- Pembalap Williams, Nicholas Latifi, mengaku mendapat ancaman pembunuhan.
- Sosok Nicholas Latifi memang disebut sebagai "biang" kemenangan
- Latifi bahkan sampai menyewa petugas keamanan ekstra karena ancaman tersebut.
SKOR.id - Pembalap F1 berkebangsaan Kanada, Nicholas Latifi, mengaku menerima ancaman pembunuhan setelah F1 GP Abu Dhabi yang kontroversial di akhir musim 2021.
Latifi bahkan harus menyewa petugas keamanan ekstra setelah menerima ancaman tersebut.
Pembalap berusia 26 tahun itu terlibat insiden di lap penutup balapan, memicu safety car yang membalikkan hasil kemenangan.
Prosedur restart yang membuat pebalap Red Bull Racing, Max Verstappen, untuk melewati rival dari Mercedes, Lewis Hamilton, di lap terakhir.
Latifi menerima "serangan" mulai dari perundungan online setelah balapan, hingga paling ekstrem ancaman pembunuhan.
“Ya, kedengarannya lucu, kedengarannya konyol tapi kami benar-benar menanggapi ancaman dengan serius,” kata Latifi kepada wartawan setelah peluncuran livery baru tim Williams tahun 2022.
“(Itu bisa terjadi) hanya dalam satu penggemar mabuk di bandara atau anda bertemu seseorang yang mengalami hari yang buruk, mabuk atau di bawah pengaruh, atau seseorang dengan pendapat yang sangat ekstrem ini."
"Hanya satu dari sejuta orang, jadi beberapa hari saya kembali ke London setelah balapan, saya memiliki beberapa bodyguard," katanya,
Latifi membahas perundungan itu dalam sebuah pernyataan yang dia terbitkan di situsnya pada tahun 2021.
Setelahnya, Ia menerima banjir pesan dukungan, termasuk dari Lewis Hamilton.
"Lewis memang mengirimi saya pesan ... tepat sebelum saya mengeluarkan pernyataan itu," kata Latifi.
“Saya juga mendapatkan beberapa pesan dukungan dari anggota tim lain di Mercedes."
Berita Lainnya:
Yuki Tsunoda Ingin Buka F1 2022 seperti Akhir Musim Lalu
Sprint Race Resmi Digelar di 3 GP pada F1 2022, Ini Aturan Barunya