- Atlet anggar Amerika Serikat, Ibtihaj Muhammad, menceritakan kisah hidupnya dalam biografi yang diberi judul 'Proud'.
- Dalam buku tersebut, Muhammad mengisahkan perjuangannya meruntuhkan stigma atlet muslimah di Amerika Serikat.
- Ibtihaj Muhammad berpendapat penghargaan akan perbedaan di negaranya jauh lebih berharga dibandingkan seluruh medali yang diraihnya.
SKOR.id - Misi penghargaan atas perbedaan melandasi Ibtihaj Muhammad menulis biografi yang diberinya judul 'Proud'.
Dalam persaingan dunia anggar, nama Ibtihaj Muhammad yang memperkuat Amerika Serikat tergolong istimewa.
Perempuan kelahiran 4 Desember 1985 itu menjadi ikon muslim di Negeri Paman Sam dan pernah masuk dalam 100 orang paling berpengaruh versi Majalah Time.
Pengakuan tersebut tak lepas dari keikutsertaan Ibtihaj Muhammad pada Olimpiade Rio 2016. Kala itu, dirinya mendapat sorotan dunia karena tampil mengenakan hijab.
Ibtihaj Muhammad pun menjadi sosok representasi atlet muslim Amerika Serikat yang bangga akan identitasnya.
Di balik segala pencapaian tersebut, terselip kisah kelam dalam perjalanan hidup sang atlet. Cerita tersebut tersaji dalam buku biografinya, 'Proud', yang diluncurkan pada 2018 silam.
Dalam buku itu, Ibtihaj Muhammad bercerita panjang lebar mengenai perjuangannya mematahkan stigma yang dialaminya sebagai atlet muslim berkulit hitam di Amerika Serikat.
Termotivasi untuk menginspirasi
Terlahir sebagai muslim berkulit hitam di Amerika Serikat membuat Ibtihaj Muhammad mengalami diskriminasi sejak kecil.
Peraih medali perunggu Olimpiade Rio 2016 ini bahkan mengaku pernah mengalami depresi semasa hidupnya.
"Depresi adalah aib bagi kami, umat muslim dan komunitas kulit hitam," ujar Ibtihaj Muhammad dalam wawancara dengan ESPN.
"Bagi saya, menulis buku adalah terapi saya. Inilah cara terbaru bagi seorang atlet untuk mengatasi depresinya."
View this post on Instagram
Beruntung, kondisi tersebut tidak mematahkan semangat Ibtihaj Muhammad untuk menginspirasi sesamanya.
Kisah kelamnya justru menjadi inspirasi bagi atlet muslim, terutama perempuan, sepertinya untuk berprestasi.
"Sulit untuk bersinar di olahraga yang secara tradisional identik denga kaum kulit putih," ujarnya.
"Sebagai wanita, orang berkulit hitam, dan beragama minoritas, saya hanya bisa menjadi diri saya sendiri."
Dari Peristiwa 9/11 ke Olimpiade
Ibtihaj Muhammad pun bercerita mengenai perbedaan yang dialaminya sebelum dan sesudah tragedi 9/11 (serangan ke gedung World Trade Center) pada 2001.
Baginya, kehidupan sebagai muslim di Amerika Serikat menjadi makin rumit setelah terjadi peristiwa yang mengawali stigma negatif terhadap umat Islam tersebut.
"Saya tumbuh di New Jersey, kota yang sangat dekat dengan New York. Bibi saya bahkan bekerja dekat dengan menara World Trade Center," tuturnya.
"Momen itu mengubah hidup kami. Kini, kehidupan kami sebagai muslim tidak lagi menjadi urusan kami sendiri, tapi sudah menjadi urusan publik."
Tragedi 9/11 akhirnya melecut semangat Ibtihaj Muhammad untuk membuktikan kepada dunia bahwa kaum muslim tidaklah seperti yang dibayangkan oleh dunia.
View this post on Instagram
"Saat tergabung dalam tim Olimpiade pada umur 23 tahun, tujuan saya bukan hanya berjuang sebagai atlet tetapu juga untuk mengubah olahraga ini," ia menjelaskan.
"Saya ingin menjadi perempuan muslim pertama yang mewakili Amerika Serikat di Olimpiade dengan memakai hijab."
"Ini soal penghargaan akan perbedaan. Itulah yang saya kenal dari tim Amerika Serikat," Ibtihaj Muhammad menegaskan..
Perjuangan untuk Kemanusiaan, Bukan untuk Medali
Sosok yang sangat mengidolakan Serena dan Venus Williams ini menyebut perjuangannya tidak berakhir dengan medali Olimpiade.
Ibtihaj Muhammad ingin terus menginspirasi para wanita Muslim untuk dapat berprestasi seperti dirinya.
"Perjalanan hidup saya adalah rahmat Allah. Semoga saya bisa terus menginspirasi wanita lain," tuturnya.
"Jika saya yang adalah orang kulit hitam, muslim, dan atlet berhijab bisa meraih kesuksesan, maka Anda pun bisa."
"Saya akan terus berjuang karena kali ini yang menjadi hadiah adalah Amerika Serikat yang lebih menghormati warganya. Ini lebih berarti dari semua medali," ujarnya memungkasi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita lainnya:
Formula E Siap Wujudkan Mimpi Presiden Jokowi, Gelar Balapan di Jakarta pada 2022
Persingkat Waktu Libur, Cara Pelatih Satria Muda Menjaga Kondisi Tim di IBL 2021
India Open 2021 Ditunda, Malaysia Open 2021 Tetap Jalan Terus