- Manajer PSIM, David M. Hutauruk, menyambut baik kabar dari rapat virtual klub Liga 2 dengan PSSI.
- Sejak awal PSIM menginginkan kompetisi musim ini bisa bergulir kembali dan ada peningkatan subsidi.
- Rencananya, Liga 2 2020 akan dilangsungkan dengan enam grup dan gunakan sistem home tournament.
SKOR.id - PSIM Yogyakarta lega dengan rencana PSSI melanjutkan Liga 2 2020. Hal tersebut disampaikan PSSI dalam rapat virtual, Selasa (2/6/2020).
Dalam rapat virtual PSSI dengan tim Liga 2 dan Liga 1 2020 terseburt, kompetisi musim ini direncanakan bakal kembali digulirkan dengan sejumlah perubahan.
Berita Liga 2 Lainnya: Awalnya Menolak Kompetisi, Kini PSCS Cilacap Dukung PSSI
Rencananya, kompetisi dilanjutkan dengan format home tournament. Jika sebelumnya Liga 2 terbagi menjadi dua wilayah, akan diubah menjadi empt wilayah.
Dari informasi yang diperoleh Skor.id dari PSIM, format kompetisi akan diubah menjadi setengah kompetisi. Nantinya, tidak ada tim yang terdegradasi.
Namun, yang membut semangat kontestan Liga 2 2020, ada wacana dua tiket promosi bagi tim juara dan runner-up ke Liga 1 musim berkutnya.
Adapun poin lain yang dibahas adalah bahwa nantinya tiap tim akan mendapatkan subsidi Rp200 juta per bulan selama kompetisi berlangsung.
Sedangkan untuk protokol kesehatan, sudah disiapkan oleh tim medis PSSI. Terkait hal ini, protokol kesehatan dari FIFA, WHO, dan pemerintah jadi acuan.
Rencana PSSI ini membuat PSIM lega. Pasalnya, sejak awal Laskar Mataram, sebutan PSIM, ingin kompetisi dilanjutkan dan ada peningkatan subsidi.
“Ini adalah kabar baik karena sejak awal kami komitmen kompetisi harus tetap berlangsung," kata Manajer PSIM, David M. Hutauruk.
"Dengan keterbatasan dan kesulitan yang ada, perlu ada penyesuaian di banyak hal. Termasuk protokol kesehatan,” David menjelaskan, Selasa (2/6/2020).
Berita PSIM Lainnya: PSIM Berharap Kompetisi Dilanjutkan dan Subsidi Tim Ditambah
David menambahkan, dengan sistem home tournament, ini juga tepat karena bisa mencegah penularan virus corona terlebih saat melakukan perjalanan.
“Tidak ada mobilitas. Ini bagus karena rentan (jika melakukan perjalanan akan terinveksi virus corona),” David memungkasi penjelasannya.