- Pelatih tunggal putra Hendry Saputra menyoroti hasil buruk anak didiknya di All England 2020.
- Evaluasi langsung dilakukan agar tunggal putra Indonesia bisa lebih baik pada turnamen selanjutnya.
- Tersingkirnya semua wakil tunggal putra otomatis memperpanjang paceklik gelar Indonesia di All England.
SKOR.id – Tak ada satu pun wakil tunggal putra Indonesia lolos ke perempat final HSBC BWF World Super 1.000 All England 2020.
Ironisnya, tiga dari empat pebulu tangkis Merah Putih bahkan langsung angkat koper pada babak pertama ajang tersebut.
Mereka adalah Tommy Sugiarto, Anthony Sinisuka Ginting, dan Jonatan Christie. Sedangkan Shesar Hiren Rhustavito kemudian menyusul pada babak kedua.
Kecuali Tommy Sugiarto, tiga tunggal putra Indonesia ini bernaung di pemusatan latihan nasional (pelatnas) Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) di Cipayung, Jakarta.
Kegagalan Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan Shesar Hiren Rhustavito sontak dapat sorotan dari sang pelatih kepala tunggal putra pelatnas PBSI, Hendry Saputra.
Menurutnya, penampilan ketiga pemain pelatnas itu jauh dari harapan. Terlebih Jojo, sapaan Jonatan Christie, dan Anthony Ginting yang sebelumnya diandalkan bisa melangkah jauh.
Baca Juga: All England 2020: Dua Ganda Campuran Tersisa di Perempat Final
Hendry Saputra pun memberikan komentar mengenai penampilan anak didiknya. Ia menilai Anthony bermain terlalu buru-buru.
Sehingga, pebulu tangkis asal Cimahi, Jawa Barat tersebut banyak melakukan kesalahan sendiri. Ia takluk menghadapi wakil Denmark Rasmus Gemke, 14-21, 18-21.
“Itu diulang sampai sama poinnya. Lalu dia hilang fokus dan kepercayaan diri. Bukan karena Anthony bermain jelek, tetapi karena perubahan permainannya yang salah,” ujar Hendry.
Setelah Anthony Ginting, giliran Shesar Hiren Rhustavito yang takluk dari Rasmus Gemke pada babak kedua dengan skor 21-18, 13-21, 19-21.
Sementara Jonatan Christie kalah pada babak pertama dari pebulu tangkis asal Malaysia, Lee Zii Jia, dua gim langsung, 15-21, 13-21.
Hasil mengecewakan ini pun memperpanjang paceklik gelar tunggal putra di All England. Kali terakhir, Indonesia meraih titel pada sektor ini terjadi pada 1994 melalui Hariyanto Arbi.
Ketika itu, dua tunggal putra Indonesia saling berhadapan di final. Hariyanto Arbi keluar sebagai pemenang usai mengalahkan Ardy Wiranata dengan skor 15–12, 17–14.
Baca Juga: All England 2020: The Minions Melangkah Mulus ke Perempat Final
“Evaluasi untuk Jonatan dan Anthony, ini di luar harapan saya. Nanti harus dilatih fokus dalam menerapkan strategi dan pukulan, agar bisa tepat penggunaannya” ujar Hendry Saputra.
“Selain mental dan pikiran, saya lihat (mereka) masih ragu-ragu bermainnya. Mungkin terbebani harus menang hingga tidak fokus dengan apa yang harus dilakukan,” Hendry menambahkan.
Sementara untuk Shesar Hiren Rhustavito, meskipun kalah, Hendry mengakui ada peningkatan performa dari anak didiknya tersebut.
Hanya saja Shesar tetap masih perlu untuk terus mengasah kemampuannya, terutama soal kesabaran di lapangan dan kekuatan fisik.
“Untuk Vito (Shesar), dia kurang sabar dan mengubah bermainnya saat poinnya unggul. Sehingga banyak melakukan eror sendiri,” kata Hendry Saputra.
“Tetapi saya lihat dia sudah bagus bermainnya. Tinggal harus ditingkatkan lagi kekuatan kaki dan fisiknya agar bisa bermain dalam durasi yang cukup panjang,” Hendry menuturkan.