SKOR.id – Herve Poncharal, bos Tech3 KTM, yang musim ini rebranding sebagai GasGas Factory Racing Tech3, sekaligus presiden IRTA, mengungkapkan mengapa tim satelit tidak mendapatkan jatah slot yang ditinggalkan oleh Suzuki di MotoGP.
Keputusan Suzuki meninggalkan MotoGP di akhir musim 2022 membuat grid kejuaraan berkurang jadi 22 motor. Tahun ini, ada lima tim pabrikan dan enam tim satelit yang bersaing.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa dua slot kosong yang tersedia tidak diberikan kepada tim satelit lainnya. Jawabannya sederhana, MotoGP menunggu hingga bisa mengalokasikannya ke pabrikan baru.
“Skenario yang ideal adalah 24 motor: enam pabrikan dan masing-masing dengan sebuah tim satelit,” ujar Poncharal, prinsipal Tech3 yang baru terpilih lagi sebagai presiden IRTA, seperti dikutip dari Motorsport.
Pada prinsipnya, MotoGP ingin menjaga keseimbangan kejuaraan, seperti yang dikatakan Herve Poncharal. Pria Prancis itu pun menyebut dua pabrikan kuat yang dapat mengisi slot Suzuki.
“Brand yang bisa berpartisipasi adalah BMW dan Kawasaki. Mereka dua pabrikan yang punya pengetahuan dan kekuatan untuk datang. Triumph mengatakan belum siap dan senang di Moto2. Mungkin Suzuki juga ingin kembali. Siapa tahu,” tutur Poncharal.
“Jadi dua slot tersebut disimpan untuk itu. Jika Anda memberikannya kepada tim satelit lain, maka berarti menutup kesempatan bagi pabrikan. Jika Anda mulai melanggar aturan, Anda menciptakan ketidakpastian, kami semua menentangnya.”
Sebenarnya, di MotoGP saat ini ada ketidakseimbangan dalam enam tim satelit. Tiga di antaranya bekerja sama dengan Ducati. KTM, Aprilia dan Honda masing-masing satu. Sedangkan Yamaha tidak memilikinya.
“Sebagian orang mengatakan bahwa delapan Ducati terlalu banyak dan ‘membunuh’ kejuaraan. Tetapi setiap tim satelit dapat memilih apa yang mereka inginkan, Anda tidak bisa mendikte,” jelas Poncharal.
“Aprilia mengajukan tawaran ke Gresini, namun mereka ingin pergi ke Ducati. Beberapa pihak mengatakan VR46 seharusnya ke Yamaha. Tetapi tanyakan saja kepada Marco Bezzecchi dan Luca Marini (rider VR46), apa mereka mau ganti (motor)?”
“Saya 20 tahun bersama Yamaha. Ketika beralih (ke KTM), saya suka sikap mereka. Ya, motornya memang tak begitu kompetitif, awalnya. Tetapi mereka ingin punya tim satelit dan memberi dukungan penuh.”
“Gresini, VR45 dan Pramac memilih bergabung ke Ducati karena itu adalah kesepakatan terbaik yang bisa mereka dapatkan dalam hal performa dan dukungan,” Poncharal menyimpulkan.