SKOR.id – Francesco Bagnaia meyakini jika peran favorit utama dalam perburuan gelar MotoGP adalah strategi rival-rivalnya untuk menambah tekanan kepadanya sebagai ujung tombak Ducati.
Bila dua putaran MotoGP terakhir, Grand Prix Argentina dan Amerika adalah penentu, maka taktik itu berhasil bagi mereka yang berharap bisa menantang dominasi teoretis sang juara dunia bertahan.
Setelah sukses dalam GP Portugal, di mana Bagnaia memenangi sprint race serta balapan utama, rider Ducati Lenovo Team tersebut ditimpa petaka di Argentina dan Amerika Serikat.
Di Sirkuit Termas de Rio Hondo, Argentina, Pecco, sapaan Bagnaia, terjatuh saat tengah mengejar Marco Bezzecchi (Money VR46 Racing Team) dari posisi kedua dalam balapan utama.
Berselang dua pekan, Pecco Bagnaia kembali blunder. Ia crash di Circuit of The Americas (COTA) ketika tengah memimpin main race dan menjauh dari Alex Rins (LCR Honda), yang pada akhirnya menang.
Akhir pekan ini, MotoGP akan berlanjut dengan Grand Prix Spanyol di Sirkuit Jerez. Memasuki putaran keempat musim 2023, pembalap utama Ducati itu ada di urutan kedua klasemen sementara.
Ia hanya tertinggal 11 poin di belakang Bezzecchi yang masih memimpin dan unggul enam angka di atas Rins, yang melesat ke posisi tiga besar berkat kesuksesannya di MotoGP Amerika.
Kebetulan, Jerez adalah tahap di mana Bagnaia meraih kemenangan pertama dari tujuh yang dicetaknya untuk mengejar defisit 91 poin dari Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha) dan merebut gelar.
Selain itu, Ducati Desmosedici mendominasi sesi tes dengan Francesco Bagnaia sebagai pembalap paling konsisten. Dengan semua fakta, wajar bila ia jadi referensi di grid dan juga paling difavoritkan juara.
“Tampaknya jika saya tidak memenangi Kejuaraan Dunia lagi, itu akan menjadi bencana. Tapi saya pikir semua yang mereka katakan adalah strategi dari para pesaing saya,” ujar Bagnaia kepada Motorsport.
Dalam MotoGP Amerika, pemuda asal Turin, Italia tersebut menyadari motor yang diproyeksikan Ducati untuk musim 2023 sangat kompetitif yang membuatnya merasa tidak terkalahkan.
Di sisi lain, situasi ini membuat Pecco Bagnaia memaksa lebih dari yang diperlukan untuk menemukan stabilitas di atas Desmosedici GP23. Namun, dua kali melakukannya, ia justru berakhir di gravel.
“Ini Ducati terbaik yang pernah saya kendarai. Motor tahun lalu kekurangan hal-hal tertentu yang telah diperbaiki. Ada beberapa dari kami yang bisa menang dengan itu, jadi kita lihat saja apa yang terjadi.”