- Sriwijaya FC medio 2007 menjadi tim yang disegani lawan-lawannya.
- Hal itu terbukti dari raihan double winner yang digapai anak asuh Rahmad Darmawan.
- Di partai final Copa Indonesia, Sriwijaya FC menjadi juara usai membungkam Persipura lewat drama adu penalti.
SKOR.id - Sriwijaya FC mencatatkan diri sebagai tim Indonesia pertama yang meraih double winner pada musim 2007-2008.
Sriwijaya FC di bawah asuhan pelatih Rahmad Darmawan, sempat sangat disegani pada masanya.
Rahmad Darmawan datang ke Sriwijaya FC pada awal musim 2007. Perubahan langsung dilakukan oleh eks-pelatih Persipura Jayapura itu.
Pemain-pemain baru didatangkan ke Bumi Sriwijaya, seperti trio pemain asing, Anoure Obiora, Zah Rahan, dan Keith Kayamba Gumbs.
Sementara pemain-pemain lokal macam Christian Worabay, Tony Sucipto, Charis Yulianto, Isnan Ali, Wijay, Benben Berlian, dan Ferry Rotinsulu turut menghiasi skuad Sriwijaya FC kala itu.
Sriwijaya FC meraih gelar pertama pada musim tersebut di ajang Copa Indonesia (kini Piala Indonesia).
Kiper Sriwijaya FC saat itu, Ferry Rotinsulu, berbagi kisah tentang pertandingan final melawan Persipura Jayapura di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.
Copa Indonesia 2007 adalah kali pertama Sriwijaya FC menembus babak final di turnamen itu.
Demikian pula dengan Ferry Rotinsulu yang sudah di Sriwijaya FC sejak masih bernama Persijatim Solo FC.
"Kalau grogi pasti ada, tapi buat saya pribadi kalau kita grogi itu mengganggu konsentrasi bermain," kata Ferry Rotinsulu kepada Skor.id.
"Timbulkan satu motivasi bahwa kami di sini untuk siapa, jika kami juara siapa yang akan bangga dan senang, itu saja," ucap Ferry.
Menghadapi tim sekaliber Persipura Jayapura jelas bukan pekerjaan enteng buat Sriwijaya FC yang masih awam dengan atmosfer partai final.
Pekerjaan makin berat ketika bomber asal Nigeria, Ernest Jeremiah, membuat Persipura unggul ketika laga baru berjalan enam menit.
Diakui Ferry, para pemain Sriwijaya FC lengah saat itu sehingga membiarkan gawangnya dibobol oleh lawan.
Tapi Ferry melihat ada semangat dari para pemain Sriwijaya FC untuk bangkit.
Lebih dari satu jam para pemain Sriwijaya FC tertinggal satu gol, intensitas serangan anak asuh Rahmad Darmawan terus ditingkatkan.
Hasilnya terlihat pada menit ke-73, penyerang gaek bernama Keith Kayamba Gumbs sukses menyamakan kedudukan untuk Sriwijaya FC.
Skor 1-1 memaksa pertandingan berlanjut ke babak tambahan. Jual beli serangan terus berlanjut meski tak ada gol yang tercipta hingga 30 menit berakhir.
Final pertam Sriwijaya FC di Copa Indonesia harus melalui babak adu penalti. Ferry Rotinsulu dan mantan kiper timnas Indonesia, Yandri Pitoy, beradu cekatan di bawah mistar gawang.
Namun Ferry melangkah ke babak tos-tosan bukan tanpa persiapan. Rahmad Darmawan telah melakukan antisipasi momen adu penalti yang mungkin akan dihadapi oleh timnya.
"Kami selalu dipersiapkan untuk menghadapi penalti. Jadi kami ada latihan penalti di setiap akhir sesi," ucap Ferry.
"Pak RD (Rahmad Darmawan) juga selalu mendukung saya, beliau sangat percaya bahwa saya bisa," lelaki asal Palu, Sulawesi Tengah, itu menambahkan.
Suntikan motivasi dari sang pelatih, plus persiapan yang matang membuat Ferry Rotinsulu tak gentar menghadapi eksekutor penalti Persipura.
Ferry punya prinsip bahwa dua penalti pertama sangat vital untuk meraih kemenangan. Maka dari itu, ia berusaha semaksimal mungkin menggagalkan dua eksekutor pertama Persipura.
Eksekutor pertama Persipura adalah kapten tim sekaligus pengatur serangan, Eduard Ivakdalam.
"Penendang pertama Kaka Edu, dia kaki kiri. Saya yakin saya bisa menggagalkan penalti dia saat itu," ucap Ferry.
"Karena saya sudah mempelajari cara Kaka Edu menendang bola, tendangannya selalu in-swing. Oh berarti tendangannya pasti ke arah kiri. Itu sudah terbaca," Ferry menambahkan.
Semangat Ferry makin terpompa ketika penendang pertama Persipura berhasil digagalkan. Sementara Kayamba yang menjadi algojo perdana Sriwijaya FC sukses melaksanakan tugasnya.
Ferry juga berhasil mementahkan tendangan penalti pemain asing Persipura, David da Rocha, yang merupakan algojo kedua.
"David da Rocha ini jago passing, saya berpikir berarti penaltinya akan ke arah kanan saya," tutur Ferry.
Keberhasilan Ferry menepis dua tendangan, ditambah Zah Rahan yang membuat skor adu penalti menjadi 2-0 membuat Sriwijaya FC berada di atas angin.
Sriwijaya FC bisa memastikan kemenangan andai tendangan penalti Tony Sucipto bisa bersarang ke gawang. Namun sepakan pemain yang kini memperkuat Persija Jakarta justru gagal berbuah gol.
Tekanan ada di pundak Alberto "Beto" Goncalves, yang menjadi eksekutor ketiga Persipura. Jika sepakannya gagal, Sriwijaya FC semakin dekat dengan gelar juara.
Kali ini tidak ditepis oleh Ferry, tendangan Beto justru melayang di atas mistar gawang.
Sriwijaya FC hanya butuh menyarangkan satu penalti lagi, hingga akhirnya Obiora yang menuntaskan babak adu penalti dengan tendangan akurat.
Sriwijaya FC pun meraih gelar juara Copa Indonesia 2007-2008 usai membuat tiga eksekutor penalti Persipura mati kutu.
Berkat kecemerlangannya, Ferry Rotinsulu dianugerahi gelar man of the match pada partai final Copa Indonesia 2007-2008.
"Gelar juara ini juga menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakan Sumatra Selatan. Keluarga saya juga bangga sekali," kata dia.
Sriwijaya FC akhirnya sukses mengawinkan gelar juara Copa Indonesia dengan Liga Indonesia 2007-2008.
Ferry Rotinsulu dan kolega menundukkan PSMS Medan dengan skor 3-1 di partai final yang digelar di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
Laskar Wong Kito juga mencatat sejarah sebagai tim Indonesia pertama yang merengkuh double winner.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Sriwijaya FC Lainnya:
Sriwijaya FC Cuci Gudang Awal 2021, Lepas 10 Pemain dan 2 Asisten Pelatih
Esteban Vizcarra Diminati Sriwijaya FC, Manajemen Persib Tak Mau Melepas
Liga 2 Belum Jelas, Target Ambisius Sriwijaya FC Tak Berubah