- Dunia sepak bola Kamboja memasuki era baru di bawah Cambodia Premier League (CPL) yang dipimpin Satoshi Saito.
- Sejumlah program telah disiapkan Satoshi Saito, utamanya untuk meningkatkan mutu dan kualitas Liga Kamboja.
- Sepak bola Kamboja membidik target tinggi yakni merajai Asia Tenggara hingga lolos Piala Dunia.
SKOR.id – Sepak bola Kamboja yang mulanya menjadi bulan-bulanan lawan kini mulai mengalami perkembangan.
Perkembangan itu ditandai dengan mulai mampunya klub-klub Kamboja bersaing di turnamen antarklub level Asia.
Terbaru, Bali United menjadi korban hasil dari perkembangan sepak bola Kamboja.
Pada ajang Piala AFC 2022, Bali United secara mengejutkan tumbang dari wakil Kamboja, Vishaka FC dengan skor 2-5.
Ini bukan kali pertama Bali United tumbang lawan wakil Kamboja, pada Piala AFC edisi sebelumnya, mereka juga tumbang dari Svay Rieng.
Hal itu bisa dikatakan bukan hanya kebetulan semata, tetapi ada peran dari berkembangnya kompetisi domestik di Kamboja.
Sejak tahun 2021 lalu, federasi sepak bola Kamboja menunjuk orang-orang yang pernah berpengalaman di J.League untuk mengelola kompetisi domestik Kamboja.
Kala itu, federasi sepak bola Kamboja menunjuk Satoshi Saito sebagai Chief Excecutive Officer (CEO) Cambodia Premier League (CPL).
Pada Oktober 2021, mantan Pejabat Marketing Internasional FC Barcelona itu ditunjuk untuk memimpin sebuah perusahaan baru yang dibentuk untuk mengubah wajah sepak bola Kamboja.
Harapan tinggi tentu dibebankan kepada Saito. Sebab, dia datang ke Kamboja dengan sederet reputasi yang mentereng.
Saito pernah bekerja sebagai manajer pemasaran FC Barcelona, Wakil Direktur Misi Khusus di Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA), Direktur Pemasaran AFC, hingga Konsultan Pemasaran FIFA.
Dalam sebuah wawancara dengan Khmer Times beberapa waktu lalu, Saito menggambarkan bahwa sepak bola Kamboja sebagai sebuah tambang emas.
"Terus terang, saya akan menggambarkannya sebagai dunia sepak bola terbelakang," kata Saito, dikutip dari Khmer Times.
"Ada begitu banyak ruang yang masih bisa dikembangkan. Banyak hal yang bisa dilakukan," ia melanjutkan.
Dia mengatakan, Kamboja masih memiliki sejumlah kelemahan dalam sejumlah aspek, utamanya fasilitas, pendanaan, dan pelatihan.
Menurut Saito, Kamboja membutuhkan tata kelola yang lebih kuat, standar lisensi klub, branding, promosi, dan hubungan masyarakat yang lebih baik.
"Kami sudah memiliki struktur fundamental yang baik di sini. Namun kami perlu berbuat lebih banyak. Kami perlu menang Ini yang harus menjadi mentalitas kami," kata Saito.
Terkait dengan fasilitas, ia mencontohkan kondisi lapangan yang buruk, minimnya lapangan sepak bola berstandar internasional, hingga kurangnya penerangan di lapangan.
Berkiblat pada Jepang
Saito mengatakan, rencananya mengubah wajah sepak bola Kamboja akan mengikuti pengalaman J.League, sistem kompetisi sepak bola di Negeri Samurai.
Sebab, saat ini J.League menjadi salah satu kompetisi sepak bola terbaik di Asia sejak pertama kali dibentuk pada awal 1990-an.
Menurut Presiden Federasi Sepak Bola Kamboja (FFC), Jenderal Sao Sokha, CPL adalah era baru untuk sepak bola Kamboja.
"Kita harus melihat negara-negara sepak bola terkemuka di seluruh dunia. Memiliki liga profesional berkualitas tinggi akan berkontribusi pada keberhasilan tim nasional dan memperkuat ekosistem sepak bola," ujar Sao Sokha.
Langkah FFC menunjuk Saito sebetulnya bukan langkah yang keliru. Sebab, J.League sebagian besar diciptakan melalui upaya Kawabuchi Saburo, yang juga menjadi mentor Saito.
"Sebelum J.League dibentuk, sepak bola Jepang adalah salah satu yang terburuk di Asia. Bahkan kami tidak bisa bersaing dengan Filipina atau Malaysia," ujar Saito.
Saat ini, rencana utama yang akan ditempuh CPL ialah menerapkan sistem Lisensi Klub Nasional dan mematok kriteria khusus bagi klub-klub yang ingin berpartisipasi.
Lisensi ini akan dilakukansecara ketat untuk Liga Kamboja yang turnamen-turnamen lainnya yang berada di bawah yurisdiksi CPL.
Dijelaskannya, CPL akan memangkas jumlah kontestan di Liga Kamboja. Saat ini, kompetisi di kasta tertinggi melibatkan 13 klub. Rencananya, hanya ada delapan klub yang akan bersaing di kasta tertinggi.
"Akan ada banyak perlawanan, tapi kami harus bisa mengatasinya untuk menjadi lebih baik. Kami perlu berubah, Jika bisa melanjutkan ini, kami akan berhasil," kata Saito.
Target Tinggi: Mulai dari Asia Tenggara hingga Piala Dunia
Sejauh ini, menurut peringkat terbaru yang dirilis oleh FIFA, sepak bola Kamboja menduduki urutan 171 secara global.
Meskipun ada peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, tapi mereka masih jauh dibanding dengan Vietnam (peringkat 98) dan Thailand (115).
Selain itu, salah satu bukti buruknya kualitas Kamboja ialah tak sekali pun memenangkan pertandingan di Kualifikasi Piala Dunia 2023.
Mereka juga gagal melaju ke putaran final Piala Asia U-23 2021 dan tersingkir di fase penyisihan grup Piala AFF 2020.
Oleh karena itu, tanggung jawab pertama yang diemban oleh Saito ialah meningkatkan level kompetisi sepak bola di Kamboja.
Selain kompetisi di kasta tertinggi, CPL juga akan bertanggung jawab mengelola Piala Hun Sen, kompetisi kasta kedua, dan kompetisi sepak bola putri.
"Untuk Liga Kamboja, saya ingin membawanya menjadi liga profesional terbaik di Asia Tenggara," ujar Saito.
Ia mengatakan, tujuan jangka panjang mereka adalah agar klub Kamboja bisa berpartisipasi di Liga Champions Asia 2025.
Selain itu, timnas Kamboja juga ditarget untuk lolos ke empat besar Piala Asia 2027 dan lolos Piala Dunia pada 2030.
"Tentu kami juga menargetkan Kamboja meraih medali emas sepak bola di ajang SEA Games 2023," ia melanjutkan.
Baca Juga Berita Liga Kamboja lainnya:
Salut, Liga Kamboja Jalan Saat Covid-19 Merebak Walau Mendadak Ganti Format
Liga Kamboja 2021 Harus Menerima Kenyataan Pahit pada Akhir Pekan Ini
Liga Kamboja 2021 Kembali Diganggu Covid-19 dan Pemerintah Negara Itu Bertindak