- IADO merilis catatan akhir tahun 2022 dengan progres positif terkait sampel atlet.
- Sebanyak 548 sampel telah dinyatakan bebas doping dari laboratorium terakreditasi WADA.
- IADO terus meningkatkan tata kelola organisasi demi menjaga kepatuhan terhadap aturan WADA.
SKOR.id - IADO sebagai organisasi anti doping Indonesia merilis catatan akhir tahun yang menyatakan bahwa sebanyak 548 sampe dinyatakan bebas doping.
Di awal tahun 2022, IADO ketika bernama LADI masih berjibaku skandal tata kelola organisasasi anti-doping yang tidak sesuai dengan standar Badan Anti Doping Dunia (WADA).
Skandal tersebut terkuak pada tahun 2021 yang mengakibatkan bendera Merah Putih dilarang berkibar ketika kontingen bulu tangkis merebut trofi Thomas Cup 2020 di tahun tersebut.
Belajar dari kesalahan tersebut IADO yang kini dipimpin oleh Gatot S Dewa Broto telah melakukan transformasi tata kelola internal organisasi mereka menjadi lebih baik.
Hal tersebut tertuang dalam catatan akhir tahun 2022 IADO yang dirilis secara terbuka pada Selasa (27/12/2022).
Salah satu poin yang dibahas IADO dalam catatan tersebut adalah tercapainya target pengumpulan sampet urine maupun darah dari atlet untuk tahun ini.
Sampel tersebut berupa ICT (In Competition Testing) dari atlet yang tengah berkompetisi dan OOCT (Out of Competition Testing) dari atlet di luar kompetisi, misal pelatnas.
"Sepanjang tahun 2022 ini IADO melalui para DCO dan BCO tersebut telah menyelesaikan sebanyak 293 sampel," begitu tulis rilis IADO.
"Yang berhasil diambil dari atlet-atlet pada kegiatan ICT dan selanjutnya telah dikirimkan ke laboratorium yang telah terakreditasi WADA."
"Selain itu juga telah menyelesaikan sebanyak 258 sampel (92%) dari total 276 sampel pada kegiatan OOCT yang berhasil diambil dari atlet-atlet dan selanjutnya juga telah dikirim ke laboratoium yang terakreditasi WADA."
Para atlet yang mengirim sampel tersebut, menurut IADO, adalah mereka yang masuk dalam daftar RTP (Registered Testing Pool) yang terkoneksi dengan WADA.
Hasilnya, sebanyak 548 sampel dinyatakan bebas doping setelah melalui uji laboratorium di Bangkok, Thailand.
Sementara itu, sisanya yang sekitar tiga sampel masih dalam proses uji laboratorium karena merupakan sampel susulan dari atlet yang berlaga di pertengahan bulan Desember 2022.
"Selama kurun waktu tahun 2022, meskipun data ICT dan OOCT tersebut di atas telah berhasil dianalisa terhadap 548 sampel," tutur IADO.
"Namun tercatat belum pernah ada atlet yang diindikasikan telah menggunakan doping," lanjutnya.
"Kecuali terhadap sejumlah sampel yang saat ini masih beberapa saja (kurang dari 10 sampel) yang masih sedang dianalisa oleh laboratorium anti doping di Bangkok berdasarkan event olahraga yang berlangsung pada pertengahan Desember 2022."
Meskipun atlet Indonesia minim terjerat doping, IADO menegaskan bahwa itu bukan jaminan lolos dari evaluasi WADA.
Pasalnya, tata kelola organisasi menjadi nilai utama penilaian WADA terhadap organisasi anti doping nasional di berbagai negara.
"Minimnya jumlah atlet di Indonesia yang terkena doping, belum merupakan jaminan bahwa kegiatan anti-doping di Indonesia sudah baik," tulis IADO.
"Karena indikator utama penilaian dari WADA terhadap setiap NADO lebih terletak pada Good Corporate Governance atau tata kelola organisasinya dan kepatuhannya terhadap World Anti-Doping Code."
Baca Juga Berita IADO Lainnya:
SEARADO Puji Kinerja IADO dalam Meningkatkan Gerakan Anti-Doping
IADO Tekankan Pelaku Doping Bukan Hanya Atlet Pengguna