- Direktur Madura United, Haruna Soemitro, ternyata menyimpan hasrat menjadi pemain sepak bola sejak usia dini.
- Namun, Haruna Soemitro gagal mewujudkan impianya dan banting setir menjadi pengurus klub sepak bola.
- Awal mula kariernya diawali dari panggilan hati membantu Persebaya bangkit setelah diterpa terdegradasi pada 2002.
SKOR.id - Haruna Soemitro adalah sosok yang tidak asing lagi bagi sebagian besar pecinta sepak bola Indonesia, utamanya dua dekade terakhir.
Lelaki yang kini menjabat sebagai Direktur Madura United itu telah malang-melintang di belantikan sepak bola Tanah Air.
Ia juga kerap kali menjabatan di lingkaran PSSI, mulai dari Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Timur hingga anggota Komite Eksekutif (Exco).
Berita Madura United Lainnya: Haruna Soemitro: Baru Kali Ini Klub Satu Suara Minta RUPS Luar Biasa
Kiprah awal Haruna dalam sepak bola profesional berawali dari Persebaya. Haruna menjadi salah satu pengurus Bajul Ijo, julukan Persebaya.
Pada 2003, Haruna menduduki jabatan manajer Persebaya. Kegandringan Haruna pada sepak bola berawal dari kegagalannya meniti karier sebagai pemain.
Sebagai pecinta sepak bola, pilihan itu diakui Haruna sebagai bentuk kecintaannya terhadap olah raga paling populer di Indonesia tersebut.
"Pertama karena hobi. Dulu saat masih kecil, rumah saya dekat lapangan sepak bola, jadi saya memang senang bermain bola," ujar Haruna kepada Hamka Hamzah.
"Namun, saya gagal mewujudkan cita-cita saya menjadi pemain sepak bola. Karena itu saya menjadi pengurus tim sepak bola sebagai wujud kecintaan," ia menambahkan.
Haruna pun menceritakan kisah awal dirinya terjun ke manajerial sepak bola. Kala itu, ia berbekal niat awal membantu Persebaya bangkit setelah diterpa krisis.
Saat itu, Persebaya memang tampil angin-anginan dalam Divisi Utama Liga Indonesia musim 2002, karena masalah finansial.
Pada musim tersebut Persebaya tak mampu merekrut pemain asing dan murni andalkan pemain lokal plus jebolan kompetisi internal.
Alhasil, mereka tersungkur di zona merah dengan koleksi 20 poin hasil dari enam kemenangan, lima imbang, dan sebelas kekalahan.
Pada titik itulah, Haruna bersama rekan-rekannya tergerak untuk membawa tim kebanggaan warga Kota Pahlawan itu untuk kembali bangkit.
"Pada tahun 2003, ada momen saat Persebaya mengalami krisis dan harus terdegradasi ke divisi satu," Haruna menjelaskan.
"Kemudian, saya bersama teman-teman dari Surabaya terpanggil untuk membangun kembali Persebaya. Alhamdulillah Persebaya juara," ia menambahkan.
Bahkan, Haruna juga mengaku sebagai seorang bonek. Kecintaan terhadap Persebaya itu lantas membawa dirinya membentuk sebuah tim internal yang bernama Ridho FC.
"Awalnya, karena gagal menjadi pemain, saya memilih menjadi bonek (suporter pendukung Persebaya)," Harun menjelaskan.
"Saat menjadi bonek, saya lantas mendirikan sebuah klub internal di bawah naungan Persebaya, waktu itu namanya Ridho FC," katanya.
Kemudian, perjalanan Haruna berlanjut saat dirinya ditunjuk menjadi manajer tim PON Jatim pada 2004.
Saat itu, ia berhasil membawa timnya meraih medali emas di Palembang. Salah satu pemain yang saat itu dibawa Haruna ialah Hamka Hamzah.
Keberhasilan itu juga membawa Haruna menduduki jabatan sebagai Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Timur.
Haruna juga sempat menyingkir dari peredaran sepak bola nasional. Ia kembali muncul saat menjadi manajer Madura United setelah mengakuisisi Pelita Bandung Raya.
Kini, Haruna menduduki jabatan sebagai Direktur klub yang dimiliki Aqsanul Qosasi itu.