- Elena Rybakina memenangkan Wimbledon di London pada bulan Juli lalu.
- Sayangnya, larangan poin yang diberlakukan otoritas tenis terkait invasi Rusia ke Ukraina malah membuat terlempar dari peringkat 10 besar dunia.
- Pemenang grand slam pertama Kazakhstan itu juga kehilangan 2.000 poin untuk Race to the Finals WTA.
SKOR.id - Beberapa minggu yang lalu, Elena Rybakina mengklaim penghargaan yang paling dicari dalam dunia tenis profesional: menjadi pemenang turnamen Wimbledon.
Namun, terlepas dari kemenangan grand slam pertamanya yang bersejarah pada bulan Juli itu, sang atlet menggambarkan pengalamannya sebagai juara Wimbledon sebagai "bukan yang terhebat", dengan mengatakan bahwa dia merasa seperti "bukan juara Wimbledon."
Frustrasi Rybakina itu muncul setelah poin peringkat dunia tidak diberikan di Wimbledon tahun ini sebagai tanggapan atas keputusan penyelenggara turnamen untuk melarang pemain-pemain Rusia dan Belarusia setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Biasanya, peringkat dunia Rybakina akan meroket setelah memenangkan Wimbledon, yang sebelumnya dia perkirakan akan menembus 10 besar di tahun berikutnya. Sayangnya, petenis berusia 23 tahun malah melorot ke peringkat No. 25 di dunia.
View this post on Instagram
Dan berbicara jelang US Open yang dimulai pada hari Senin besok, Rybakina dari Kazakstan mengungkapkan ketidakbahagiaannya dalam hidup sejak kemenangan grand slam pertamanya tersebut.
"Itu mimpi saya untuk memenangkan Wimbledon," kata Rybakina kepada wartawan di New York, Jumat lalu. "Sayang sekali. Saya merasa sebenarnya saya bukan juara Wimbledon."
Dia menambahkan: "Saya tidak berpikir itu adil. Tentu saja, kita tidak dapat mengubahnya. Itu adalah keputusan (dibuat) sebelumnya. Saya berbicara tidak hanya tentang diri saya sendiri, tapi secara umum saya pikir dengan semua keputusan, banyak petenis membayar untuk semua keputusan ini."
View this post on Instagram
"Dalam satu turnamen saya pergi dan bermain melawan juara terhebat, (Garbine) Muguruza, dan kami bermain di Lapangan No. 4. Ini seperti (a) pertanyaan bagi saya."
Dia juga menyesali bagaimana momennya sebagai pemenang grand slam tak bisa menyamai eufiria yang dirasakan orang lain di masa lalu, menjelaskan bahwa jika poin peringkat diberikan dan dia naik ke 10 besar, dia akan diperlakukan berbeda, bertanding di lapangan yang lebih baik dan dijadwalkan dengan lebih baik lagi.
"Dari segi pengalaman, saya akan mengatakan itu bukan yang terbaik."
Rybakina, yang lahir di Rusia tapi mewakili Kazakhstan sejak 2018, mengejutkan komunitas tenis dengan mengalahkan unggulan ketiga, Ons Jabeur, di final Wimbledon bulan lalu.
View this post on Instagram
Sementara dia menjadi pemenang grand slam pertama Kazakhstan, larangan poin peringkat berarti dia malah kehilangan 2.000 poin untuk Race to the Finals WTA -- event penutup musim tenis wanita -- di mana dia akan duduk di urutan kedua jika tidak ada larangan poin.
Delapan besar lolos ke final, tetapi Rybakina saat ini berada di peringkat ke-20 sebelum US Open, membuatnya harus berjuang keras untuk lolos ke turnamen tersebut pada bulan Oktober.
"Semuanya tergantung situasi poin. Saya tidak berpikir itu adil," kata Rybakina.
“Mengetahui bahwa mulai hari ini saya akan menjadi No.2 di Race dan saya tak bisa bermain Race, saya pikir itu sungguh tidak adil."
Rybakina, unggulan 25 pada US Open tahun ini, memulai usaha untuk memenangkan gelar grand slam berturut-turut pada hari Selasa depan, melawan Clara Burel (Prancis) di babak pertama.***
Berita Elena Rybakina Lainnya:
Hasil Final Wimbledon 2022: Comeback Manis Antar Elena Rybakina Raih Gelar Grand Slam Perdana
Emma Raducanu Kalah Telak dari Elena Rybakina di Sydney Tennis Classic