- Juventus unggul empat angka dari di puncak klasemen Liga Italia setelah Lazio kalah 2-3 dari Atalanta.
- Juventus perlu menyelesaikan masalah mencetak gol jika ingin memastikan Lazio tetap tertinggal dari perburuan gelar juara.
- Pelatih Juventus, Maurizio Sarri, paham masalah timnya.
SKOR.id - Setelah unggul empat angka dari Lazio, Juventus secepatnya perlu mengatasi masalah ketajaman mencetak gol demi menjuarai Liga Italia musim ini.
Keunggulan empat angka Juventus di puncak klasemen terjadi setelah Lazio menyerah 2-3 kepada tuan rumah Atalanta dalam pekan ke-27, Kamis (25/6/2020) dini hari WIB.
Juventus perlu memantapkan ketajamannya mencetak gol untuk memastikan Lazio tetap tertinggal dari perburuan gelar juara.
Eks-Striker Persebaya Cetak Gol Debut di Liga Vietnamhttps://t.co/LrsGq1loR0— SKOR Indonesia (@skorindonesia) June 25, 2020
Hal ini pernah disuarakan pelatih Maurizio Sarri. Pernyataan eks-pelatih Napoli dan Chelsea ini muncul setelah Juventus dikritik lantaran dua kali beruntun main 0-0 di ajang Coppa Italia.
"Permainan kami baik-baik saja, tak ada masalah dengan taktik. Kami cuma kehilangan ketajaman mencetak gol," ujar Sarri.
Soal ketajaman mencetak gol, Lazio lebih unggul. Hingga 27 pekan Liga Italia, Lazio sudah mencetak 62 gol, sementara Juventus "hanya" 52 gol.
Bahkan di kelompok empat besar, jumlah gol Juventus paling sedikit. Ini bisa disebut penurunan.
Dari 2013 hingga 2018, ketika Juventus beruntun menjuarai Liga Italia, rerata gol Si Nyota Tua di Liga Italia 1,43.
Namun, sejak musim lalu, reratanya turun ke 1,05 gol dan musim ini adalah 1,00 gol. Lini depan yang relatif mandul ini menjadi biang kegagalan Juventus di Liga Champions.
Juventus sudah paham ada masalah di lini depan. Itu sebabnya mereka merekrut Cristiano Ronaldo pada 2018.
Akan tetapi persoalan belum sepenuhnya sirna. Rasio harapan gol Juventus (XG) sebenarnya mencapai rerata 2,0--terbaik sejak musim 2012-2013.
XG adalah formula kualitas tembakan berdasarkan variabel jenis assist, sudut tembakan, dan jarak dari gawang lawan. Atau singkatnya secara kasar, rasio peluang emas.
Namun, rerata gol mereka hanya 1,92. Angka itu hanya urutan lima di Liga Italia dan terburuk kedua dalam lima tahun belakangan.
Juventus bisa makin buruk dalam hal menjebol gawang lawan jika tak ada Ronaldo yang punya XG 17,8 dengan 21 gol pada musim ini.
Secara umum, angka XG dan rasio gol Juventus tidaklah buruk. Namun, sebaliknya jika dibandingkan kalangan klub elite.
Misalnya jumlah gol yang hanya urutan kelima, urusan XG yang urutan keempat, dan soal keunggulan ball possesion di final third ada di urutan kedua.
Sarri mengaku sudah mempelajari kelemahan Juventus itu. Possesion ball Juventus tertinggi dalam delapan tahun terakhir.
Demikian pula jumlah rerata operan yang meningkat pesat, serta possesion ball di daerah pertahanan lawan.
Persoalan Juventus cuma satu; finishing touch. Bahkan dalam pertandingan, lawan bisa melepas tembakan yang lebih banyak dari Juventus, fakta terburuk sejak 2010-2011.
Dan ketika itu terjadi, Juventus gagal menjuarai Liga Italia.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Timnas U-16 Kudu Waspada, Cina Sudah Jalani 35 Latihan, 6 Laga Internal, dan 29 Kelas Taktikhttps://t.co/P9wtLeh4D9— SKOR Indonesia (@skorindonesia) June 25, 2020
Berita Juventus Lainnya: