- Di awal era mesin 500cc 2-tak, tidak ada yang memperhatikan gap motor kelas utama kejuaraan dunia dengan motor Superbike.
- Pada 2002, sebuah motor Superbike di BSB mampu lebih cepat dari pada Honda RC211V milik Valentino Rossi di lomba GP Inggris.
- Kini, waktu lap lomba motor-motor Superbike rata-rata hanya lebih lambat 1,2 detik sampai 1,5 detik daripada motor-motor MotoGP.
SKOR.id - Sejak pertengahan era 1970-an, beragam jenis balap motor mulai berkembang pesat di Amerika Serikat (AS). Pabrikan seperti BWM, Ducati, Kawasaki, dan Honda mulai bertarung di ajang-ajang Asosiasi Pemotor AS (American Motorcyclist Association/AMA).
Kejuaraan Dunia Superbike (WorldSBK) pun baru muncul pada 1988 di Eropa. Ide awal gelaran ini adalah membuat seri balap motor dengan persiapan (baca: modifikasi atau ubahan) yang sangat minim.
Dengan balapan ini, setiap pembalap atau tim bisa membeli motor produksi massal untuk balap dengan modifikasi yang cukup.
Selama bertahun-tahun, mesin 4-tak/langkah (4-stroke) berkapasitas 750cc sampai 1.000cc beradu cepat di sirkuit yang juga digunakan untuk Kejuaraan Dunia Balap Motor kelas 500cc.
Sepanjang itu pula, orang tidak terlalu peduli dengan waktu lap motor-motor Superbike produksi massal yang lebih lambat dibanding motor-motor 500cc 2-tak prototipe.
Perbedaan waktu lap itu bukan hanya karena karakter mesin 2-tak motor 500cc. Sesuai perhitungan teknis, performa motor 2-tak memang 1,6 kali motor 4-tak. Jadi, perfoma motor 500cc 2-tak setara dengan motor 800cc (1,6 x 500) 4-tak.
Gap performa antara motor balap 500cc 2-tak dengan Superbike 4-tak juga dipengaruhi sirkuit, kondisi cuaca, dan tentu saja ban. Namun, umumnya gap waktu lap antara kedua motor tersebut sekitar era akhir 1970-an sampai 1990-an rata-rata antara 2 sampai 3 detik.
Pada 2002, Dorna Sports selaku promotor kelas utama (500cc) Kejuaraan Dunia Balap Motor, melakukan revolusi dengan mengubah mesin 2-tak 500cc menjadi 4-tak 1.000cc. Demikian pula dengan penamaan kelas utama dari GP500 menjadi MotoGP.
Pergantian mesin 4-tak ini juga beberapa kali mengalami perubahan. Dari 2002 sampai 2006, mesin yang digunakan adalah 990cc. Sejak 2007, selama empat tahun berikutnya, mesin 800cc wajib dipakai. Terakhir, sejak 2012, mesin 1.000cc yang dipakai.
Namun begitu, harga motor untuk MotoGP saat ini sungguh di luar nalar karena dibuat khusus dan eksklusif untuk balap. Satu unit motor tim pabrikan seperti milik Tim Repsol Honda bisa mencapai 3 juta euro (sekira Rp52 miliar dengan kurs euro saat ini).
Bandingkan dengan motor untuk Superbike yang harganya di diler ada di kisaran 20 ribu sampai 40 ribu euro (Rp346 juta – Rp692 juta).
Pada tahun 2009, Herve Poncharal selaku Presiden IRTA (Asosiasi Tim Balap di MotoGP) sekaligus pemilik Tim Tech3, mulai memikirkan masa depan MotoGP dan WorldSBK. Penyebabnya, apalagi jika bukan ongkos balap yang kian mahal.
"Jika ingin mengurangi cost di MotoGP seperti yang Anda inginkan, otomatis performa juga akan menurun. Semua tahu seperti apa beda performa mobil Formula 1 (F1) dengan mobil produksi massal,” ucap pria asal Prancis itu.
"Namun, untuk motor, belakangan ini membedakan (performa) MotoGP dengan Superbike kian bertambah sulit.”
Pada 2002, Steve Hislop dengan Ducati 996 di Kejuaraan British Superbike (BSB) mampu lebih cepat ketimbang Valentino Rossi yang menggeber Honda RC211V milik Tim Repsol Honda di GP Inggris.
Namun, perdebatan sengit mulai mengemuka pada 2016. Dalam tes di Sirkuit Jerez, Spanyol, Jonathan Rea dengan Kawasaki ZX-10RR mampu lebih cepat daripada Yamaha YZR-M1 milik Valentino Rossi di MotoGP.
Mengacu kondisi tersebut, pertanyaan pun muncul. Apakah motor produksi massal bisa secepat motor prototipe yang dibuat eksklusif dan sangat mahal? Di Jerez saat itu, Rea memang memakai ban Pirelli khusus kualifikasi.
Kendati begitu, perdebatan terus berlanjut. Pada 2017, MotoGP dan WorldSBK menggunakan enam sirkuit yang sama (Philip Island, Motorland, Losail, Jerez, Misano, dan Assen).
Menariknya, tidak satu pun di trek-trek tersebut motor MotoGP mampu unggul 2 detik. Waktu lap lomba terpangkas menjadi 1 detik. Seperti biasa, pembalap tercepat di Superbike adalah juara dunia lima kali (2015-2019), Jonathan Rea.
Kejutan kembali muncul pada Juli 2020 lalu. Dalam tes di Sirkuit Montmelo, Spanyol, Rea lebih cepat ketimbang waktu lap lomba Marc Marquez di GP Catalunya 2019. Bukan hanya Rea, Ducati Panigale V4R milik Chaz Davies dan Scott Redding.
Dengan kata lain, waktu lap motor Superbike dengan motor MotoGP yang kian terkikis mulai dinilai lumrah. Dengan ban spesial dari Pirelli, motor Superbike mampu lebih cepat daripada motor MotoGP di beberapa kesempatan, tapi dengan ban lomba mereka semakin dekat.
F1 GP Turki Digelar Tertutup, 100.000 Fan Batal Padati Istanbul Park https://t.co/yltAxO6chU— SKOR Indonesia (@skorindonesia) October 6, 2020
Kini, waktu lap lomba motor-motor Superbike hanya lebih lambat 1,2 detik sampai 1,5 detik daripada motor-motor MotoGP. Di beberapa trek seperti Jerez dan Philip Island, gap lomba kedua jenis motor itu bahkan hanya 1 detik.
Gap tersebut terbilang kecil jika mengacu perbedaan sangat besar antara motor MotoGP yang prototipe dan didesain untuk menjadi motor tercepat di dunia dengan motor Superbike yang mampu cepat karena mengalami ubahan/modifikasi.
Dengan investasi dan teknologi yang fantatis, rasanya memang agak aneh bila motor MotoGP hanya mampu unggul 1 sampai 1,5 detik dari motor Superbike.
Untuk tahu lebih detail, Anda harus mengerti perbedaan motor MotoGP dan Superbike bila menggunakan ban yang sama. Namun, faktanya, gap bujet memproduksi motor MotoGP dengan Superbike sangatlah lebar.
Untuk bisa turun di kejuaraan dunia, motor Superbike harus sudah diproduksi minimal 500 unit dalam dua tahun dengan harga maksimal 40 ribu euro (Rp692 juta).
Pembalap bisa menginvestasikan anggaran antara 10 ribu euro sampai 20 ribu euro (Rp174 juta – Rp348 juta) untuk biaya modifikasi pendongkrak performa. Komponen balap (racing parts) juga harus dihomologasi dan sudah dijual umum.
Total, seorang pembalap Superbike bisa turun di kejuaraan dunia hanya dengan anggaran tidak lebih dari 60 ribu euro untuk membangun motor yang kompetitif.
Dengan skill dan teknik bagus serta tim yang solid, seorang pembalap Superbike bisa terpaut hanya beberapa detik dari motor MotoGP berharga fantastis nan rumit.
Paling tidak, itu sudah ditunjukkan Jonathan Rea dan Tim Kawasaki Racing di Kejuaraan Dunia Superbike dalam enam tahun terakhir. Rea dan Kawasaki merebut gelar juara dunia pembalap dan pabrikan di Superbike sejak 2015 hingga 2019 lalu.
Kawasaki hanya menghabiskan sekira 5 juta euro per musim di Kejuaraan Dunia Superbike. Bandingkan dengan sebuah tim MotoGP yang butuh 50 sampai 60 juta euro per musimnya.
Sebuah motor Superbike sudah siap balap dengan bujet hanya 60 ribu euro sampai 70 ribu euro. Sementara, motor MotoGP “paling murah” bisa menghabiskan hampir 1 juta euro (Rp17,3 miliar) per unitnya.
Tidak hanya itu, MotoGP menggunakan racing parts yang didesain khusus dan mahal karena tidak diproduksi massal. Bobot motor MotoGP juga lebih ringan (sekitar 12 kg) dibanding Superbike dan memiliki tenaga lebih besar (sekira 20-30 dk).
Motor MotoGP juga memiliki komponen aerodinamika, suspensi, rem, sistem elektronik, dan bahkan pengaturan tinggi-rendah motor untuk menyesuaikan dengan karakter lintasan.
Namun, dengan perbedaan sangat besar tersebut, bujet dan teknologi di antara motor MotoGP dengan Superbike hanya dipisahkan 1 sampai 2 detik saat lomba.
Menariknya, beberapa motor Superbike saat ini diyakini merupakan “jelmaan” dari motor MotoGP. Desain dan spesifikasi mesin Ducati Panigale V4 R disebut-sebut turunan dari motor MotoGP Ducati, Desmosedici GP, yang disesuaikan dengan regulasi WorldSBK.
“Sepanjang sejarah World SBK, motor yang dipakai selalu berbasis produksi massal. Tapi, kali ini kami melawan mesin yang datang dari MotoGP,” ujar Ichiro Yoda selaku Direktur Balap Tim Kawasaki.
Kepala Divisi Balap Yamaha Eropa, Andrea Dosoli, menambahkan, apa yang dilakukan Ducati di WorldSBK menunjukkan kemampuan mereka menginterpretasi regulasi. Menurut Dosoli, kontrol pengeluaran menjadi sukses di Superbike saat ini.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Balap Motor Lainnya:
Jalan Panjang Andrea Dovizioso Bisa Konsisten di Klasemen Atas MotoGP
Jelang MotoGP Prancis 2020, Bos Tech3 Waspadai Ramalan Cuaca di Le Mans
Resmi, Sirkuit Estoril Jadi Putaran Penutup Superbike 2020