SKOR.id – Pergi ke gym seharusnya menjadi pengalaman positif, bukan berakhir di rumah sakit atau bahkan hingga kehilangan nyawa seperti yang terjadi baru-baru ini.
Selain faktor kecelakaan atau kelalaian, ada beberapa faktor lain yang membuat gym menjadi tempat yang berbahaya.
Misalnya, ada yang pingsan karena belum/kurang makan, atau yang bersikeras ke gym sambil mengabaikan rasa sakit meski belum sembuh dari cedera.
Berikut adalah tujuh kesalahan yang berpotensi berbahaya dan sering dilakukan oleh olahragawan di gym dan tips untuk mencegahnya terjadi pada Anda.
Dengan mengikuti beberapa pedoman sederhana ini, diharapkan dapat membantu Anda menghindari berbagai kecelakaan serius di gym.
1. Berlatih Terlalu Keras dan Tidak Mengukur Kemampuan
Banyak orang berlatih terlalu keras di gym, terutama ketika mereka pertama kali menjalaninya. Padahal, itu bisa berisiko.
"Untuk pemula, jalani lebih sedikit latihan daripada yang Anda pikir dapat Anda lakukan," kata Richard Cotton, ahli fisiologi olahraga dan juru bicara American Council on Exercise.
“Anda tidak bisa 'gagal' dalam latihan jika Anda memiliki basis latihan kekuatan kurang dari enam minggu. Otot yang tidak aktif tidak sekuat otot yang aktif,” ia menambahkan.
Jika pekerjaan Anda tidak menuntut Anda untuk banyak begerak, hindari langsung terjun ke rutinitas olahraga. Lebih banyak latihan belum tentu lebih baik.
Solusi Anda: Biarkan diri Anda melakukan latihan beban selama enam minggu untuk membangun basis sebelum berlatih keras.
Pekerjakan pelatih pribadi bersertifikat untuk mempelajari bentuk dan perkembangan yang tepat atau ikuti kelas kelompok latihan beban.
2. Mengabaikan Area yang Lemah atau Terluka
"Beberapa orang sering mengabaikan rasa sakit dan akhirnya malah melukai diri sendiri," kata Cotton.
Seseorang dengan punggung yang lemah akan menggunakan mesin dayung (rowing machine), misalnya, alih-alih sesuatu yang lebih akomodatif seperti recumbent bike.
Solusi Anda: Ubah latihan Anda dan/atau mulai kembali secara perlahan saat Anda memulihkan diri dari cedera.
Cari bantuan terapis fisik atau pelatih berpengalaman untuk mengetahui cara memodifikasi rutinitas Anda untuk mengakomodasi area yang lemah atau cedera.
Menghindari chest flye dan hanya melakukan penekanan dada parsial, misalnya, mungkin lebih disarankan jika Anda baru pulih dari ketegangan rotator-cuff.
Jika Anda melukai diri sendiri di area yang sama secara teratur, Anda mungkin perlu menghindari latihan tertentu sampai benar-benar sembuh.
3. Tidak Mengonsumsi Kalori yang Cukup
Olahragawan yang mengombinasikan olahraga berat dengan asupan kalori yang buruk dengan harapan menurunkan berat badan, justru membuat diri mereka pusing, pingsan, dan terkadang mual.
“Adalah keliru bahwa berolahraga dengan perut kosong akan membakar lebih banyak kalori,” kata Karen Brewton, ahli diet terdaftar untuk Layanan Kesehatan Rumah Sakit Methodist di Houston, Texas.
“Anda tidak mengisi bahan bakar saat tubuh Anda membutuhkannya. Makanan pertama di hari itu memulai metabolisme Anda,” ia menambahkan.
Solusi Anda: Jangan melewatkan makan dan makanlah tiap beberapa jam. “Yogurt merupakan makanan yang enak sebelum dan sesudah berolahraga,” kata Brewton.
Dan ini adalah kesempatan bagus untuk mendapatkan kalsium yang Anda butuhkan untuk mencegah osteoporosis.
"Saat Anda memperhatikan berat badan dan mengurangi kalori, Anda perlu perhatikan kalori berkualitas baik."
4. Tidak Melakukan Pemeriksaan Medis
“Kebanyakan orang melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum memulai program olahraga hanya jika mereka lebih tua atau memiliki gejala,” kata Brewton.
"Wanita muda yang merasa baik-baik saja mengira mereka kebal (penyakit), tetapi sebenarnya tidak."
Jika Anda memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga, tes stres rutin bahkan mungkin tidak cukup untuk mendeteksi masalah.
Solusi Anda: Ketahui riwayat keluarga Anda. Saran dari dr. Dennis Goodman, seorang ahli jantung bersertifikat senior di Scripps Memorial Hospital, ini bisa diterapkan.
Menurut Goodman, waspadalah jika seseorang dalam keluarga Anda menderita penyakit jantung pada usia muda (kurang dari 55 tahun untuk pria dan kurang dari 60 untuk wanita).
"Terutama jika yang memiliki penyakit jantung adalah orangtua atau saudara kandung Anda,” ujar Goodman.
“Jika itu terjadi artinya Anda juga berisiko tinggi terkena penyakit jantung, tidak peduli berapa pun berat dan tekanan darah Anda," ia menambahkan.
“Pengujian awal untuk individu yang berisiko harus dimulai pada usia 18 tahun. Setiap orang harus menjalani pemeriksaan kolesterol mulai dari usia 20 tahun, terlepas dari risikonya,” kata Goodman.
5. Tidak Fokus dengan Latihan yang Sedang Dijalani
Berbicara di ponsel sambil berjalan atau berlari di atas treadmill atau menoleh untuk berbicara dengan teman sangat berisiko.
Hal itu dapat membuat Anda terpental dari mesin dengan punggung patah atau pergelangan tangan patah, atau bahkan lebih buruk lagi.
John Duncan, seorang ahli fisiologi olahraga dan pendiri serta CEO ViaScan di Irving, Texas, menjabarkan risiko dari cedera tersebut.
“Cedera yang disebabkan oleh tragedi ini mungkin cukup untuk mencegah Anda berolahraga selama enam minggu,” kata Duncan.
“Cedera adalah alasan nomor satu mengapa orang menghentikan program latihan mereka,” ia menambahkan.
Solusi Anda: Fokus pada latihan yang sedang dijalani. Sebelum menggunakan treadmill, periksa untuk memastikan bahwa pengguna terakhir sudah mematikan alat itu.
Kecelakaan semacam ini pernah terjadi di salah satu gym baru-baru ini, dan mengakibatkan cedera kepala. Cari genangan keringat atau "bahaya" lainnya di sekitar.
Tinggalkan ponsel Anda di loker atau di rumah. Jika seseorang memulai percakapan dengan Anda saat Anda mengangkat beban, abaikan sampai Anda selesai.
Lebih baik menjelaskan sesudahnya mengapa Anda tidak dapat berbicara saat mengangkat beban di atas kepala Anda, daripada harus berhadapan dengan ahli ortopedi Anda.
6. Mengikuti Cara Latihan Orang Lain Tanpa Instruktur
Variasi dalam latihan adalah kunci jika Anda ingin terus melihat kemajuan dalam rutinitas kebugaran Anda.
Kadang Anda mendapatkan ide olahraga baru dengan melihat orang lain di gym, padahal Anda mungkin tidak tahu apa yang mereka lakukan.
"Anda tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah ini minggu pertama orang tersebut di gym atau tidak, sehingga Anda meniru seseorang yang melakukan gerakan salah," ujar Duncan.
Juga, hindari saran yang tidak diminta dari seseorang kecuali dari profesional yang berkualifikasi.
Solusi Anda: Beberapa latihan, seperti deadlift atau squat, harus diserahkan kepada mereka yang benar-benar tahu apa yang mereka lakukan.
Atau, mereka yang memiliki instruksi profesional dalam melakukan gerakan dengan benar.
Pekerjakanlah pelatih pribadi bersertifikat dan berpengalaman untuk membantu Anda melakukan latihan dengan format yang benar.
Sehingga, Anda mendapatkan manfaat penuh dari rutinitas apa pun dan menghindari cedera.
7. Nge-Gym dalam Kondisi Pilek atau Flu
Demi diri Anda sendiri dan anggota gym lainnya, tetaplah di rumah jika Anda sedang flu, bersin, atau batuk.
Meninggalkan jejak virus yang tidak diinginkan di bangku dan peralatan gym serta di udara akan merugikan orang sehat di sekitar Anda.
Selain itu, bisa jadi Anda membuat kondisi diri Anda lebih buruk dengan menjalani latihan yang berat.
Solusi Anda: Jika gejala Anda bermanifestasi dari leher ke atas (seperti bersin atau pilek) tanpa adanya demam dan nyeri tubuh, Anda mungkin cukup sehat untuk melakukan latihan yang dimodifikasi.
Dr. Jacob Teitelbaum, Direktur Medis Fibromyalgia & Fatigue Centers, memberikan saran yang layak untuk diterapkan.
“Meskipun tahap infeksi telah berlalu (Anda paling menular tepat sebelum gejalanya menjadi jelas), sebaiknya tunggu seminggu sebelum kembali ke gym,” kata Jacob.
"Kemudian tingkatkan kembali ke level latihan Anda sebelumnya selama satu atau dua minggu," ia menambahkan.
Jika Anda mengalami demam, nyeri otot, dan gejala mirip flu lainnya yang “di bawah leher”, dokter menyarankan untuk beristirahat hingga gejalanya mereda.