SKOR.id – Max Verstappen mengatakan langkah untuk memperpanjang jadwal Formula 1 (F1) musim 2024 menjadi 24 Grand Prix tidak membantunya memikirkan masa depan jangka panjang dalam kejuaraan.
Bintang Red Bull Racing tersebut saat ini merupakan kekuatan dominan di grid balap jet darat dan tengah menikmati periode suksesnya, dengan memenangi gelar juara dunia dua musim terakhir dan membidik yang ketiga tahun ini.
Banyak fans berpikir Verstappen tidak akan pernah ingin meninggalkan F1 mengingat hasil luar biasa yang tengah dan terus diraihnya. Namun, sebaliknya, ia beberapa kali telah mengisyaratkan kemungkinan bakal berhenti lebih cepat.
Super Max mengungkapkan bisa saja meninggalkan Formula 1 lebih awal dari yang diharapkan. Teranyar, ia mengeluhkan dan merasa kecewa dengan panjangnya kalender F1 2024 yang baru dirilis awal pekan ini.
Sebuah langkah telah dibuat oleh kejuaraan untuk mencoba dan membuatnya sedikit lebih ramah secara logistik, yang ditanggapi positif oleh Max Verstappen.
Namun, banyaknya balapan, total 24 GP, dibanding 22 pada 2023 adalah apa yang membuat Super Max bertanya-tanya apakah dirinya ingin terus melanjutkan karier di olahraga tersebut untuk jangka panjang.
Kontraknya saat ini dengan Red Bull berjalan hingga akhir 2028 dan Verstappen diharapkan setidaknya menyelesaikan kesepakatan. Setelah itu, pemuda Belanda bebas menentukan langkah.
Setelah F1 merilis jadwal musim 2024, Super Max mengungkapkan kekhawatirannya untuk terus memiliki karier dalam kejuaraan jet darat. Ia merasa 24 Grand Prix setahun sangat berlebihan.
“Itu terlalu banyak bagi saya, tetapi kami harus menghadapinya. Saya kira ini sedikit lebih logis dari caranya direncanakan setidaknya. Saya pikir itu lebih baik untuk semua orang,” ujar Verstappen.
“Lebih banyak hal harus disatukan agar saya dapat mengambil keputusan apakah saya akan tinggal lebih lama atau tidak (di Formula 1). Semua ini (jadwal 2024) jelas tidak membantu, pastinya.”
Berdasarkan jadwal F1 2024 yang telah dirilis, kejuaraan akan dimulai di Bahrain pada akhir pekan pertama Maret, dengan balapan digelar Sabtu malam, bukan Minggu demi menghormati bulan Ramadan.
Hal sama berlaku untuk balapan di Arab Saudi sepekan kemudian, sebelum F1 beralih ke Australia dan Asia Timur dengan Grand Prix Jepang maju ke bulan April. Sedangkan GP Cina pun akan kembali pascapandemi.
GP Miami dan Kanada masih menyempil di antara sejumlah balapan di Eropa saat musim semi beralih ke musim panas. Tetapi secara logistik kalender memang agak lebih bersahabat karena sia race di Amerika berdekatan sebelum kembali ke Timur Tengah dengan dua GP final di Qatar dan Abu Dhabi.
Hanya saja, konsekuensinya, F1 akan menggelar balapan hampir setiap akhir pekan pada musim depan. Dan ini jelas akan berdampak buruk pada tim dan semua personel yang melakukan perjakanan untuk race.
Tim telah membawa lebih banyak staf guna dapat melakukan rotasi, namun ini masih merupakan prospek yang sulit dihadapi. Wajar bila Verstappen punya kekhawatiran dengan jumlah GP yang bertambah.