Haornas 2020: Membandingkan Kekuatan Atlet vs Manusia Biasa

Tri Cahyo Nugroho

Editor:

  • Untuk lari dan berenang, kecepatan orang biasa kalah hampir dua kali dari atlet top profesional.
  • Perbedaan kekuatan pukulan antara orang biasa dengan profesional sulit dibayangkan.
  • Banyak sekali faktor yang menentukan perbedaan antara kemampuan orang biasa dengan atlet elite.

SKOR.id - Pernahkah Anda membayangkan beradu cepat lari dengan Usain Bolt, legenda atletik dan olimpiade asal Jamaika? Kekuatan atlet dengan manusia biasa sungguh berbeda jauh.

Atau katakanlah Anda beradu lompat tinggi vertikal dengan pebasket NBA Zach Lavine, melompat jauh dari posisi diam (standing broad jump) melawan atlet American football Byron Jones, hingga adu keras pukulan dengan petarung kelas berat UFC Francis Ngannou?

Jika Anda bukan atlet alias hanya orang biasa, lupakan bisa mengalahkan kemampuan para atlet top di atas. Untuk kecepatan saja, para atlet top dunia itu dua kali lebih baik ketimbang orang biasa.

Kecepatan lari, misalnya. Sejumlah studi dan penelitian menunjukkan, Usain Bolt mencatat kecepatan tertinggi saat mencetak rekor dunia lari 100 meter putra (9,58 detik) di Kejuaraan Dunia Atletik 2009 di Berlin, Jerman.

Usianya ketika itu baru 23 tahun.

Saat itu, Bolt menjadi manusia tercepat karena mampu berlari dengan kecepatan 27,8 mil/jam (44,72 km/jam). Catatan itu dibuat Usain Bolt di area 60-80 meter.

Bila diukur rata-rata sejak start hingga finis, kecepatan berlari Bolt saat membuat rekor dunia 100 meter putra itu adalah 23,5 mil/jam (37,8 km/jam).

Bandingkan dengan rata-rata kecepatan sprint orang biasa yang hanya sekitar 27,3 km/jam sampai 32,1 km/jam. Itu berarti ketinggalan hampir dua kali lipat dari kecepatan Bolt saat membuat rekor dunia.

Kendati begitu, banyak faktor yang memengaruhi kecepatan lari seseorang. Sebut saja jenis kelamin, usia, cuaca/kecepatan angin, nutrisi dan cairan tubuh, cedera, postur (tinggi-berat), dan tentu saja permukaan lintasan.

Untuk sprint seperti yang dilakukan Usain Bolt; faktor seperti arah angin, temperatur, permukaan lintasan, dan bahkan sepatu akan sangat memengaruhi kecepatan.

Dari sisi usia, kemampuan sprint manusia bisa optimal dalam rentang usia 15 sampai 35 tahun. Bila usia Anda di bawah atau di atas batas tersebut, cukup sulit untuk meningkatkan kecepatan sprint.

Kesimpulannya, ada sejumlah faktor dan perbedaan kemampuan sprint antara atlet elite dengan orang biasa. Ingat, atlet elite berlatih enam hari sepekan dengan banyak sesi setiap harinya.

Namun demikian, menurut sejumlah penelitian, program latihan intensif bisa meningkatkan kecepatan berlari antara 17 persen sampai 19 persen.

Kekuatan berenang, melompat, dan pukulan atlet

Seperti sprint, kecepatan renang atlet top dunia juga dua kali lipat dari orang biasa. Rekor dunia kolam panjang (50 meter) untuk renang gaya bebas (gaya tercepat dalam renang) putra 50 meter (20,91 detik) dan 100 meter (46,91 detik) hingga kini masih dipegang Cesar Cielo.

Dengan rekor tersebut, kecepatan renang atlet asal Brasil itu antara 2,13 meter/detik (saat rekor 100 meter) dan 2,40 meter/detik (50 meter).

Kecepatan seorang perenang dengan kemampuan (teknik atau skill) rata-rata hanyalah 2 mil per jam atau setara 0,89 meter/detik.

Di kolam renang, kecepatan seseorang sangat dipengaruhi start dan transisi (putar balik), teknik meluncur, teknik gaya, dan kekuatan tubuh.

Kemampuan orang biasa melompat dari posisi diam, biasa disebut teknik standing board jump, juga kalah jauh dibanding atlet.

Rekor dunia tidak resmi standing board jump masih dipegang atlet American football, Byron Jones. Cornerback yang kini membela Miami Dolphins itu mampu melompat sejauh 3,73 meter saat dites pada 23 Februari 2015.

Bandingkan dengan orang biasa yang hanya mampu melakukan standing board jump antara 2,21-2,30 meter.

Satu lagi statistik menarik tentang jauhnya perbandingan kekuatan antara atlet top dunia dengan manusia biasa adalah kekuatan pukulan.

Saat ini, rekor pukulan terkeras di dunia dipegang Francis Ngannou. Dalam sebuah tes pada November 2017 lalu, kekuatan pukulan petarung divisi heavyweight UFC itu mencapai 129.161 unit.

Satuan unit dikembangkan khusus untuk menghitung seberapa besar dampak hantaman yang bisa dihasilkan seseorang. Satuan unit ini menggunakan hitungan dasar power (foot-pound per second) dan energi kompresi (dalam kalori).

Saat merobohkan Alistair Overeem dalam ronde pertama ajang UFC 218 pada 2 Desember 2017, Dana White selaku Presiden UFC langsung mengomentari kekuatan pukulan petarung berjulukan Predator tersebut.

Pukulan atlet 50 tahun itu setara hantaman sebuah mobil Ford Escort dalam kecepatan maksimal. Sebagai perbandingan, tenaga Ford Escort ada pada kisaran 96 daya kuda (dk) dengan bobot antara 1,017-1.124 kg.

Sebagai catatan, rumus untuk mencari efek pukulan adalah kekuatan (dalam Newton) dikali waktu (detik) sama dengan massa (bobot atlet) dikali kecepatan (meter/detik).

Sederhananya, kekuatan pukulan bisa maksimal tergantung dari secepat apa Anda menghasilkan kekuatan dan bagaimana menyalurkan berat badan secepat mungkin.

Dari rumus tersebut, kekuatan pukulan bisa dicapai dengan meningkatkan skill, teknik, kecepatan, kekuatan, akselerasi, menaikkan bobot (massa), dan mengefisiensikan massa.

Sejumlah penelitian menyebutkan, kekuatan pukulan petinju amatir sekitar 2.500 Newton (N) atau sekitar 255 kg. Dari sebuah studi yang melibatkan tujuh petinju olimpiade dari kelas terbang (52 kg) hingga berat super (tak terbatas), kekuatan pukulan mereka ada di angka 202,8 kg - 483,5 kg.

Energi yang tersalurkan dari pukulan hingga mengenai target sangat bervariasi, tergantung dari berat tangan berikut sarung tinju, kecepatan pukulan, dan seberapa kuat pergelangan tangan.

Menariknya, penelitian tersebut menunjukkan tiga petinju kelas terbang olimpiade tersebut memiliki pukulan lebih keras dibanding semua petinju --kecuali dua dari kelas berat super.

Studi lain yang melibatkan 70 petinju elite menunjukkan rata-rata kekuatan pukulan mereka 351,9 kg.

Penelitian lain dari 23 petinju top menunjukkan kekuatan pukulan mereka lebih keras dua kali daripada pemula. Yang terkeras bahkan hampir 589,6 kg.

Dalam studi soal pukulan Frank Bruno pada 1985, saat merebut sabuk juara dunia kelas berat (+90,71 kg) WBC, kekuatan pukulannya 417,3 kg. Namun, studi lanjutan menunjukkan pukulan Bruno sebetulnya berbobot 644,1 kg.

Lantas, bagaimana kekuatan pukulan orang biasa? Orang yang sama sekali tidak terlatih hanya ada di kisaran 4,2 kg - 5,97 kg. Sementara, mereka yang "sedikit" dilatih bisa 13,6 kg - 23,6 kg.

Berikut data perbandingan atlet profesional dengan manusia biasa:

Lompatan Vertikal Tertinggi

Rata-rata Atlet NBA: 76,2 cm - 81,2 cm
Lompatan mantan pemain atau pebasket aktif NBA seperti Michael Jordan (117 cm), Zach Lavine (117 cm), Spudd Webb (117 cm), James White (117 cm), dan Wilt Chamberlain (122 cm) jauh di atas standar pebasket NBA.

Atlet voli tim elite top dunia 81,2 cm - 96,5 cm.
Rekor Dunia 161,29 cm (Evan Ungar, 13 Mei 2016).
Rata-rata Orang Biasa 40,6 cm - 50,8 cm (Pria) dan 30,5 cm - 40,6 cm (Wanita).

Lompatan Horizontal (dari posisi diam)

Rekor dunia tidak resmi 3,73 m. Dibuat atlet American football, Byron Jones (kini Miami Dolphins), pada 23 Februari 2015.
Rata-rata Orang Biasa: 2,21 m - 2,30 m.

Kecepatan Berlari

Rekor dunia 44,72 km/jam - Usain Bolt. Dibuat di area antara 60-80 meter saat memecahkan rekor dunia 100 m putra (9,58 detik) pada Kejuaraan Dunia Atletik 2009 di Berlin, Jerman.

Rata-rata Sprinter Top Dunia: 41,8 km/jam (rata-rata kecepatan Bolt sepanjang lintasan saat membuat rekor dunia adalah 37,8 km/jam).
Rata-rata Orang Biasa 27,3 km/jam - 32,1 km/jam.

Kecepatan Berenang

Rekor tercepat (merujuk gaya bebas) 2,13 - 2,40 m/detik. Berdasarkan rekor dunia 50 m dan 100 m putra atas nama Cesar Cielo.

Rata-rata perenang/orang biasa: 0,89 m/detik.

Pukulan Terkeras

Rekor dunia 129.161 unit oleh petarung divisi heavyweight UFC, Francis Ngannou, pada akhir November 2017.

Saat meng-KO Alistair Overeem di ronde pertama ajang UFC 218 pada 2 Desember 2017, pukulan Ngannou diyakini setara hantaman benda seberat 1,017-1.124 kg.

Rata-rata petinju elite 351,9 kg - 589,6 kg.
Amatir 202,8 kg - 483,5 kg.
Orang Biasa Tak Terlatih 4,2 kg - 5,97 kg.
Orang Biasa Terlatih 13,6 kg - 23,6 kg.

Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Haornas 2020 Lainnya: 

Haornas 2020: Tuan Rumah Olimpiade dan Paralimpiade 2032, Misi Utama NOC Indonesia 

Haornas 2020: 10 Olahraga Tak Lazim dalam Olimpiade, Ada Tarik Tambang

RELATED STORIES

Haornas 2020: Presiden RI Jokowi Sebut Mungkin Sistem Pembinaan Olahraga di Indonesia Ada yang Salah

Haornas 2020: Presiden RI Jokowi Sebut Mungkin Sistem Pembinaan Olahraga di Indonesia Ada yang Salah

Presiden Jokowi menyebut ada kemungkinan sistem pembinaan olahraga di Indonesia ada yang salah.

5 Kandidat Manusia Kilat Penerus Usain Bolt

Di antara lima sprinter ini adalah Justin Gatlin yang juga rival Usain Bolt.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

satoru mochizuki - timnas putri indonesia

Timnas Indonesia

Laga Pertama Vital, Pelatih Timnas Putri Indonesia Enggan Remehkan Kirgizstan

Meski favorit, Timnas Putri Indonesia tak boleh memandang sebelah mata ancaman Kirgizstan di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026.

Teguh Kurniawan | 28 Jun, 14:20

Menpora Dito Ariotedjo bersama peserta Kejurnas Junior Milklife Archery Challenge. (PR Megapro)

Other Sports

Kejurnas Junior Milklife Archery Challenge 2025 Resmi Dibuka Menpora di Kudus

MilkLife Archery Challenge Kejurnas Junior 2025 akan berlangsung pada 27 Juni hingga 5 Juli 2025.

Gangga Basudewa | 28 Jun, 14:12

Pemain Timnas Indonesia, Thom Haye. (Foto: Yogie Gandanaya/Grafis: Yusuf/Skor.id)

Liga 1

Pelatih Persija Akui Ingin Thom Haye dan Jordi Amat Bergabung untuk Liga 1 2025-2026

Pelatih Persija Jakarta, Mauricio Souza: Thom Haye dan Jordi Amat buat Macan Kemayoran kian kuat di Liga 1 2025-2026.

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 13:00

Persija Jakarta. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 1

Persija Mulai Persiapan Liga 1 2025-2026, Hansamu Yama Absen tapi Dipastikan Bertahan

Persija Jakarta mulai bersiap untuk Liga 1 2025-2026 bareng dengan mengamankan jasa Hansamu Yama, Sabtu (28/6/2025).

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 12:18

Jessnolimit (Yusuf/Skor.id)

Esports

Jess no Limit Ukir Dua Rekor di Guinness Book of Record

Suami dari Sisca Kohl itu tidak tanggung-tanggung mendapatkan dua rekor dunia sekaligus.

Gangga Basudewa | 28 Jun, 11:47

Kompetisi futsal putri kasta tertinggi di Indonesia untuk musim terbaru, Women Pro Futsal League 2024-2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Futsal

Women Pro Futsal League 2024-2025: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Women Pro Futsal League 2024-2025 yang terus diperbaharui seiring berjalannya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 11:26

Kompetisi futsal kasta tertinggi di Indonesia kategori putri, Women Pro Futsal League 2024-2025. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Futsal

Netic Ladies Pecah Telur di Women Pro Futsal League 2024-2025, Juara Bertahan Keok

Hasil tiga pertandingan pada hari pertama pekan terakhir putaran pertama Women Pro Futsal League 2024-2025, Sabtu (28/6/2025).

Taufani Rahmanda | 28 Jun, 11:19

MWI 2025 di Esports World Cup 2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Esports

Drawing MWI 2025, Team Vitality dan ONIC Pertiwi Gabung Grup Ini

Kedua tim asal Indonesia itu berada di grup yang berbeda dan cukup jauh peluangnya untuk bertemu di awal-awal.

Gangga Basudewa | 28 Jun, 09:52

timnas putri indo vs kirgizstan

Timnas Indonesia

Prediksi dan Link Live Streaming Timnas Putri Indonesia vs Kirgizstan di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026

Timnas Putri Indonesia mengawali perjalanan di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026 melawan Kirgizstan, Minggu (29/6/2025).

Teguh Kurniawan | 28 Jun, 09:42

fiba womens asia cup 2015

Basketball

Jadwal Timnas Basket Putri Indonesia di Piala Asia FIBA Putri 2025 Divisi A

Timnas Basket Putri Indonesia siap memulai perjuangan di Divisi A FIBA Women's Asia Cup 2025 alias Piala Asia FIBA Putri 2025.

Teguh Kurniawan | 28 Jun, 08:16

Load More Articles