- MotoGP 2023 akan menyambangi Asia Tengah, tepatnya di Kazakhstan.
- MotoGP Kazakhstan aka digelar di Sirkuit Internasional Sokol.
- Dikenal sebagai sirkuit baru, Sirkuit Internasional Sokol banyak dikaitkan dengan miliarder kontroversial bernamaAlijan Ibragimov.
SKOR.id - Nama Alijan Ibragimov berada di balik Sirkuit Internasional Sokol, Kazakhstan, sirkuit terbaru yang dikunjungi MotoGP Musim 2023.
Musim MotoGP 2023 akan singgah ke Kazakhstan, tepatnya pada seri kesembilan kejuaraan dari 21 seri tahun ini.
Kazakhstan memang negara yang unik di Asia. Pesahan Uni Soviet ini adalah negara terbesar di Asia Tengah, membentang seluas 2,7 juta Km persegi,
MotoGP akan menyambangi Sirkuit Internasional Sokol yang berjarak 76 kilometer dari ibukota negara, Astana.
Trek kebanggaan warga Kazakhstan ini mulai dibangun pada 2014, dan selesai pada tahun 2023. Lintasan terpanjang membentang sejauh 4,495 Km, namun bisa disesuaikan dalam empat versi balapan.
Tak hanya dikenal karena kemegahannya, Sirkuit Internasional Sokol juga berkaitan dengan miliarder kontroversial, Alijan Ibragimov.
Siapa Alijan Ibragimov
Merunut kembali kisah menuju tahun 2014, sosok Alijan Ibragimov muncul dengan gagasan besar: mengumumkan pembangunan sirkuit berstandar internasional.
Tujuan miliarder Kazakh ini satu, namun tegas, menjadikan negaranya sebagai tuan rumah kompetisi internasional nan bergengsi melalui terbangunnya Sirkuit Internasional Sokol.
Ya, sirkuit ini adalah sirkuit swasta, pengejawantahan ambisi pribadi Ibragimov. Namun, Ia mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kazakhstan.
Sirkuit Internasional Sokol adalah kawasan balap yang terintegrasi. Tak hanya didesain sebagai sirkuit MotoGP atau Formula 1, Sokol juga menawarkan versi balap karting, drag, dan drift.
Sokol dibangun secara profesional, dengan komando Hermann Tilke. Bahkan, Ibagimov menyewa tim konsultan untuk mengelola sirkuit pada tahun-tahun awalnya, demi jaminan bahwa segala hal yang digelar di sana berada di tangan yang aman.
Namun, tuduhan banyak ditujukan ke sosok Alijan Ibragimov, hingga ke anak-anak yang kini melanjutkan besarnya nama sang miliarder. Bukan tanpa alasan, sosok mendiang Alijan Ibragimov memang penuh kontroversi.
Tuduhan "sportwashing" turut muncul, mengingat Alijan Ibragimov sempat terlibat dua skandal besar, tentang kepemilikan properti di Belgia dan pembunuhan salah satu agen intelejen Inggris.
Sosok Alijan Ibragimov menjadi satu dari tiga miliarder berpengaruh di Kazakhstan, di samping Patokh Chodiev dan Alexander Mashkevich.
Ketiganya sempat diselidiki pemerintah Belgia terkait beberapa properti yang dimiliki.
Para pemilik usaha pertambangan di Kazakhstan ini terjerat kasus yang disebut media Eropa sebagai "Kazakhgate" pada 2012. Karena besarnya skandal ini, Parlemen Belgia pun turun tangan dengan membentuk komite penyelidikan.
Laporan Entrepreneur.com menyebut, Presiden Kazakhstan bahkan meminta bantuan dari Presiden Prancis saat itu, Nicolas Sarkozy, untuk membantu Ibragimov dkk. Prancis memperkenalkan Ibragimov dan mitranya kepada seorang pengacara bernama Catherine Degoul, yang membuka negosiasi dengan otoritas Belgia.
Bukan tanpa pamrih. Prancis dilaporkan tertarik untuk membantu kasus Ibragimov karena dia membantu memfasilitasi penjualan helikopter dan peralatan satelit senilai sekitar 4 miliar Euro ke Kazakhstan.
Investigasi yang dilakukan Parlemen Belgia berjalan 16 bulan, dengan mendengarkan 177 saksi. Namun akhirnya, kasus Ibragimov, Chodiev, dan Mashkevich diselesaikan menggunakan pembayaran denda 21 juta Euro tanpa pengakuan bersalah. Ya keputusan ini melalui undang-undang.
Tawar-menawar pembelaan dalam kasus ini menyebabkan skandal politik internasional besar yang digemborkan media. Tuduhannya tak main-main, bahwa Prancis memengaruhi hukum Belgia.
Kasus ini bukan yang pertama menyorot Ibragimov. Sang miliarder juga dicurigai terlibat dalam kematian mata-mata Inggris, Gareth Williams, di apartemen Pimlico.
Mayat ditemukan di tas jinjing, satu minggu setelah pembunuhan. Pada saat kematiannya, Williams sedang bekerja di London untuk ditempatkan di MI6, dinas intelijen rahasia Inggris.
Kematian Gareth Williams disebut erat dengan perusahaan minyak kecil yang terdaftar di Singapura bernama Raffles Energy.
Catatan menunjukkan Raffles Energy dimiliki oleh Alijan Ibragimov dan putranya Furkhat. Orang yang sama di balik dibangunnya Sirkuit Sokol, dan skandal properti di Belgia.
Perusahaan Alijan Ibragimov dengan dua rekannya adalah perusahaan raksasa di bidang pengelolaan sumber daya alam, ENRC. Perusahaan tersebut pada 2010 turut diselidiki di Inggris karena tuduhan penipuan dan korupsi.
Terlepas dari kontroversi tersebut, kehadiran Sirkuit Internasional Sokol jelas akan membawa MotoGP makin dekat dengan penggemar di seluruh dunia.
Berharap, kisah kelam di balik Sokol dan Ibragimov tidak menjadi perseden buruk bagi penyelenggaraan MotoGP 2023.