SKOR.id - Sepanjang sejarah terbentuknya, timnas Indonesia baru sekali dilatih oleh pelatih asal Argentina. Adalah Luis Manuel Blanco yang pernah merasakan melatih skuad Garuda pada 2013.
Tapi nahasnya, dia hanya memiliki karier pendek sebagai pelatih timnas Indonesia. Bahkan, dia belum sempat mendampingi tim untuk laga resmi. Kedatangan dan kepergian Blanco ketika itu memang penuh kontroversi.
Masih teringat jelas oleh penulis, ketika PSSI tiba-tiba menggelar sesi jumpa pers di kantor mereka yang saat itu masih di area SUGBK pada 7 Februari 2013.
Sehari sebelumnya, timnas Indonesia yang dilatih Nilmaizar baru saja menderita kekalahan dari Irak, 0-1, pada babak Kualifikasi Piala Asia 2015 di Stadion Rashid, Dubai, Uni Emirat Arab.
Yang mengejutkan, dalam sesi jumpa pers tersebut, Ketua Umum PSSI saat itu, Djohar Arifin Husin, mengumumkan bahwa pihaknya sudah mengontrak pelatih asal Argentina, Luis Manuel Blanco. Plus dua asistennya yaitu Jorge Gregorio (asisten pelatih) dan Marcos Conenna (pelatih fisik).
Menurut Djohar, direkrutnya Blanco merupakan tindak lanjut dari pertemuan Presiden Cristina Fernandez de Kirchner dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), satu bulan sebelumnya.
Ketika itu, Presiden Argentina mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, dan salah satu yang dibahas adalah soal sepak bola. Argentina saat itu bersedia untuk membantu mengembangkan sepak bola Indonesia dengan mengirimkan pelatih dan pemain.
“Manuel Blanco dikontrak dua tahun ke depan untuk menangani timnas senior dan timnas U-23 untuk SEA Games 2013,” ujar Djohar, kepada wartawan saat itu.
Blanco yang juga dihadirkan dalam jumpa pers itu memberikan pernyataan tegas.
“Ya, saya disini untuk menjadi pelatih kepala timnas Indonesia. Saya berharap bisa membuat Indonesia disegani di persaingan Asia," pelatih kelahiran 13 Desember 1952 itu menuturkan.
Sontak, wartawan yang hadir saat itu, termasuk penulis pun cukup kaget dan mencoba mencari-cari profil dari Blanco.
Sempat disebut, sebelum ke Indonesia, dia melatih timnas U-20 Cina. Namun ternyata, setelah ditelusuri, dia hanya sebagai pelatih tim U-20 Beijing.
Adanya jumpa pers mendadak ini sempat dicurigai para wartawan bahwa ada yang janggal. Terlebih, saat itu kondisi di internal pengurus PSSI sedang tidak solid dan terjadi perpecahan.
Mengingat, masih ada kubu Exco yang memberikan perlawanan dengan membentuk KPSI (Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia) yang menjadi organisasi tandingan PSSI. Bahkan, kompetisi saat itu situasinya juga terbelah ada ISL dan IPL.
Tak ayal, begitu banyak pertanyaan yang muncul di benak wartawan. Kenapa mendadak? Kenapa diumumkan saat tim sekaligus pelatih Nilmaizar masih berada di Dubai? Apakah Nilmaizar sudah dikasih tahu, dan bagaimana nasibnya?
Djohar pun enggan bicara tegas mengenai nasib Nilmaizar di timnas.
"Tidak ada yang disingkirkan. Nanti ada pembicaraan khusus lebih lanjut antara Nil dengan Luis. Semua akan bekerja sama," ujar Djohar.
Benar saja, beberapa jam kemudian, saat salah satu anggota Exco PSSI yang juga Koordinator Timnas saat itu, Bob Hippy, datang ke PSSI dan ditanya oleh wartawan mengenai hal tersebut, dia pun membantah pernyataan Djohar.
"Nil tetap pelatih timnas senior Indonesia," Bob Hippy menegaskan.
Bob Hippy pun mempertanyakan tentang rekam jejak melatih dari Blanco. Dia saat itu mengakui belum pernah melihat CV eks pelatih Dinamo Tirana tersebut dan belum pernah dibahas dalam rapat Exco PSSI. Artinya, ini menjadi keputusan sepihak dari Djohar.
"Siapa yang bayar Blanco itu juga tidak jelas. Saya tidak mau kejadiannya terulang seperti Riedl yang dikontrak tanpa sepengetahuan federasi,” ucap Bob.
“Mungkin saja, dia memang dititipkan oleh Kedubes Argentina untuk Indonesia. Tetapi, jika ingin menjadi pelatih timnas Indonesia, harus melalui federasi," mantan pemain timnas Indonesia era 1960-an itu menjelaskan.
Pada sisi lain, Nilmaizar yang saat itu masih berada di Dubai bersama rombongan timnas Indonesia merasa kaget dengan pemberitaan ini. Pasalnya, dia belum diajak bicara secara resmi oleh PSSI mengenai keputusan ini.
Apalagi, Nil juga berpegang pada kontraknya yang baru habis pada April 2014, plus Surat Keputusan PSSI pada Januari 2013, yang menunjuk dirinya untuk tetap melatih timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Asia 2015. Belum lagi, gajinya dan staf pelatih timnas Indonesia saat itu masih ditunggak PSSI.
"Saya ingin diperlakukan manusiawi," kata Nilmaizar, Jumat, 1 Maret 2013.
Terkait dengan opsi yang ditawarkan PSSI, agar dirinya melatih tim nasional level usia lain, eks pelatih Semen Padang itu memberi jawaban.
"Bukan masalah posisi atau apa. Saya hanya ingin kepastian kontrak. Di kontrak saya ditugaskan untuk menangani timnas di Kualifikasi Piala Asia 2015. Artinya, posisi saya jelas di timnas senior. Sekarang disuruh memilih, untuk apa? Sesuai kontrak saja. Memutuskannya gampang, toh?" dia menegaskan.
Pejabat teras PSSI memang terbelah dalam menyikapi pemecatan Nilmaizar. Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin ingin mengganti Nilmaizar. Adapun Komite Ad Hoc Timnas, yang terdiri dari Sihar Sitorus, Bob Hippy, dan Bernhard Limbong, ingin mempertahankan Nilmaizar.
Keputusan pemecatan diambil Djohar dalam rapat yang tidak dihadiri tiga orang itu. Djohar justru mengambil keputusan bersama empat anggota komite eksekutif yang pernah dipecat, yaitu La Nyalla Mahmud Mattalitti, Roberto Rouw, Edwin Dwi Budiawan, dan Tonny Apriliani (yang sebelumnya membentuk KPSI).
Berseteru dengan Pemain
Drama berlanjut saat memasuki pemusatan latihan timnas Indonesia yang dipimpin oleh Luis Manuel Blanco. Pada sesi latihan perdana yang digelar di Lapangan C Senayan, Jakarta, 4 Maret 2013, hanya diikuti tiga pemain. Mereka adalah Anggi, Husin Rahaningmas dan Mario Aibekop.
Padahal, sebelumnya dia telah memanggil 58 pemain untuk mengikuti pemusatan latihan timnas Indonesia di Jakarta.
Ini adalah untuk persiapan menghadapi Arab Saudi dalam lanjutan Kualifikasi Piala Asia 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 23 Maret 2013.
Dikejar waktu yang mepet, dia harus dengan cepat mengerucutkan pemain. Para pemain yang dipanggil juga dari klub-klub yang bermain di IPL, ISL, dan klub luar negeri, karena waktu itu sudah memasuki tahap rekonsiliasi di antara pengurus yang berseteru.
Seiring berjalannya waktu, para pemain yang dipanggil sudah mulai berkumpul semua pada 15 Maret 2013. Namun, suasana TC langsung memanas lantaran usai latihan pagi, Blanco melakukan pencoretan terhadap 14 pemain asal klub ISL, yang disebut melakukan tindakan indisipliner lantaran berhenti latihan sebelum waktunya selesai.
Para pemain yang dikabarkan dicoret saat itu adalah Samsidar, Ahmad Bustomi, Hamkah Hamzah, Tantan, Ponaryo Astaman, Zulham Zamrun, Zulkifli Syukur, Patrich Wanggai, Ferinando Pahabol, Ricardo Salampessy, Emmanuel Wanggai, Boaz Solossa, Ruben Sanadi, dan Ian Louis Kabes,
Samsidar mengaku tidak mengetahui alasan pasti pencoretan itu. Meski sudah mengikuti latihan pagi, dia bersama rekan-rekannya mendengar kabar pemecatan tersebut setelah menunaikan ibadah salat Jumat.
"Tapi, ada instruksi supaya kita tidak pulang dulu. Masalah kita ini mungkin ingin dibicarakan terlebih dahulu dengan pelatih," kata Samsidar.
Keputusan Blanco ini pun membuat kaget para pengurus PSSI maupun Badan Tim Nasional (BTN) saat itu, yang masih dipimpin Isran Noor (sekarang Gubernur Kalimantan Timur).
Hingga akhirnya, setelah mendapatkan penjelasan dari Ponaryo Astaman dan Firman Utina selaku perwakilan pemain, Blanco pun memahami bahwa ada kesalahpahaman. Hal itu diungkapkannya, Sabtu (16/3/2013).
Tapi ternyata, para pengurus PSSI mencoba bermanuver. Mereka justru melakukan pergantian pelatih dari Blanco ke Rahmad Darmawan, yang didampingi Jacksen F. Tiago.
Pada sesi latihan timnas, Senin (18/3/2023) pagi, Blanco beserta para asistennya dari Argentina tidak terlihat memimpin latihan.
Dalam latihan yang diikuti 55 pemain itu, justru dipimpin oleh Yeyen Tumena dan pelatih kiper Alan Haviluddin.
Para pemain yang menghadapi kondisi tersebut pun enggan mengomentari lebih jauh mengenai pergantian pelatih ini.
"Kalau saya pribadi, siapapun pelatih kita harus mengikuti,” kata Firman Utina.
"Timnas tidak ada lagi pro ini pro itu. Semua sama, semua jadi satu. Kita fokus saja di latihan. Tidak mau terpengaruh siapapun pelatihnya. Kalau saya, baru dua kali latihan, minimal konsentrasi. Pemain tidak mau ikut campur,” dia menegaskan.
Dan pada sore harinya, Rahmad Darmawan memang sudah memimpin latihan tim. Hingga berstatus sebagai pelatih di laga Indonesia vs Arab Saudi, yang berkesudahan dengan skor 2-1, untuk kemenangan tim tamu.
Tolak Latih Timnas U-19
Blanco pun digeser untuk menjadi pelatih timnas U-19 oleh BTN yang sudah dipimpin oleh La Nyalla Mahmud Mattalitti. Pada saat itu, BTN juga memastikan mengangkat Jacksen F. Tiago sebagai pelatih timnas senior dan Rahmad Darmawan untuk melatih timnas U-23.
Tapi, keputusan itu ditolak Blanco, yang dinyatakannya secara tegas pada April 2022.
Situasi yang dihadapinya di Indonesia ternyata membuat Blanco stres, yang membuat berat badannya turun 6 kilogram (kg), dari 87 kg menjadi 81 kg.
"Bagaimana tidak? Hari ini saya jadi pelatih. Tapi, besok tidak. Jadi, pelatih lagi. Tapi, tidak lagi," keluh Blanco.
Setelah diputuskan secara resmi tidak menjadi pelatih timnas Indonesia, Blanco belum pernah kembali lagi.
Terakhir, pada 2023, kabarnya dia melatih klub asal Gibraltar, College 1975 FC. Dia pun sempat terkena Covid-19 pada April 2020.