SKOR.id - Pembalap Maserati MSG Racing, Edoardo Mortara, mengungkapkan betapa berat mengemudi di Jakarta International E-Prix Circuit, lokasi Jakarta E-Prix.
Problem yang dihadapi para pembalap ketika melakoni Jakarta E-Prix bukan hanya temperatur dan kelembaban tinggi.
Lintasan yang kotor dan berdebu menambah rumit perjalanan mereka.
Mortara tidak bisa terlalu banyak bermanuver sehingga membuatnya frustrasi.
Pembalap 36 tahun tersebut memulai dan mengakhiri lomba di posisi yang sama, yakni P6.
"Balapan sangat berat karena temperatur. Ada banyak pengelolaan yang harus dilakukan. Kami mulai dari P6 dan bertahan di P6. Kami mampu mengelola waktu ban. Kami bisa bertahan di grup pemimpin tapi tidak bisa mendorong dan menyerang mereka. Jelas rasanya kurang menyenangkan di dalam mobil," kata Mortara.
"Trek sangat kotor dan berdebu terutama ketika keluar jalur, di dalam jalur tidak masalah. Tapi di luarnya, sangat licin. Jadi menyalip dan tidak mengemudi di jalur ideal sangat menyulitkan."
Mortara juga kesulitan mengendalikan pergerakan ban buatan Hankook dalam kondisi tersebut.
"Ban, grip yang kami dapatkan kurang bagus. Kami sering tergelincir dengan seluruh mobil berada di beberapa tempat. Sangat menantang menjaga mobil tetap di trek. Ketika Anda tergelincir, temperatur meningkat."
Pembalap yang menghuni peringkat ke-17 tersebut menyiapkan balapan kedua Jakarta E-Prix dengan mempelajari semua data.
Mortara dan tim mesti menemukan cara untuk menghemat energi dan ban karena seri ke-10 berjalan lebih panjang.
"Kami mesti melihat data untuk meningkatkan performa dalam putaran berikutnya. Tentu saja, harus lebih baik,” ungkapnya.
"Sangat penting menjaga energi dan ban. Ketika Anda kehilangan grip, Anda juga menghadapi masalah dengan energi jadi keduanya harus jalan beriringan."
Hasilnya cukup positif karena Mortara akhirnya bisa finish di P8 dengan catatan waktu 45:18,281.
Seri Jakarta E-Prix II ini dimenangkan oleh Max Gunther yang merupakan rekan setim Mortara.
Kemenangan ini sangat bersejarah bagi Gunther dan Maserati karena akhirnya Tim Trident bisa meraih kemenangan dalam 60 tahun terakhir dan dilakukan di Jakarta.