SKOR.id - Pelatih Manchester City, Pep Guardiola menjadi role model Ade Suhendra dalam melatih.
Hal itu diungkapkan dalam wawancara eksklusif Skor.id bersama Ade Suhendra beberapa waktu lalu.
Ade Suhendra merupakan pelatih muda yang saat ini berkecimpung di dunia grassroot dengan melatih akademi FIFA Farmel.
Tak hanya itu, Ade Suhendra juga menjadi bagian dari klub Liga 2 2022-2023 FC Bekasi City sebagai asisten pelatih.
Selain soal Pep Guardiola, berbagai cerita lain diungkapkan oleh Ade Suhendra, tak terkecuali pengalaman bermain bersama Persija Jakarta. Berikut wawancara lengkap Skor.id bersama Ade Suhendra:
Siapa pelatih yang menjadi role model Anda dalam melatih?
Pep Guardiola, tapi banyak sih pelatih. Tetapi saya lebih ke Guardiola. Karena kebetulan filosofi yang saya anut seperti yang dilakukan Guardiola.
Filosofi saya juga seperti Muhammad Ali. Kita tahu Muhammad Ali mau menang mau kalah dan dia jarang bonyok. Dia lincah, mampu nonjok kanan kiri.
Makanya di filosofi saya, saya mau anak-anak full menyerang jangan sampai lawan banyak menyerang kami. Jadi kami yang mendominasi.
Untuk hasilnya kalah atau menang, itu urusan nanti, saya mau mendominasi jalannya permainan.
Guardiola juga seperti itu, mau pertandingan bagaimana pun timnya bisa menguasai permainan, 70 sampai 80 persen.
Kemudian, prinsip saya kalau kami dapat 15 peluang, masa tidak dapat gol satu atau dua. Tapi kalau cuma dapat peluang dua atau satu, itu agak sulit untuk menang.
Siapa pelatih yang paling berjasa dalam karier sepak bola Anda selama 17 tahun?
Untuk saya saat masih usia muda ada pelatih, namanya Zainal Azis. Dia saudara sepupu saya. Dia dulu mantan pemain PSPS juga, tapi kebetulan saudara sepupu.
Dia sangat disiplin, itu bukan hanya ke saya waktu masih bocah. Dia menekankan untuk bisa menjadi pemain profesional. Kami dilatihnya seperti pemain pro.
Selain itu, ada siapa lagi?
Untuk yang ini (ketika sudah menjadi pemain profesional) mertua saya sebenarnya, coach Mundari Karya.
Karena ketika beliau melatih PSPS pada 2008, dia melihat saya punya kemampuan yang lebih.
Beliau melihat saya bisa untuk menjadi pemain tim nasional atau berkarier lebih bagus di Liga Indonesia.
Tetapi pada akhirnya, beliau jadi mertua saya. Tetapi dengan itu sebenarnya dari awal, saya seperti katak dalam tempurung. Saya di PSPS saja tidak ada pikiran buat keluar.
Setelah bertemu mertua (coach Mundari Karya), saya bisa ke Persija, lalu mulai gabung tim-tim (besar) Liga Indonesia.
Beliau selalu memberi motivasi lebih kepada saya. Makanya, beliau-lah yang berpengaruh untuk karier sepak bola saya di Liga Indonesia.
Soal klub yang paling berkesan ketika menjadi pemain?
Sejauh ini Persija, salah satu tim yang paling berkesan dalam karier saya. Karena sampai saat ini kalau The Jakmania ketemu saya, mereka masih ingat.
Saya cukup kaget karena biasanya pemain hilang ditelan waktu, tetapi mereka selalu ingat.
Lalu paling berkesan atau paling saya ingat momen saya bikin gol. Waktu itu di Solo, saya cetak gol dari (jarak) jauh.
Kemudian, mereka (The Jakmania) menyanyikan dengan menyebut nama saya. Itu pertama kali dan saya rasa akan selalu teringat. Mereka semua bernyanyi menyebutkan nama saya.
Mungkin kalau pemain lain sudah biasa, tetapi secara pribadi karena saya pemain gelandang jarang bikin gol.
Momen itu bisa bikin gol kemudian mereka menyanyikan dengan nama saya, itu sampai sekarang teringat dan berkesan sekali.