- Juara French Open 2020, Iga Swiatek adalah anak mantan atlet dayung yang mewakili Polandia di Olimpiade Seoul 1988, Tomasz Swiatek.
- Bukan tenis atau dayung yang menjadi olahraga pertama Iga Swiatek dan kakaknya Agatha, tetapi renang.
- Terancam alami ketulian, Iga Swiatek beralih ke tenis dan langsung terlihat lebih berbakat dibanding anak sebayanya.
SKOR.id - Ketika Agnieszka Radwańska mengakhiri kariernya pada tahun 2018, tidak ada yang menyangka bahwa Polandia akan memiliki penerusnya dalam waktu singkat.
Namun Roland Garros tahun ini menunjukkan dengan jelas bahwa Iga Swiątek layak menjadi bintang tenis baru yang memiliki sinar begitu menyilaukan.
Tampil di Grand Slam pertamanya, Iga Swiatek, 19, melakukan pekerjaan luar biasa dalam menorehkan namanya dalam sejarah tenis untuk Polandia.
Enam pertandingan di nomor single, enam kemenangan pula diraih Iga Swiatek.
Semuanya tanpa kehilangan satu set pun, bahkan kala ia menyingkirkan petenis Rumania, Simon Halep, yang difavoritkan juara, di perdelapan final.
Maka, Swiatek pun jadi petenis Polandia pertama sejak masa Jadwiga Jędrzejowska yang mampu mencapai final tunggal Roland Garros.
Bahkan Wojciech Fibak, yang berhasil menembus final ganda pada 1977, terhenti dua kali pada nomor tunggal di perempat final.
Pada 2013, Radwańska pun hanya mampu melangkah sampai delapan besar.
Berawal di Kolam Renang
Lahir di desa Raszyn, Warsawa, Iga Swiatek adalah putri eks-atlet dayung Tomasz Swiatek yang mewakili negaranya di nomor quadruple scull event putra pada Olimpiade Seoul 1988.
Iga memiliki seorang saudara perempuan bernama Agata, yang lebih tua tiga tahun darinya dan merupakan seorang mahasiswa kedokteran gigi.
Menurut Tomasz, bukan tenis atau dayung yang menjadi olahraga awal bagi kedua putrinya itu, melainkan berenang. Dan, itu gara-gara Otylia Jedrzejczak.
Sukses perenang Polandia, Otylia Jedrzejczak, meraih medali emas nomor individual gaya kupu-kupu di Olimpiade 2004 Athena menjadikan olahraga itu populer di negaranya.
Tomasz lalu membangun sebuah kolam renang di sebelah rumah mereka di Raszyn untuk Iga dan Agatha, walau hanya digunakan untuk beberapa lama.
Sayangnya, kedua kakak beradik itu justru sering menderita sakit setelah menjajal olahraga berenang: radang telinga dan radang tenggorokan.
Setelah setahun, spesialis otorinolaringologi mereka mengultimatum Tomasz bahwa kedua putrinya bisa mengalami ketulian jika terus dipaksa berenang.
“Karena itulah kami meninggalkan renang dan hanya pada saat itulah tenis muncul di keluarga kami,” Tomasz Swiatek mengakuinya kepada sportowy24.pl.
Berganti Tenis
Namun, aktivitas yang seharusnya menyenangkan pada awalnya itu berubah saat Tomasz menyadari putri bungsunya memiliki bakat di atas rata-rata.
Klaudia Jans-Ignacik, eks-petenis finalis ganda campuran di French Open 2012, mengingat sesosok bocah perempuan berusia tujuh tahun yang tidak bisa duduk diam di kursinya.
“Gadis kecil itu awalnya menonton kakaknya bermain dan dia tidak sabar menantikan giliran memukul bola. Bahkan pada saat itu jelas-jelas Iga kecil punya energi luar biasa.”
Agata juga bermain tenis dengan cukup baik, tetapi kondisi fisik menjadi penghalangnya. Ia selalu merasakan nyeri di lututnya.
Ketika Tomasz mengkonsultasikan kondisi putri sulungnya itu ke spesialis, ada beberapa opsi. Termasuk artroskopi, walau belum diketahui apa masalahnya.
Saat itulah sang ayah memutuskan Agata tak lagi melakukan olahraga fisik. “Saya tidak pernah ingin anak saya meniti kariernya dengan biaya berapa pun.”
Namun, Iga juga mengalami gangguan kesehatan. Pada tahun 2017, dia cedera pergelangan kaki setelah bertanding tiga set melawan Martina Trevisan.
Dokter memastikan petenis muda kelahiran 31 Mei 2001 itu harus menjalani operasi yang memaksanya beristirahat selama tujuh bulan.
Selepas cedera, Iga Swiatek seperti kesetanan. Ia memenangkan gelar ganda putri French Open Junior pada 2018, bersama Caty McNally, yang mengajaknya berpasangan lewat Facebook.
Berikutnya, gelar juara tunggal putri Wimbledon 2018 juga berhasil dibawanya pulang.
Swiatek juga menyabet medali emas untuk Polandia di Olimpiade Musim Panas Remaja 2018 bersama duetnya dari Slovenia, Kaja Juvan.
Pengaruh Ayah
Iga Swiatek tidak menampik bahwa ayahnya, Tomasz, tampak berambisi menjadikan salah satu anaknya menjadi olahragawan seperti dirinya dulu.
“Terkadang ekspektasi bukan hal yang baik karena menjadi tekanan bagi seorang anak, tapi dalam kasus saya, itu membantu saya karena saya belajar menjadi profesional.”
"Kakak perempuan saya cedera saat dia usia 15 tahun dan dia berhenti bermain tenis tetapi dia berotak hebat dan dia belajar dengan sangat baik, jadi saya pikir kami berdua akan sukses."
Setelah memenangkan Prancis Terbuka, Swiatek juga tidak sepenuhnya melupakan studinya.
Swiatek terpaksa mengambil jeda dari kegiatan akademisnya tapi menegaskan bahwa dia tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan studinya ke universitas di masa depan.
"Saya pikir harus banyak belajar tentang aspek-aspek kehidupan tertentu," katanya.
"Pada titik tertentu otak saya akan membutuhkan sesuatu, selain tenis. Tetapi saya tahu menjadi pemain tenis berarti saya akan sibuk."
Musik Rock
Ada satu fakta lagi yang menjadikan Iga Swiatek berbeda dibandingkan perempuan muda lainnya, genre musik rock kesukaannya yang tidak biasa.
Bayangkan, petenis milenial Polandia ini ternyata menyukai musik-musik beraliran metal!
Selama turnamen Roland Garros tahun ini, Swiatek mengaku selalu mendengarkan lagu “Welcome To The Jungle” dari Guns N ‘Roses sebelum pertandingan.
Tahun lalu, selama French Open 2019, Thunderstruck (AC/DC) yang melakukan tugas itu.
Swiatek juga menggemari lagu-lagu Pink Floyd seperti Learning To Fly, Comfortably Numb dan Shine On You Crazy Diamond. Dan juga Red Hot Chili Peppers.
Namun, Pearl Jam adalah obsesi terbesar dalam kehidupan Iga Swiatek.
Fakta bahwa grup band asal Amerika itu akan menggelar konser di Krakow, Polandia, di Juli 2021 cukup membuat Swiatek gusar. Itu bersamaan dengan turnamen Wimbledon 2021.
Ketika menginginkan sesuatu yang lebih tenang, Iga Swiatek akan memainkan lagu-lagu hits dari grup ABBA, walau baru-baru ini mulai mendengarkan musik jazz.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Pemain Termahal Liga Italia, bukan Cristiano Ronaldo tapi Romelu Lukaku https://t.co/5Mxdmh5gET— SKOR Indonesia (@skorindonesia) October 31, 2020
Berita Tenis dan Entertainment Lainnya:
Kalah di Perempat Final Vienna Open 2020, Novak Djokovic Mengaku Terbebani Status Nomor 1 Dunia