SKOR.id – Pekan lalu Wimbledon memberi lampu hijau bagi petenis Rusia dan Belarus untuk tampil pada tahun ini dengan status netral dan syarat tertentu. Keputusan tersebut membuat Ukraina berang.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyebut keputusan All England Lawn Tennis Club (AELTC) selaku penyelenggara Wimbledon yang mengizinkan atlet Rusia dan Belarus bertanding dalam Grand Slam itu amoral.
Kuleba telah mendesak Pemerintah Inggris untuk menolak visa atlet dari dua negara tersebut, sehingga tidak bisa memasuki Negeri Ratu Elizabeth II setelah AELTC mencabut larangan bermain mereka.
Pada 2022 lalu, Wimbledon merupakan satu-satunya Grand Slam yang melarang petenis asal Rusia serta Belarus berpartisipasi menyusul invasi militer negara mereka ke wilayah Ukraina.
“Keputusan Wimbledon mengizinkan partisipasi pemain Rusia dan Belarus tidak bermoral.” tulis Dmytro Kuleba merespons pencabutan larangan bermain oleh AELTC via Twitter.
“Apa Rusia telah menghentikan agresi atau kekejamannya? Tidak, hanya saja Wimbledon memutuskan untuk menampung dua kaki tangannya dalam kejahatan,” imbuh Kuleba.
Untuk bisa bersaing di Wimbledon 2023, para petenis Rusia dan Belarus wajib menandatangani deklarasi netralitas dan tidak menyatakan dukungan untuk perang yang masih berlangsung.
Selain itu mereka yang menerima pendanaan dari pemerintah Rusia atau Belarus, termasuk sponsor dari perusahaan milik ataupun dikendalikan negara, akan tetap dilarang tampil.
Larangan tampil bagi atlet Rusia dan Belarus di Wimbledon 2022 yang diterapkan AELTC mengakibatkan turnamen kehilangan poin peringkat dunianya, yang pada dasarnya mengubah itu jadi sebuah ekshibisi.
Lawn Tennis Association (LTA) juga dikenai denda enam digit dan diancam kehilangan haknya untuk menggelar turnamen. Wimbledon 2023 dijadwalkan berlangsung pada 3-16 Juli mendatang.
Dengan pencabutan larangan, petenis yang akan kembali di antaranya tunggal putra ranking lima dunia Daniil Medvedev (Rusia) dan juara tunggal putri Australian Open 2023 Aryna Sabalenka (Belarus).
“Ada reaksi yang kuat dan sangat mengecewakan dari beberapa organisasi tenis terhadap posisi yang diambil oleh All England Club dan LTA tahun lalu dengan konsekuensi yang, jika dilanjutkan, akan merusak kepentingan pemain, fans, kejuaraan dan tenis Inggris,” bunyi pernyataan Wimbledon.
“Event tenis di luar Inggris telah menggelar kompetisi dengan pemain-pemain dari Rusia dan Belarus, yang bersaing sebagai atlet netral. Kami juga menganggap keselarasan antara Grand Slam menjadi makin penting dalam komunitas tenis saat ini.”