- Ferdinand Nanlohy adalah salah satu bek dari Papua Football Academy yang punya "darah" PSA Ambon.
- Ayah dari Ferdinand Nanlohy merupakan pesepak bola PSA Ambon pada era akhir 1980an.
- PSA Ambon dikenal tim asal Maluku yang banyak menghasilkan sejumlah pemain level nasional.
SKOR.id - Postur Ferdinand Nanlohy sebagai pesepak bola yang usianya 13 tahun cukup bagus bahkan mendekati ideal. Tinggi sudah mencapai 170 cm.
Apalagi, posisi pemain bertahan yang menjadi pilihannya dalam bermain sepak bola. Di Papua Football Academy, Ferdinand Nanlohy salah satu pemain yang cukup disiplin.
Meski tak banyak bicara, pola komunikasinya sebagai pemain bertahan cukup bagus dalam memberikan komando ke rekannya.
Ternyata, bakat sepak bola Ferdinand Nanlohy ini sangat kental. Bahkan, dia menjadi "penerus" sang ayah.
Jelang keberangkatan bersama tim Papua Football Academy menuju Surabaya akhir pekan lalu, ibu dari remaja 13 tahun ini bercerita soal anak bungsunya.
"Dia satu-satunya yang punya bakat bagus dan cukup serius ditekuninya," kata Atha Nanlohy kepada Skor.id.
"Saya memiliki tiga anak dan Ferdinand ini yang bungsu. Ada satu kakaknya laki-laki, tetapi yang bakat sepak bolanya terlihat dari kecil itu Ferdinand."
Atha Nanlohy mengatakan, sejak masih balita tampak sekali minat anak bungsunya ini pada sepak bola. Apalagi, sang suami Jack Franky Nanlohy adalah mantan pemain.
Jack merupakan pemain bertahan PSA Ambon di Divisi I, kasta kedua era kompetisi PSSI Perserikatan pada akhir 1980-an.
Bahkan, Jack yang lahir di Makassar, sampai delapan tahun menjadi andalan PSA Ambon pada masa itu.
"Saya hanya mengarahkan saja. Ibunya cukup memperhatikan kebiasaan Ferdinand, sebab saya lebih banyak di luar rumah karena kerja," ujar Jack.
Hal itu dibenarkan Atha. Itu juga termasuk proses Ferdinand Nanlohy seleksi Papua Football Academy lalu masuk sebagai salah satu siswa.
"Awalnya, dia ikut seleksi dikirim dari SMP 2 Timika tempat dia sekolah. Dia sangat serius saat ikut seleksi," tutur Atha.
"Ketika akhirnya Ferdinand terpilih menjadi salah satu siswa yang lolos dan akan gabung PFA, kami total mendukungnya."
"Sebab kami tahu jika Papua Football Academy ini tak hanya sekedar tempat belajar main sepak bola saja tetapi lebih besar dari itu," katanya menambahkan.
Harapan pun keluar dari Atha untuk Papua Football Academy, khususnya dalam upaya melahirkan atlet yang punya bekal bagus luar dalam sebagai pesepak bola.
"Kami dari keluarga pemain percaya, PFA adalah tempat yang tepat bagi anak-anak untuk berkembang. Itu tak hanya soal sepak bola tapi juga dalam berkehidupan."
"Saya hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik bagi semua siswa khususnya anak kami. Saya juga percaya kalau Papua Football Academy adalah yang terbaik," tutur Atha.