- Premier League masih menjadi incaran bos-bos kaya dari Amerika Serikat.
- Sejauh ini ada delapan klub Liga Premier yang mayoritas saham kepemilikannya dikuasai oleh taipan "Negeri Paman Sam'.
- Kemungkinan Bill Foley akan bergabung saat pengusaha Texas itu mengakuisisi Bournemouth.
SKOR.id - Premier League terus menjadi liga paling global di planet ini.
Bayangkan saja, sejauh ini, hanya tiga tim di kompetisi sepak bola papan atas: Brentford, Brighton dan Tottenham Hotspur, yang dimiliki oleh pengusaha kelahiran Inggris.
Matthew Benham, Tony Bloom dan Daniel Levy (bersama Joe Lewis) adalah pengecualian di kompetisi sepak bola eselon atas Inggris yang identik dengan pemilik dari Italia, Thailand, Abu Dhabi, Yunani, Arab Saudi, Serbia, dan Cina.
Faktanya, orang-orang kaya Amerika Serikat memimpin penguasaan klub-kliub top Inggris.
Kumpulan taipan dari 'Negeri Paman Sam' tersebut telah menguasai Liga Premier, dengan Bill Foley kemungkinan juga akan bergabung.
BREAKING: AFC Bournemouth owner Maxim Demin is in advanced talks over the sale of the south-coast club. It’s our understanding that Bill Foley, owner of NHL side Vegas Golden Knights, is heading the takeover which would see the American take a 100% stake of the club. pic.twitter.com/tl0mSrRure— Sky Sports News (@SkySportsNews) September 16, 2022
Pengusaha Texas, yang kekayaannya bernilai satu miliar dolar AS dan pemilik Vegas Golden Knights itu hampir saja membeli Bournemouth.
Maxim Demin yang berdarah Inggris-Rusia akan menerima 140 juta euro atas penjualan klub yang dipromosikan ke Premier League dan sementara ini menempati urutan kedelapan setelah mengalahkan Leicester City (2-1).
Pengusaha Waralaba
NBA dalam bola basket, NFL dalam sepak bola Amerika, MLB dalam bisbol, MLS dalam sepak bola, semuanya itu adalah liga-liga utama Amerika yang diwakili dalam sepak bola melalui pemiliknya di Liga Premier. Dan, mereka yang memiliki tim-tim 'Enam Besar'.
Keluarga Glazer, yang juga pemilik Tampa Bay Buccaneers, adalah 'pelopor' pada Mei 2005 setelah membeli Manchester United hingga kepergian Sir Alex Ferguson pada 2013.
Namun, krisis telah menyebabkan penggemarnya kecewa dengan manajemen, menyerukan kepergian Joel dan Avram Glazer. Bahkan di era keemasan 'Setan Merah' beberapa fans mendirikan FC United of Manchester sebagai protes.
Fenway Sports Group, yang mengontrol klub seperti Boston Red Sox dan Pittsburgh Penguins dan memiliki investor seperti bintang Los Angeles (LA) Lakers, LeBron James, membeli Liverpool pada 2010.
Dua belas tahun kemudian, dan dengan Jurgen Klopp di pucuk pimpinan, 'The Reds' dengan duet John W. Henry dan Tom Werner menjadi bagian dari elite Inggris dan Eropa.
Seperti juga Chelsea, yang setelah 'era Roman Abramovich' dan 'kejatuhannya' setelah invasi Rusia ke Ukraina, terpaksa dijual pada dana investasi Clearlake Capital Group milik Todd Boehly dan Mark Walter, pemilik Los Angeles Dodgers dan pemegang saham Lakers, sebesar 4,7 miliar euro.
Kerajaan 'The 'Gunners'
Stan Kroenke, yang adalah pemilik perusahaan induk Kroenke Sports & Entertainment yang mengendalikan Los Angeles Rams, Denver Nuggets, Colorado Avalanche dan Colorado Rapids, telah menjadi pemegang saham mayoritas Arsenal sejak 2018.
Di bawah manajemennya, The Gunners berusaha untuk kembali ke puncak.
Pengusaha Josh Harris dan David S. Blitzer (pemilik, antara lain, Philadelphia 76ers) dan John Textor, dengan beberapa klub di Brasil, telah mengendalikan Crystal Palace selama tujuh tahun bersama Steve Parish. Wesley Edens, salah satu pemilik Milwaukee Bucks, telah memiliki Aston Villa dengan pemain Mesir Nassef Sawiris sejak 2018.
Di Fulham, pengusaha motor Amerika-Pakistan, Shahid Khan yang juga memiliki Jacksonville Jaguar dan All Elite Wrestling, telah memimpin klub London itu selama satu dekade.
Andrea Radrizzani memiliki 56 persen saham Leeds United, tapi 44 persen dimiliki oleh 49ers Enterprises dari keluarga York, yang juga mengelola San Francisco 49ers.
Bahkan di Manchester City yang dimiliki penguasa Uni Emirat Arab, ada 10 persen saham Amerika dari perusahaan investasi Silver Lake.
'Risiko terkendali' dalam berinvestasi di Liga Premier
Lalu, mengapa begitu banyak pengusaha Amerika membeli klub Liga Premier?
"Sederhana saja. Di Amerika Serikat tidak ada promosi atau degradasi," kata Arch Bell. "Klub adalah waralaba dan satu-satunya solusi untuk memiliki tim di Liga Premier adalah dengan membelinya. Di Eropa ada lebih banyak pilihan untuk menghasilkan uang."
"Jika Anda membeli tim Divisi Kedua atau Ketiga di Spanyol, Jerman atau Inggris, Anda bisa bertumbuh, naik, masuk ke kompetisi Eropa dan investasinya bisa berlipat ganda. Bournemouth adalah contoh terbaik."
Bell yang juga wartawan ESPN itu melihat faktor kunci lain sebagai alasan bagi pengusaha-pengusaha kaya Amerika untuk terjun ke Liga Utama Inggris.
"Budaya dan bahasa membantu," kata Bell. "Mereka sangat tertarik dengan sepak bola Inggris karena itu."
“Klub lebih mahal, tetapi uang yang Anda dapatkan untuk hak siar TV sangat besar, motivasi dan visibilitas bersaing dengan yang terbaik sangat besar sehingga mereka memutuskan untuk mengambil risiko.”
Ini adalah tren yang sama sekali tidak unik di Inggris. Sementara, di Italia, ada investor AS di AC Milan, Inter Milan, AS Roma, Fiorentina, Spezia, Parma, dan Venezia.
Faktor televisi
Pada musim 2020/21, 20 klub Liga Premier menerima 2,958 miliar euro dari televisi sebagai bagian dari penjualan internasional dan domestik hak tayang mereka untuk 2022-2025.
Semua tim menerima jumlah tetap sebesar 99 juta euro dan perbedaannya bisa dibuat oleh posisi akhir musim dan jumlah penonton mereka.
Dengan demikian, sang juara City memperoleh 169 juta euro dan Sheffield United yang ada di posisi terbawah membawa pulang 114,5 juta euro.
The main driver of the Premier League’s dominance is overseas TV rights, where the forecast £1.7 bln is more than twice as much as the next highest, La Liga £787m, followed by Bundesliga £246m, Serie A £187m and Ligue 1 £64m. pic.twitter.com/B8Ov6B4o7G— Swiss Ramble (@SwissRamble) November 30, 2021
Dan, itu adalah sebuah tren yang masih terus berlanjut dan membuat Liga Premier sangat menguntungkan bagi mereka yang menjadi bagian dari 'elite' 'sepak bola'.
"Investor Amerika tumbuh di Liga Premier karena itu liga dengan pendapatan penyiaran internasional tertinggi dan pengusaha melihatnya sebagai peluang besar. Klub dengan peringkat terendah di turnamen akan menerima lebih banyak uang TV daripada klub yang bersaing di Liga Champions dari liga besar lainnya," kata Adam Crafton kepada MARCA.
"Liga Premier juga semakin populer di Amerika Serikat. Perjanjian yang ditandatangani dengan NBC pada tahun 2021 untuk hak siar televisi bernilai $2 miliar (2,062 juta euro), dua kali lipat dari jumlah yang mereka tandatangani pada 2015."
Christian Pulisic (Chelsea), serta sebelumnya Landon Donovan dan Eric Dempsey membuka pasar yang berkembang pesat di AS. 'Capital America' benar-benar merebut 'tahta' Liga Premier.***
Pemilik AS di Liga Premier
Arsenal: Stan Koenke (Kroenke Sports & Entertainmet)
Aston Villa: Wesley Edens (bersama pemain Mesir Nassef Sawiris)
Bournemouth: Bill Foley(*Belum resmi)
Chelsea: Tood Boehly dan Mark Walter (Clearlake Capital Group)
Crystal Palace: Joshua Harris, David S. Blitzer dan John Textor
Fulham: Shahid Khan
Leeds: 49ers Enterprises (44%)
Liverpool: John W. Henry dan Tom Werner (Grup Olahraga Fenway)
Manchester United: Keluarga Glazer***
Berita Premier League Lainnya:
Ngeri Main di Liga Inggris, Alasan Robert Lewandowski Tolak Pinangan Klub Premier League
Premier League Dukung Uji Coba Pergantian Sementara untuk Pemain Gegar Otak
VIDEO: Roberto Firmino, Pemain Terbaik Brasil di Premier League