SKOR.id – Seusai kemenangan melawan Kroasia (3-0) pada laga pertama Spanyol di Euro 2024, Sabtu (15/6/2024) lalu, pelatih Luis de la Fuente mengaku tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi di luar. Tetapi, La Roja memiliki motivasi.
Pelatih asal Spanyol itu sebelumnya menjadi sorotan karena harus menunjukkan mengapa ia menjadi pelatih yang berbeda. Yang pasti, pesan tersebut berfungsi untuk meredam euforia dan mengirimkan pesan kuat dari ruang ganti yang tidak akan berhenti bermimpi.
“Saya suka bahwa para penggemar bersemangat, bahwa negara ini bersemangat. Kami harus menjadi lebih baik dalam pertandingan berikutnya,” kata De la Fuente.
Permainan Spanyol saat ini mampu menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada sebelumnya. Pelatih Kroasia Zlatko Dalic memperingatkannya sebelum pertandingan bila Spanyol kini bermain lebih vertikal.
Sentuhan permainan Spanyol belum hilang, namun kini gayanya bisa dinegosiasikan tergantung rivalnya, kualitas para pemainnya, atau momen yang dilalui tim di setiap babak pertandingan.
Sebuah transformasi memungkinkan La Roja memiliki banyak pilihan untuk memadukan gaya untuk mencegah rivalnya mengetahui cara menguraikan rencana mereka.
Gaya Tidak Terpaku Tiki-Taka
Gaya Spanyol adalah gaya yang membawanya menuju kemenangan. Rodri selaku pemimpin tim Spanyol dan sosok yang paling cocok dengan tim yang membawa tiki-taka sebagai benderanya, tampil lebih bertenaga dari sebelumnya dengan debat nasional yang unggul.
Manfaat besar dari pemilihan Luis de la Fuente sebagai adalah dia tahu bagaimana memodifikasi gaya yang telah berlaku di Spanyol selama bertahun-tahun untuk mencoba meningkatkan versi yang memberi Spanyol begitu banyak kesuksesan.
Selama ini, banyak yang berpikir bahwa keluar dari pakem membuat Spanyol kehilangan esensi permainan. Tiki-taka sangat identik dengan La Roja namun menjadi masalah dan kesalahan besar saat tidak mengetahui bagaimana beradaptasi pada waktunya.
Kroasia menang dalam penguasaan bola, 53%, dan juga memberikan umpan lebih banyak dibanding Spanyol (463 berbanding 388). Namun, mereka tidak pernah terlihat lebih unggul atas Spanyol.
Pelatih yang baik adalah mereka yang tahu bagaimana meningkatkan kualitas pemainnya dan De la Fuente bertekad untuk membuktikan hal itu. Spanyol telah memulihkan nilai pemainnya sehingga mampu menentukan jalannya permainan, menghancurkan struktur pertahanan, menciptakan banyak peluang, membuat kecepatan, dan meluapkan kualitas terbaiknya.
Perangkap Mematikan dan Segudang Pemain Hebat
Terakhir kali Spanyol kalah dalam penguasaan bola adalah pada 18 November 2014, dalam pertandingan persahabatan yang dimainkan di Balaidos melawan Jerman. Saat itu, mereka takluk 0-1.
Hari itu menjadi ujian definitif yang membuat Spanyol berpikir jika penguasaan bola direbut, kekalahan akan lebih menyakitkan. Kini hal tersebut sudah tidak lagi penting.
“Apakah kami kehilangan penguasaan bola? Yang penting adalah gol dan tiga poin,” tutur gelandang Fabian Ruiz, pencetak gol kedua dan Man of The Match laga Spanyol vs Kroasia.
Kroasia tahu bahwa kekuatan Spanyol saat ini ada pada vertikalitasnya dan mereka akhirnya jatuh ke dalam perangkap Spanyol.
Kroasia sudah berusaha menutup sayap untuk meruntuhkan permainan Lamine Yamal dan Nico Williams. Namun, mereka mungkin lupa bahwa sepak bola Spanyol masih menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Debut La Roja di Euro 2024 menunjukkan bahwa daftar pemain hebat milik Luis de la Fuente jauh lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Ruiz menciptakan umpan untuk Alvaro Morata yang membuat skor 1-0. Koneksi lain adalah saat Pedri bergerak paling baik, melakukan servis kepada Ruiz untuk menjadikannya papan skor berubah 2-0.
Rodri yang selalu berada di tempat yang tepat, memenuhi fungsi-fungsi yang membutuhkan sosok yang lebih berposisi. Sementara, Pedri serta Ruiz mampu bergerak sesuka hati di belakang lini tengah Kroasia.
Koneksi Dani Carvajal-Lamine Yamal
Koneksi Dani Carvajal dengan Lamine Yamal menjadi salah satu catatan paling positif dalam debut tim asuhan Luis de la Fuente di Jerman. “Lamine tampil sangat bagus karena dalam beberapa kesempatan ia berhasil mengungguli (Josko) Gvardiol. Kedua kubu bermain sangat bagus. Kami sangat senang karena memainkan pertandingan yang sangat bagus hingga hampir menempatkan kami di babak 16 besar,” tutur Carvajal.
Bek sayap kanan milik Real Madrid CF itu seolah terbang di Stadion Olimpiade Berlin setelah kombinasi yang tidak biasanya dengan Yamal berjalan sangat baik.
Pengalaman dan kecerdasan Carvajal dipadukan dengan kepercayaan diri dan kualitas Lamine membentuk duo mematikan yang membuat pertahanan Kroasia berantakan.
Kadang-kadang, pemain sayap akan masuk ke dalam dan mengambil kesempatan untuk menciptakan peluang. Di kesempatan lain, Yamal akan berfantasi tentang sepak bolanya dan Carvajal akan mengukur upayanya untuk menutup setiap serangan balik.
Umpan silang Yamal yang disambut Carvajal untuk menjadi gol ketiga menjadi contoh sempurna bahwa ada dua pesepak bola yang sinerginya di lapangan sangat istimewa.
Peran Alvaro Morata
Jika ada pemain Timnas Spanyol yang membutuhkan debut seperti ini, ia tak lain Alvaro Morata. Striker Spanyol tiba di Jerman di tengah badai seputar siapa pemain nomor 9 yang paling pas untuk Spanyol.
Setelah 30 menit laga berjalan, penyerang tengah Atletico Madrid itu membuktikan bila setiap kali kulitnya menyatu dengan kaus merah, gaya permainan sepak bola dan definisinya selalu mencapai versi terbaik.
Satu golnya ke gawang Kroasia membuat Morata kini mengoleksi gol terbanyak ketiga sepanjang masa di Euro (7), hanya kalah dari Cristiano Ronaldo (14) dan Michel Platini (9).
Gol pertama Morata di Euro 2024 ini juga sangat penting karena mendongkrak kepercayaan diri dan energi sekaligus mencoba membungkam semua kritik.