- Bambang Pamungkas pada awal kariernya pernah bermain untuk beberapa posisi berbeda.
- Eks-rekan Bambang Pamungkas di Persija, Rezaldi Hehanussa menjadi salah satu bek kiri terbaik Indonesia saat ini meski posisi aslinya adalah gelandang.
- Duo kembar, Bagas Kaffa dan Bagus Kafhi bertukar posisi sama saat mengikuti seleksi timnas U-16 Indonesia.
SKOR.id - Reposisi atau perubahan posisi bermain merupakan hal yang biasa dalam sepak bola dan Bambang Pamungkas salah satu yang merasakan itu.
Reposisi bisa terjadi secara alami sejak usia muda atau karena kebutuhan taktikal yang harus dilakukan pelatihnya.
Pergantian posisi tak menjamin keberhasilan untuk individu itu sendiri atau bagi tim.
Namun Skor.id coba merangkum beberapa pesepak bola Tanah Air yang sukses setelah berganti posisi bermain.
Berita Bambang Pamungkas Lainnya: Pesan Bambang Pamungkas untuk Pemenang Lelang Sepatu Berharganya
Bambang Pamungkas, Manajer Persija
Siapa tak kenal Bambang Pamungkas. Semasa aktif bermain, lelaki dengan sapaan Bepe adalah satu dari sedikit predator kotak penalti yang dimiliki timnas Indonesia.
Baca Juga: Liga Taiwan 2020: Lancar di Tengah Pandemi Covid-19 dan Satu Tim Sempurna
Bepe telah banyak meraih penghargaan individu. Di antaranya, top skor Liga Indonesia 1999/2000 dengan 24 gol.
Dia juga pemain terbaik Liga Indonesia 2001, top skor Piala Tiger 2002, dan top skor Liga Premier Malaysia bersama Selangor FA pada 2005.
Sampai detik ini, Bepe juga tercatat sebagai pencetak gol terbanyak kedua untuk timnas Indonesia sepanjang masa dengan 38 gol.
Lelaki asal Kabupaten Semarang ini hanya kalah dari pemain legendaris Soetjipto Soentoro, yang mengoleksi 57 gol sepanjang karier membela timnas Garuda.
Semua prestasi itu diraih jebolan Diklat Salatiga itu sebagai striker. Tetapi tak banyak yang tahu, pada awal kariernya, Bepe pernah bermain di posisi nomor enam alias gelandang bertahan.
Baca Juga: Operator Liga Thailand Bergerak Pasti untuk Memulai Kompetisi Lagi
Dia juga sempat lama memainkan peran pemain nomor 10 (playmaker), 11 (Winger), dan bahkan nomor satu alias penjaga gawang.
"Sebelum memutuskan menjadi striker, saya pernah mencoba beberapa posisi dalam sepak bola," tulis Bepe via akun Twitter miliknya.
"Seperti pemain nomor 6, nomor 10, dan nomor 11. Bahkan saya pernah di nomor 1 (kiper)."
"Saya berhenti menjadi kiper karena mengalami patah tangan (jatuh dari sepeda) saat kelas 6 SD," cerita Bepe menjelaskan.
Baca Juga: Pasca-mantan Pemain Persebaya Cetak Dua Gol, Liga Tajikistan Ditangguhkan
I Made Wirawan, Kiper Persib Bandung
Tak berbeda jauh dengan Bambang Pamungkas, I Made Wirawan juga banting setir saat memulai karier pada level junior.
Siapa sangka, Made yang saat ini merupakan salah satu kiper veteran jebolan timnas Indonesia, dulunya adalah penyerang.
Made kemudian mencoba peruntungan di bawah mistar gawang yang justru kini membawanya semakin dikenal sebagai salah satu kiper terbaik yang dimiliki Indonesia.
Gelar juara Indonesia Super League (ISL) bersama Persib Bandung pada 2014 menjadi pencapaian puncak kiper kelahiran Gianyar, Bali, 38 tahun silam.
Baca Juga: Klub Liga Malaysia Ini Terima Dana Cuma-cuma dari Pesepak Bola Asli Inggris
Selain itu, eks-kiper Persiba Balikpapan ini juga turut mempersembahkan trofi juara Piala Presiden 2015 untuk Maung Bandung.
Rezaldi Hehanussa, Bek Kiri Persija Jakarta
Bisa dibilang, Rezaldi Hehanussa adalah salah satu fullback kiri stylish terbaik yang ada di Indonesia saat ini.
Kualitas umpan, teknik, serta skill individu yang dimilikinya, membuat nama Rezaldi sulit terpinggirkan dari skuat utama Persija, selain saat mengalami cedera.
Bule, biasa ia dipanggil, bahkan jadi salah satu pemain favorit pelatih timnas Indonesia periode 2017-2018, Luis Milla Aspas.
Namun begitu, proses panjang harus dilalui Bule. Saat meniti karier dari bawah, Bule sejatinya tidak lahir sebagai fullback murni.
Baca Juga: Liga Korea 2020 Mulai Dua Minggu Lagi dengan Status Pintu Tertutup
Lelaki yang berdomisili di Tangerang Selatan ini saat masih remaja bermain sebagai gelandang kiri atau gelandang bertahan.
“Sebenarnya, bek kiri bukan posisi asli bermain saya. Dari awal sampai main untuk Persitangsel, sebenarnya posisi saya itu gelandang kiri atau gelandang bertahan," ujar Bule.
"Kebetulan waktu Pak Ferry (Paulus) datang nonton pertandingan tarkam, saya lagi dimainkan jadi bek kiri."
"Waktu seleksi di Persija pun, akhirnya saya main untuk posisi bek kiri dan keterusan sampai sekarang," kata Bule.
Fadil Sausu, Gelandang Bali United
Kesuksesan Bali United menjelma klub terbaik Indonesia pada 2019 tak lepas dari peran sentral Fadil Sausu.
Pada usia yang sudah menginjak pertengahan kepala tiga, Fadil justru baru melejit sebagai salah satu pemain yang diperhitungkan.
Baca Juga: Loyalitas Dadang Hidayat, 11 Musim Berseragam Persib dan 5 Tahun Jadi Cadangan
Musim lalu, Fadil bahkan dinominasikan sebagai salah satu calon pemain terbaik Liga 1 2029.
Perubahan posisi disinyalir jadi alasan utama peningkatan karier dari pemain kelahiran Palu, 19 April 1985 tersebut.
Fadil mengaku dirinya memang memulai karier sebagai gelandang tengah. Namun seiring berjalannya waktu, ia kemudian lebih sering dimainkan sebagai winger.
Main pada posisi sayap dijalani Fadil saat memperkuat Persik Kediri, Bontang FC, dan Mitra Kukar.
Nasibnya berubah drastis saat diangkut ke Bali United dan oleh Indra Sjafri saat menukangi tim itu pada 2015 diubah perannya.
Indra Sjafri yang kemudian kembali menempatkan Fadil pada posisi aslinya sebagai gelandang tengah.
"Coach Indra yang kembali memainkan saya sebagai gelandang. Bukan hal baru, karena saya dulu main di posisi itu," ucap Fadil.
"Awalnya sempat canggung kembali jadi gelandang, tetapi coach Indra sangat mendukung dan meyakinkan saya," katanya.
Alfath Faathier
Salah satu alasan sejumlah pelatih ingin mendapatkan jasa Alfath Faathier adalah fleksibilitas pemain kelahiran Purwakarta tersebut.
Alfath bisa dimainkan untuk beberapa posisi berbeda. Alfath mengaku dirinya sebelum bergabung ke Madura United dan kini Persija Jakarta merupakan winger.
Namun karena kebutuhan taktikal, tenaganya lebih dimanfaatkan untuk beroperasi di sektor pertahanan di sisi kiri maupun kanan.
Baca Juga: Osas Saha: Sekarang Waktu Berbuka Puasa Terasa Lama
"Awalnya saya adalah pemain untuk posisi winger. Karena saya punya kecepatan dan kelebihan dalam menyerang," ujar Alfath.
"Tetapi, pelatih mungkin lihat potensi lain dalam diri saya sehingga sering juga diturunkan sebagai wingback."
Asnawi Mangkualam
Indra Sjafri memang sedikit dari beberapa pelatih yang piawai dalam mencium potensi dari anak asuhannya. Tidak ada keraguan dalam dirinya ketika mereposisi pemain untuk berani keluar dari zona nyaman.
Mengetahui sayang jika potensi Asnawi Mangkualam dilewati begitu saja, pemain asal Makassar digeser ke posisi fullback kanan.
Awalnya, Asnawi merupakan gelandang bertahan. Karena butuh pemain dengan karakter berbeda di posisi tersebut dan juga karena persaingan yang ketat di lini tengah, Indra pun bertitah.
Dia menempatkan Asnawi sebagai bek sayap untuk timnas Indonesia U-19 maupun U-23.
Nyatanya saat ini, Asmawi merupakan bek sayap kanan potensial yang dimiliki timnas Indonesia untuk masa depan.
Bersama PSM Makassar, dia bahkan sukses menyabet gelar pemain muda terbaik Piala Indonesia 2018.
Baca Juga: Kemesraan PT LIB dan PSSI Sedikit Renggang, Ini Sikap Menpora
Duo Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi
Siapa sangka kemampuan Bagas Kaffa sebagai bek sayap kanan dan Bagus Kahfi jadi striker potensial masa depan Indonesia terjadi lewat proses ketidaksengajaan.
Dalam ceritanya dari salah satu konten YouTube, Bagas berkisah bahwa awal mulanya posisi asli dia bermain adalah striker.
Sementara itu, kembarannya Bagus Kahfi, merupakan bek kanan saat mengikuti seleksi timnas Indonesia U-15 asuhan Fakhri Husaini di Subang, Jawa Barat.
"Lalu waktu seleksi di Yogyakarta dan secara nasional di Sawangan, dari situ sudah mulai bertukar," ujar Bagas.
Baca Juga: Lucky Ma'arif, Bonek yang Juga Finalis World PES League
"Saya dijadikan bek, padahal sudah bilang kalau berposisi striker. Tetapi saat itu, asisten coach Fakhri, coach Dwi Priyo bilang ya sudahlah jadi bek kanan dulu ikuti kata pelatih dulu."
"Ya sudah sejak saat itu, saya jalani saja dan akhirnya nyaman sampai sekarang. Waktu pertama kali juga saat itu, coach Fakhri kesulitan membedakan mana Bagus mana Bagas," ucapnya.