- Bos Ducati, Paolo Ciabatti, menyadari bahwa Ducati terlambat melakukan inovasi menjelang MotoGP 2020.
- Motor Desmosedici GP20 gagal beradaptasi dengan lintasan seperti di Doha (Qatar) dan Jerez (Spanyol).
- Ducati belajar banyak dari berbagai kejadian tidak terduga sepanjang MotoGP 2020.
SKOR.id - Direktur Olahraga Ducati, Paolo Ciabatti, merasa bahwa MotoGP 2020 adalah musim yang cukup berat bagi timnya.
Sejak tes musim dingin 2019, Ducati sebenarnya telah menyadari ada yang tidak beres dengan kombinasi motor Desmosedici GP20 dengan ban belakang Michelin.
Namun, mereka terlambat menyadari untuk melakukan modifikasi karena saat itu jadwal tes pramusim MotoGP 2020 tinggal menyisakan sekitar dua bulan.
Pandemi Covid-19 yang tetiba muncul dan membuat seri perdana MotoGP 2020 mundur hingga Juli pun diakui Paolo Ciabbati membuat Ducati makin kelabakan.
"Ketika sadar, kami sudah terjebak situasi. Kami bermasalah terutama di atas lintasan yang memiliki grip sangat rendah seperti Doha dan Jerez," kata Paolo Ciabatti kepada Speedweek.
"Kondisi itu terjadi karena kualitas para pembalap terdepan dan juga suhu lintasan. Belum lagi lintasan yang kami lewati selama 2020 sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya."
Pergeseran jadwal lomba pada MotoGP 2020 memang sangat memengaruhi karakter lintasan dan itu mempersulit proses adaptasi para pembalap.
Selama ini, Dorna Sports menyusun agenda balap MotoGP salah satunya dengan mempertimbangkan faktor iklim dan cuaca di venue perlombaan.
Mereka biasanya menempatkan seri Eropa pada musim semi atau gugur sehingga lebih bersahabat untuk para pembalap.
Namun, situasi pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Dorna Sports harus menyusun jadwal pengganti untuk MotoGP 2020 dengan memanfaatkan waktu yang ada.
Pihak penyelenggara pun terpaksa memulai kompetisi saat Eropa sedang panas-panasnya dan beberapa lomba di fase akhir digelar dengan temperatur dingin.
Pergeseran jadwal pada MotoGP 2020 yang tak seperti biasanya ini turut menjadi sorotan Paolo Ciabatti.
"Misalnya saat di Jerez, kondisi di sana sangat panas pada pertengahan Juli. Kami belum pernah balapan dalam suhu sepanas itu, bahkan ketika di Thailand," ujarnya.
"Lintasan pun kadang justru jauh lebih dingin ketimbang musim yang lalu, misalnya ketika di Aragon. Kondisinya sangat ekstrem di sana."
"Namun, kami tidak ingin menganggap itu sebagai alasan karena semua pembalap dan tim lain juga merasakan kondisi yang sama," pria asal Italia itu menerangkan.
Meskipun tampil dalam kesulitan, Ducati berhasil keluar sebagai konstruktor terbaik MotoGP 2020.
Terakhir kali Ducati ini meraih penghargaan serupa terjadi pada musim 2007 saat mereka masih diperkuat Casey Stoner yang pada musim itu juga menjadi pembalap juara dunia.
"Karena kondisi motor yang kami buat, kami jadi sedikit lebih kesulitan beradaptasi dengan ban belakang anyar Michelin ketimbang para rival," kata Ciabatti.
"Kami telah belajar banyak dan telah menyadari alasan di balik setiap hasil yang kami dapatkan. Kami sekarang tahu bagaimana cara meningkatkan keseimbangan motor."
"Kami akan memakai motor MotoGP yang sama untuk 2021. Tidak akan ada perubahan sama sekali ke kedua ban," Paolo Ciabatti memungkasi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
TVRI Bakal Siarkan Thailand Open dan BWF World Tour Finals 2020 https://t.co/lXogQndTNX— SKOR Indonesia (@skorindonesia) December 31, 2020
Berita MotoGP Lainnya:
Francesco Bagnaia: Line-up Ducati di MotoGP 2021 adalah yang Terbaik
Bos Ducati Heran Sekaligus Kagum dengan Performa Suzuki dan Joan Mir di MotoGP 2020