Apa yang Terjadi dengan Liga Super Cina?

Thoriq Az Zuhri

Editor: Thoriq Az Zuhri

Liga Super Cina yang sempat berisi pemain-pemain ternama dunia. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)
Liga Super Cina yang sempat berisi pemain-pemain ternama dunia. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

SKOR.id - Apa yang terjadi dengan Liga Super Cina? Mari kita lihat lebih dekat lewat artikel Skor Special berikut ini.

(Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).

Sebelum kini Liga Arab Saudi jadi perbincangan dunia, Liga Super Cina sudah pernah lebih dulu melakukan hal yang sama.

Dengan kekuatan uang yang nampaknya tak terbatas, Liga Super Cina merekrut banyak nama-nama besar dunia, mengancam keberlangsungan liga-liga top Eropa.

"Pasar Cina adalah ancaman untuk semua tim di dunia, tak hanya untuk Chelsea," ujar Antonio Conte saat masih melatih Chelsea dan harus kehilangan pemain andalannya, Oscar, yang menuju Liga Super Cina.

"Cina tampaknya punya kekuatan finansial untuk memindahkan seluruh liga-liga Eropa ke Cina," ujar Arsene Wenger yang saat itu masih melatih Arsenal.

Akan tetapi, ternyata ancaman dan kejutan ini tak berlangsung lama. Bahkan kini, tak sampai satu dekade setelahnya, Liga Super Cina seperti sudah tak terdengar lagi gaungnya.

Jadi, sebenarnya apa yang terjadi?

Mimpi Besar Cina

Semua berawal dari keinginan Presiden Cina, Xi Jinping. Pada tahun 2011, ia menginginkan Cina jadi negara adidaya soal sepak bola.

Xi juga ingin Cina kembali lolos ke Piala Dunia yang kali terakhir dan satu-satunya bisa mereka lakukan pada edisi 2002, selain juga setelah itu berharap bisa menjadi tuan rumah.

Ini bukan langkah aneh, untuk berinvestasi dan berharap olahraga bisa menjadi acuan dominasi satu negara atas negara lain, hal yang diharapkan Cina untuk bisa mendominasi negara-negara Barat lewat olahraga.

Presiden Xi bahkan sudah punya beberapa program tahapan untuk membuat mimpi ini jadi nyata.

Salah satunya, sepak bola menjadi salah satu fokus di sistem sekolah di Cina, selain juga mengembangkan Liga Super Cina dengan mengucurkan dana tak sedikit.

Dana ini juga yang kemudian menarik banyak bintang-bintang dunia untuk hijrah ke Timur jauh, bergabung dengan Liga Super Cina yang mulai naik daun.

Bertabur Bintang

Juni 2016, ratusan fans berkumpul di bandara Shanghai untuk menyambut salah satu bintang sepak bola dunia, Hulk.

Saat itu berusia 29 tahun, Hulk yang merupakan pemain Timnas Brasil direkrut Shanghai SIPG yang dilatih Sven-Goran Eriksson, mantan pelatih Timnas Inggris.

Buket bunga dan juga syal yang ia terima di bandara saat itu tak ada apa-apanya dengan nominal digital yang ditransfer ke rekeningnya setiap menerima gaji.

Hulk adalah yang pertama, tetapi ia jelas bukan yang terakhir. Dalam tiga tahun berikutnya, tak sedikit nama-nama besar dunia yang juga bergabung ke Liga Super Cina.

Oscar datang enam bulan setelahnya dari Chelsea, transfer yang mengejutkan dunia karena Oscar datang saat ia masih dalam usia prima dan bermain di liga top Eropa.

Dengan dana transfer 54-60 juta pounds, Oscar juga masih tercatat sebagai pembelian termahal di Liga Super Cina hingga sekarang.

Setelah itu ada Carlos Tevez yang menerima gaji tertinggi di dunia, Ezequiel Lavezzi, Alex Teixeira, Jackson Martinez, Paulinho, Cadric Bakambu, Yannick Carrasco, Ramires, Marko Arnautovic, Mousa Dembele, hingga Maruone Fellaini menjadi beberapa nama besar yang ikut serta hijrah ke Cina.

Tak hanya soal kantong tebal, menjadi pemain-pemain pertama yang membangun sebuah liga baru agar jadi salah satu yang terbesar di dunia menjadi tantangan menarik tersendiri bagi para pemain.

Dengan kedatangan mereka, harapan Presiden Xi untuk membuat Cina jadi negara adidaya sepak bola tampaknya semakin mendekati jadi kenyataan, tetapi...

Masalah Muncul

Kedatangan banyak bintang dunia sepertinya tak membuat kualitas Liga Super Cina meningkat.

Oscar mengatakan saat itu ia berencana kembali bermain di Eropa setelah dua atau tiga tahun bermain di Cina, dan ia tak sendiri. Menunjukkan bagaimana para pemain juga tak begitu antusias bermain di sini.

Puncaknya adalah apa yang dikatakan oleh Carlos Tevez, hal yang membuat seluruh Cina marah sekaligus malu.

Padahal, Tevez di Shanghai Shenhua menerima gaji tertinggi di dunia saat itu, mencetak empat gol dalam 20 penampilan, tetapi ia mengatakan waktunya di Cina adalah hanya sedang liburan.

"Saya liburan selama tujuh bulan di Cina," ujar Tevez.

"Tak masalah pelatih Shanghai dan Presiden Cina mengkritisi saya, saya bahkan tak tahu apa yang saya lakukan di sana."

Selain tak menambah kualitas liga, kedatangan para pemain asing ini justru dianggap menghambat perkembangan pemain muda Cina.

Padahal, salah satu harapan Presiden Xi adalah Timnas Cina kembali bermain di Piala Dunia, hal yang tak bisa mereka lakukan jika kualitas pemain dalam negeri tak meningkat.

Hal ini memaksa Federasi Sepak Bola Cina (CFA) saat itu membuat aturan ketat yang membatasi jumlah pemain asing di sebuah klub, maksimal hanya ada tiga pemain asing di 18 pemain skuad matchday, dan minimal dua pemain Cina di bawah 23 tahun.

Setelah itu jumlah pemain asing sempat dikurangi dari maksimal lima per tim menjadi empat, selain juga maksimal pemain asing yang turun berlaga tak boleh lebih dari jumlah pemain Cina berusia kurang dari 23 tahun yang bermain di laga yang sama.

Tak hanya itu, ada aturan keuangan juga yang diberlakukan dengan klub yang belanja pemain asing lebih dari lima juta pounds membayar uang sekian ke CFA.

Selain itu, CFA juga memberlakukan salary cap alias batasan gaji untuk setiap tim, agar tak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk gaji pemain.

Aturan-aturan ini muaranya jelas, agar pemain Cina bisa berkembang, demi Timnas Cina yang lebih baik.

Selain itu, pemerintah Cina juga memang sudah lama ingin mengontrol pengeluaran klub yang terlalu banyak menghamburkan uang untuk mendatangkan pemain kelas dunia.

Efek domino mengikuti. Makin ke sini semakin sedikit pemain berkelas dunia yang hijrah ke Liga Super Cina, membuat jumlah penonton menurun, pemasukan dari iklan semakin sedikit, membuat klub justru kesulitan mendapat pemasukan.

Selain itu, harga tiket pertandingan di Cina memang tak begitu mahal, ditambah fans lebih banyak membeli asesoris dan jersi klub tak resmi karena lebih murah, semakin membuat keuangan klub punya rapor merah.

Apalagi CFA juga kemudian melarang sponsor besar untuk mengganti nama klub dengan nama sang sponsor, hal yang dulu biasa terjadi di Cina, membuat sponsor berpikir dua kali untuk masuk ke Liga Super Cina.

Banyak klub yang semakin terjatuh dalam masalah keuangan saat sang pemilik klub juga memiliki masalah keuangan, karena hancurnya pasar real estate di Cina. Membuat semakin sedikit uang yang bisa diberikan sang pemilik untuk keberlangsungan hidup klub itu sendiri.

Puncaknya, pandemi melanda.

Liga Super Cina yang sebelumnya sudah mulai berjalan dengan pincang, kini seperti sudah tak memiliki dua kaki untuk berjalan.

Kini, Cina

Rentetan masalah-masalah di atas membuat tak sedikit klub-klub Liga Super Cina yang gulung tikar.

Jiangsu Suning, Hebei, Guangzhou City, Wuhan Yangtze River, Qingdao, dan Chongqing Liangjiang Athletic jadi beberapa tim yang gulung tikar, padahal beberapa musim sebelumnya mereka sempat terlihat punya uang yang tak terbatas.

Jiangsu Suning misalnya, pada 2019 mereka berencana merekrut Gareth Bale dari Real Madrid, dengan kontrak mencapai satu juta pounds per pekan selama tiga tahun.

Akan tetapi, tak sampai dua tahun setelahnya, Jiangsu Suning kesulitan finansial dan harus gulung tikar, bahkan harus menjual bus tim untuk mencari dana tambahan.

Teranyar, awal musim ini Dalian Pro dan Shenzhen harus dibubarkan karena alasan serupa, setelah keduanya menjadi dua tim yang terdegradasi dari Liga Super Cina.

Musim ini, Liga Super Cina diikuti oleh 16 tim, dengan maksimal setiap tim memiliki lima pemain asing.

Shanghai Port adalah sang juara bertahan, dengan tampaknya akan jadi juara lagi musim ini, masih mengandalkan Oscar sebagai kapten mereka, juga bintang besar Timnas Cina, Wu Lei, sebagai striker utama.

Timnas Cina?

Per 19 September 2024, mereka ada di peringkat 94 dunia di Ranking FIFA.

Mereka belum bisa tampil kembali di Piala Dunia sejak inisiatif yang dilakukan Liga Super Cina hampir sedekade lalu.

Begitupun di Piala Asia, mereka hanya sampai perempat final di edisi 2019 dan tersingkir di babak grup pada Piala Asia 2023 lalu.

Di kawasan Asia Timur, Cina juga masih stabil hanya meraih posisi ketiga di Piala Asia Timur edisi 2017, 2019, dan 2022.

Regenerasi juga tampaknya tak berjalan begitu mulus.

Dari 24 pemain terbaru yang dipanggil ke Timnas Cina, 13 di antaranya berusia 29 tahun atau lebih, dan hanya empat pemain yang berusia 23 tahun atau lebih muda.

Apakah Presiden Xi harus lebih lama menunggu mimpinya agar Timnas Cina tampil di Piala Dunia bisa terwujud?

Source: BBCGive Me SportExpressWikipedia

RELATED STORIES

Starter XI Indonesia 0-10 Bahrain, di Mana Mereka Sekarang?

Starter XI Indonesia 0-10 Bahrain, di Mana Mereka Sekarang?

Di mana kini para mantan pemain Timnas Indonesia yang merasakan kekalahan 0-10 dari Bahrain pada tahun 2012 lalu?

Musuh Utama Timnas Indonesia Saat Ini: Jarak dan Waktu

Musuh Utama Timnas Indonesia Saat Ini: Jarak dan Waktu

Jarak dan waktu beserta jet lag dan kelelahan yang melanda mungkin kini jadi musuh utama yang harus dihadapi Timnas Indonesia.

Mengapa Ada Kartu Kuning dan Merah di Sepak Bola

Kartu kuning dan merah telah berperan penting dalam aturan sebuah pertandingan sepak bola.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Direktur Teknik Timnas Indonesia, Alexander Zwiers. (Yogi Gandanaya/Skor.id)

Timnas Indonesia

Tugas Pertama Alexander Zwiers sebagai Dirtek, Ada Misi Terselubung PSSI

Mantan Direktur Teknik Timnas Yordania itu bakal membantu sosok Patrick Kluivers pelatih Timnas Senior Indonesia.

Gangga Basudewa | 25 Aug, 17:44

Ketum PSSI Erick Thohir bersama Direktur Teknik Timnas Indonesia Aleksander Zwiers. (Yogi Gandanaya/Skor.id)

Timnas Indonesia

Erick Thohir Ungkap Durasi Kontrak dan Alasan Memilih Alexander Zwiers

Ketum PSSI Erick Thohir menyebut jika kontrak Alexander Zwiers berdurasi empat tahun.

Gangga Basudewa | 25 Aug, 17:11

Gelaran 13th Asian Cup Woodball Championship 2025. (Istimewa)

Other Sports

Gelaran 13th Asian Cup Woodball Championship 2025 Banjir Pujian

Tantangan lapangan serta rangkaian acara dari pembukaan hingga penutupan menjadi pengalaman berkesan bagi para peserta.

Sumargo Pangestu | 25 Aug, 16:28

Direktur Teknik Timnas Indonesia, Alexander Zwiers. (Yogi Gandanaya/Skor.id)

Timnas Indonesia

Alexander Zwiers Terima Tawaran Jadi Direktur Teknik Timnas Indonesia karena Ini

Zwiers menjelaskan bahwa setiap kali dirinya kembali ke Indonesia, ada rasa emosional yang begitu kuat, seolah ia benar-benar pulang ke rumah.

Gangga Basudewa | 25 Aug, 16:17

Piala AFF Wanita U-16 2025 atau ASEAN U-16 Girls Championship 2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Timnas Indonesia

Piala AFF Wanita U-16 2025: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen ASEAN U-16 Girls Championship 2025, yang terus diperbarui seiring berjalannya turnamen.

Taufani Rahmanda | 25 Aug, 14:28

Tim Indonesia di Asian Schools Basketball Championships 2025 (ASBC 2025). (Foto: Kemenpora, Grafis: Yudhy Kurniawan/Skor.id).

Basketball

Tak Hanya Soal Kemenangan, Pelajaran Penting untuk Wakil Indonesia di Asian School Basketball Championship 2025

Tak hanya soal kemenangan, Timnas Basket Putri dan Putra Indonesia bisa petik pelajaran dari Asian School Basketball Championship 2025 (ASBC 2025)

Pradipta Indra Kumara | 25 Aug, 14:15

M. Rian Ardianto (kiri) dan Fajar Alfian, ganda putra andalan Indonesia saat ini.

Badminton

Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2025: Berpotensi Hadapi Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, Fajar/Rian Waspada

Fajar/Rian berpotensi berjumpa dengan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi pada babak 16 besar Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2025.

Rais Adnan | 25 Aug, 13:26

Nusantara Open 2025, kompetisi sepak bola usia muda yang digelar di Indonesia pada Agustus 2025. (Yudhy Kurniawan/Skor.id)

National

Dibuka Erick Thohir dan Taufik Hidayat, Nusantara Open 2025 Resmi Bergulir

Nusantara Open 2025 digelar di Training Ground Garudayaksa FA Bekasi, per Senin (25/8/2025) hingga 5 September 2025.

Taufani Rahmanda | 25 Aug, 12:40

Tim Indonesia di Asian Schools Basketball Championships 2025 (ASBC 2025). (Foto: Kemenpora, Grafis: Yudhy Kurniawan/Skor.id).

Basketball

Timnas Basket Putri dan Putra Indonesia Tumbang dari China di Laga Perdana ASBC 2025

Timnas Basket Putri dan Putra Indonesia kalah dari China di Asian School Basketball Championship 2025 (ASBC 2025).

Pradipta Indra Kumara | 25 Aug, 11:43

National Conference of Football and Science 2025 digelar di ITB, Bandung, 25-27 Agustus 2025. (Foto: Dok. Grha Gemah Nusa/Grafis: Deni Sulaeman/Skor.id)

National

Resmi Digelar, Konferensi Sepak Bola Nasional dan Sains Bisa Bantu Timnas Indonesia Berkembang

NCFS 2025 diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung pada 25-27 Agustus 2025.

Rais Adnan | 25 Aug, 11:05

Load More Articles