- Thomas Tuchel, dari pelatih yang dipecat Paris Saint-Germain, menjadi sosok kunci sukses Chelsea meraih gelar Liga Champions 2020-2021.
- Thomas Tuchel melakukan perubahan dengan mengubah pola empat bek menjadi tiga bek.
- Pelatih asal Jerman ini juga menempatkan Kai Havertz lebih banyak bermain di Liga Champons ketimbang Liga Inggris.
SKOR.id - Sukses Thomas Tuchel bersama Chelsea cocok untuk menjadi contoh dari kalimat klise "kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan".
Sebelumnya, terjadi kepada Luis Suarez yang ditendang Barcelona tapi sukses bersama Atletico Madrid.
Namun, sepak bola ingin mencontohkan kisah lainnya melalui perjalanan Thomas Tuchel. Pria asal Jerman ini membuat keajaiban dan itu terjadi dalam waktu 157 hari.
Sejak mengalami pemecatan sebagai pelatih Paris Saint-Germain hingga kemudian justru menjadi pelatih yang meraih gelar Liga Champions bersama Chelsea.
Sejak 24 Desember 2020 ketika dirinya dipecat oleh Paris Saint-Germain, hingga kemudian tampil di final Liga Champions bersama Chelsea, pada 29 Mei 2021, banyak keajaiban yang terjadi dalam 157 hari perjalanan pria berusia 47 tahun ini.
Cedera Ankle dan Final Liga Champions 2019-2020
Perjalanan 157 hari hanya bagian dari kisah Thomas Tuchel. Namun, sebelum itu, ada momen ketika pelatih asal Jerman ini mengalami fase yang dapat dikategorikan terbaik dalam kariernya.
Fase ketika dirinya membawa Paris Saint-Germain ke final Liga Champions 2019-2020.
Thomas Tuchel mendampingi Kylian Mbappe dan kawan-kawan dalam kondisi cedera pergelangan kaki (ankle) yang dialaminya saat sesi latihan, jelang menghadapi Atalanta pada perempat final musim lalu itu.
Karena itu, penampakkan Thomas Tuchel dengan kruk di pinggir lapangan menjadi salah satu perhatian. Hanya, semua itu tidak diakhiri dengan gelar di Liga Champions.
Di final, Paris Saint-Germain kalah dari Bayern Muenchen, kegagalan yang diyakini membuat dirinya tidak mendapat tempat lagi di kamar ganti di antara sejumlah pemain.
Kegagalan tersebut yang juga diyakini membuat manajemen Les Parisiens memiliki rencana untuk mencari pelatih baru.
Pemecatan Terjadi
Paris Saint-Germain kemudian akhirnya menemukan alasan yang cukup untuk memecat sang pelatih.
Bukan karena prestasinya pada 2020-2021 melainkan karena kalimat yang disampaikannya dalam wawancara di televisi Sport 1.
Kalimat tersebut adalah: "Saya seperti seorang politisi di olahraga ketimbang sebagai pelatih," kata Thomas Tuchel.
Ternyata, apa yang disampaikan Thomas Tuchel dalam wawancara tersebut sudah cukup membuat gerah di tingkat manajemen.
Menurut pers Eropa, kalimat Thomas Tuchel membuat manajemen Paris Saint-Germain gerah dan menilai dia tidak menghargai orang-orang yang secara hierarki berada di atas dirinya.
Hubungannya dengan Direktur Olahraga Leonardo pun yang awalnya mulai tidak harmonis, benar-benar menjadi retak.
Kabar mengejutkan pun terjadi. Sehari jelang Natal atau tepatnya 24 Desember 2020, Paris Saint-Germain pun memecat Thomas Tuchel sebagai pelatih dan digantikan dengan Mauricio Pochettino.
Dengan situasi itu pula, Thomas Tuchel merayakan malam Natal di Paris dengan cara yang ironis.
Revolusi di Chelsea
Perjalanan Thomas Tuchel pun terkoneksi dengan situasi yang terjadi di London. Di kota ini, Chelsea ada dalam situasi naik dan turun di bawah asuhan Frank Lampard.
Dalam empat laga beruntun yaitu lawan Arsenal, Aston Villa, Manchester City, dan Leicester City, The Blues tidak pernah menang. Mereka mengalami tiga kekalahan dan sekali hasil imbang.
Situasi tersebut membuat Chelsea tercecer ke posisi ke-10 di pekan ke-18 Liga Inggris. Meski kemudian menang atas Fulham di laga selanjutnya, Frank Lampard akhirnya dipecat.
Chelsea pun kemudian mengangkat Thomas Tuchel, pelatih yang saat itu tengah menganggur.
Kehadiran Thomas Tuchel sekaligus menepis rencana tim milik Roman Abramovich ini mengangkat Ralf Rangnick.
Pada 26 Januari 2021, Thomas Tuchel pun resmi sebagai pelatih Chelsea.
Hasil yang tidak konsisten hingga tidak maksimalnya performa Timo Werner dan Kai Havertz, menjadi tantangan yang dihadapinya di London.
Namun, apa yang kali pertama diubah Thomas Tuchel dari aspek teknik dan taktik?
Jelas sekali bahwa perubahan yang terjadi dari skema. Jika pada era kepelatihan Frank Lampard Chelsea menggunakan pola empat bek, Thomas Tuchel menggunakan formasi tiga bek.
Dari pola 4-3-3 bersama Frank Lampard, menjadi 3-4-2-1 bersama Thomas Tuchel. Dari 19 laga Liga Inggris bersamanya, hanya sekali dia menerapkan pola empat bek yaitu saat imbang 0-0 lawan Leeds United.
Dalam 10 pertandingan awal Liga Inggris di bawah asuhan Thomas Tuchel, Chelsea tidak terkalahkan dengan enam laga di antaranya menang.
Sukses itu kemudian dibawa pula ke ajang Liga Champions. Dalam enam laga fase knockout Chelsea meraih empat kemenangan, sekali imbang, dan sekali kalah.
Semua itu ditandai dengan gelar Liga Champions yang akhirnya berhasil diraih setelah mengalahkan Manchester City, 1-0 pada 29 Mei 2021 lalu.
Tiga bek yang diturunkan Thomas Tuchel kerap tidak berubah. Cesar Azpilicueta, Antonio Rudiger, dan Thiago Silva.
Trio pertahanan ini yang diturunkan dalam debutnya sebagai pelatih Chelsea saat lawan Wolverhampton, 27 Januari 2021.
Dan tiga bek itu pula yang diturunkan dalam final Liga Champions lawan Manchester City, empat bulan kemudian.
Perbedaan lainnya dengan Lampard. Jika Timo Werner dan Kai Havertz kerap diturunkan bersama oleh Lampard, Thomas Tuchel menjadikan Kai Havertz lebih banyak bermain di ajang Liga Champions.
Ya, itulah keajaiban yang diciptakan Thomas Tuchel. Dia dipecat, datang, dan membuat kejutan di Liga Inggris dan juga Liga Champions.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Kisah Edouard Mendy, dari Pengangguran Hingga Digaji Rp1 M dan Juara Liga Champions https://t.co/IckfNrrDp7— SKOR.id (@skorindonesia) May 29, 2021
Berita Chelsea lainnya:
VIDEO: Fans Chelsea Rayakan Gelar Juara Liga Champions 2020-2021
Rekor-rekor yang Diraih Edouard Mendy usai Antarkan Chelsea Juara Liga Champions