan Good American bersama Khloe Kardashian pada tahun 2016, merupakan mitra pendiri SKIMS, dan ketua Fifteen Percent Pledge. “Saya langsung terbayang jaket Taylor Swift di benak saya,” katanya.
Filosofi pengusaha wanita ini mengkhususkan diri dalam mengidentifikasi area-area pasar yang kurang dilayani oleh wanita, dan yang satu ini ia gambarkan sebagai “peluang yang luar biasa.”
Bersama-sama, dengan berbagai kontak dan pengetahuan yang dimilikinya, Juszczyk dan Grede telah membangun sebuah tim untuk mengembangkan desain Juszczyk menjadi sebuah bisnis. Dan mereka telah melakukannya dengan cukup baik untuk mendapatkan lisensi dari NFL.
Salah satu fokus terbesar Juszczyk adalah kualitas, dan itu tercermin dari harga hasil-hasil desainnya. Rompi mulai dari 295 dolar Amerika (sekira Rp4,81 juta), jaket 375 dolar Amerika (Rp6,11 juta), dan mantel panjang 495 dolar Amerika (Rp8,07 juta).
“Selama bertahun-tahun, saya pikir perlengkapan penggemar telah benar-benar terdegradasi menjadi pakaian yang sangat sederhana dan berkualitas rendah yang hanya Anda kenakan saat pertandingan,” kata Grede.
“Dan apa yang kita lihat adalah pergeseran budaya yang sangat besar dan masif. Olahraga adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dan para penggemar menginginkan perlengkapan yang mencerminkan gaya hidup mereka. Gaya olahraga telah menjadi bagian dari budaya.”
Fesyen atau pilihan pakaian, sangat penting bagi penggemar olahraga. “Ketika Anda pergi ke pertandingan NFL, saya akan mengatakan 85 hingga 90 persen orang di kerumunan mengenakan sesuatu yang mewakili tim mereka, dan ada sesuatu yang sangat menyenangkan tentang hal itu,” ucap Juszczyk.
Pandangannya adalah tentang penyatuan, dan itulah sebabnya ia memilih untuk membuat pakaian untuk berbagai tim, bukan hanya untuk memuaskan kesetiaannya sendiri. Ini untuk siapa saja yang “hidup dan bernapas dengan tim mereka.” Dan, puffer hanyalah permulaan.