- Gary Lineker mengenang hattrick-nya ke gawang Real Madrid 35 tahun silam.
- Ia juga bicara soal alasan hijrah ke Barcelona dan memori bersama klub raksasa Katalan.
- Pria 61 tahun ini mengulas perbedaan sepak bola Spanyol dan Inggris.
SKOR.id - Jelang El Clasico akhir pekan ini, Legenda sepak bola Inggris dan Barcelona, Gary Lineker teringat kembali hattrick-nya ke gawang Real Madrid.
Gary Lineker masuk dalam catatan sejarah El Clasico sebagai salah satu dari 14 pemain yang mencetak hattrick di laga Real Madrid vs Barcelona.
Pria asal Inggris ini menorehkan hattrick-nya tersebut pada awal tahun 1987, atau 35 tahun silam. Hebatnya lagi, itu merupakan El Clasico pertamanya di Camp Nou.
Setelah bermain 1-1 di Stadion Santiago Bernabeu, giliran Barca menjamu Madrid di laga pekan ke-28, 31 Januari 1987.
Lineker membukukan hattrick-nya pada menit ke-2, 5, dan 47. Namun, Madrid sempat membalas 2 gol lewat aksi Jorge Valdano dan Hugo Sanchez di babak kedua.
Diakui Lineker, setiap melihat rekaman video hattrick-nya tersebut, bulu kuduknya selalu merinding.
"El Clasico selalu spesial, pertama kali saya bermain di Camp Nou saya tidak punya ekspektasi banyak dari atmosfer di sana, tapi yang pasti luar biasa," tuturnya saat diwawancarai LaLiga.
"Saya mencetak dua gol dalam lima menit pertama dan kebisingan yang tercipta di Camp Nou tidak akan pernah saya lupakan.
"Sekujur tubuh saya merinding saat mencetak gol kedua dan stadion berubah menjadi 'gila'.
"Lalu di babak kedua, saat ada umpan panjang, bek (Madrid) melakukan kesalahan dan saya berhadapan satu lawan satu dengan kiper, dan saya benar-benar tidak percaya apa yang telah terjadi."
Ya, Lineker berhasil mencetak hattrick di debut El Clasico di depan publik sendiri.
Pemain yang mengenakan nomor punggung 9 Blaugrana pun mengaku sempat was-was saat Madrid berhasil mencetak dua gol, 10 menit jelang laga berakhir.
"Saya terus berharap, tolong jangan rusak hattrick pertama saya di El Clasico tanpa kemenangan. Dan akhirnya ini adalah laga yang tidak pernah saya lupakan, saya tidak pernah bosan untuk menyaksikannya terus-menerus."
Sulit Menolak Barcelona
Sementara itu, terkait kepindahannya ke Barcelona setelah bersinar di Piala Dunia 1986 bersama Inggris, Lineker mengaku semata karena nama besar klub Katalan tersebut.
"Barcelona mendatangi saya, salah satu klub raksasa mendekati saya, dan sulit untuk mengatakan tidak," ungkapnya.
"Kesempatan hidup di negara berbeda, merasakan pengalaman sepak bola yang berbeda, juga mengajari saya banyak hal baik di dalam maupun di luar lapangan.
"Kesempatan belajar bahasa baru dan mencoba sesuatu yang baru membuat saya tertarik. Banyak alasan sebenarnya, tapi yang utama sulit menolak Barca."
Lineker bermain bersama Barcelona selama tiga tahun dan berhasil menunjukkan naluri membunuhnya. Ia mengumpulan 48 gol dari 129 pertandingan.
"Saya merasakan tiga tahun fantastis bersama Barcelona. Sejak saya pergi, saya selalu mengingatnya. Pengalaman menyenangkan, klub sepak bola luar biasa, tempat yang benar-benar gila dan masih berlaku hingga saat ini," tuturnya.
"Saya punya hubungan baik dengan suporter Barcelona begitu juga dengan klub. Terutama dalam dua tahun pertama, tahun ketiga tidak terlalu, tapi masyarakat Barcelona selalu baik kepada saya itu dan itu selalu saya ingat."
Sepakbola Spanyol Meningkatkan Permainan Lineker
Selama tiga tahun (1986-1989) merumput di LaLiga, Lineker mengakui ada banyak perbedaan antara sepak bola Spanyol dan Inggris.
Sebelum ke Barca, Lineker memperkuat Leicester City (1978-1995) dan Everton (1985-1986) lalu dipinang Tottenham Hotspur pada musim panas 1989.
"Sepak bola Spanyol sangat berbeda dengan sepak bola Inggris, terutama di masa itu," katanya.
"Sekarang, sepak bola Inggris dihuni banyak pemain asing dan permainan pun berubah meski tetap dengan tempo dan kecepatan tinggi tapi tetap berbeda saat saya bermain.
"Ketika itu (sepak bola Inggris) sangat intens bukan umpan-umpan panjang sementara sepak bola Spanyol lebih banyak memodifikasi.
"Secara taktis juga berbeda, saya harus belajar mencetak gol dengan segala cara. Pada 1980-an banyak tim bermain sangat dalam, mereka menggunakan libero, sweeper, dan salah satu aset saya adalah kecepatan.
"Saya kerap berhasil melewati barisan bek dan berhadapan langsung dengan kiper, tapi kesempatan semacam itu tidak banyak. Jadi saya harus belajar mencetak gol dengan cara lain.
"Permainan juga lebih lambat sehingga kita dituntut untuk lebih sabar. Secara teknis, jauh lebih baik. Dan berada di Spanyol saat itu meningkatkan permainan saya."
Bersama Barcelona, Gary Lineker merasakan gelar Copa del Rey di tahun kedua dan Piala Winner semusim setelahnya.
Skorer, jangan ketinggalan juga untuk ikutan kuis El Clasico berhadiah Jersey Original Real Madrid dan Barcelona di akun Instagram Skor Indonesia di bawah ini!
View this post on Instagram
Berita El Clasico Lainnya:
Jelang El Clasico, Gelandang Real Madrid Puji Perkembangan Barcelona bersama Xavi Hernandez
VIDEO: Mengintip Persiapan Real Madrid jelang Laga El Clasico Lawan Barcelona