- Sejumlah kompetisi domestik di negara ASEAN bisa dikatakan mumpuni untuk level Asia.
- Namun, kekokohan klub juara di negara ASEAN termasuk Indonesia masih diragukan dan senasib dengan Chievo Verona.
- Salah satu klub yang pernah berkiprah dan diperhitungkan di Serie A, Chievo Verona dinyatakan mati akhir pekan ini.
SKOR.id - Chievo Verona yang mati eksistensinya di Italia juga dirasakan sejumlah klub asal negara ASEAN termasuk Indonesia dengan status mereka jawara kompetisi domestik.
Ya, nasib kurang beruntung harus dialami oleh klub asal Italia, Chievo Verona yang bubar karena mengalami krisis finansial.
Klub dengan julukan The Flying Donkey dinyatakan bangkrut setelah gagal mendapatkan investor baru. Semua itu efek terlilit hutang dan kesulitan membayar pajak.
Legenda klub yang lahir pada 1929 atau 92 tahun silam, Sergio Pellissier yang mendapatkan tugas untuk menemukan penanam modal baru gagal.
Dia gagal mendapatkan investor bagi klub yang pernah dibelanya setelah diberi waktu dua bulan.
Sergio Pellissier yang telah banyak mendatangi pengusaha tidak bisa menyelamatkan timnya, sayang hasilnya nihil.
Nasib Chievo Verona ini sebenarnya sudah dialami enam klub juara kompetisi domestik dari empat negara ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Bahkan dari enam klub itu, tiga merupakan jawara kasta teratas Liga Thailand dan sempat berjaya di level Asia.
Skor.id merangkum enam klub juara kompetis domestik di negara ASEAN yang nasibnya seperti Chievo Verona.
Petrokimia Putra
Klub asal Gresik ini hidup sejak akhir 1980an tepatnya 1988 dan eksis di kompetisi semipro Indonesia, Galatama.
Pada musim perdana Liga Indonesia edisi 1994-1995, klub yang dibiayai perusahaan pupuk ini maju ke final sebelum kalah dari Persib.
Petrokimia Putra sukses jadi juara Liga Indonesia pada 2002. Sayang tiga tahun berselang atau 2005, mereka menyatakan mundur dari kompetisi negeri ini.
Kala itu, klub ini menyatakan merger dengan Persegres Gresik dan jadi Gresik United. Tetapi kenyataannya, Petrokimia Putra mati identitasnya sampai kini.
Perlis FA
Kasta teratas Liga Malaysia era baru dimulai 2004 dengan nama Liga Super Malaysia.
Perlis FA juara pada musim kedua. Mereka menjuarai Liga Super Malaysia 2005 dengan nilai 45 dari 21 laga dan unggul 10 poin dari Pahang FA.
Pahang FA (kini Sri Pahang FC) hanya puas di posisi kedua dan terengah-engah mengejar Perlis FA yang punya julukan Singa Utara.
Tak hanya itu, striker asing Perlis FA, Zachariah Simukonda, dan Júlio Rodriguez dari Brasil milik Sabah FA (kini Sabah FC) jadi topskor bersama musim itu.
Sayang, Perlis FA mati suri sampai kini setelah sempat ingin hidup pada musim 2019 tetapi kesulitan finansial membuatnya hilang daro peredaran sampai sekarang.
Krung Thai Bank FC
Klub ini adalah tim papan atas Liga Thailand pada jamannya dan eksis dari 1977 sampai 2009.
Era baru Liga Thailand mulai musim 1996-1997, Krung Thai Bank FC pernah jadi juara dua kali kasta teratas kompetisi Negeri Gajah Putih.
Bahkan saat kompetisi di level benua atau Liga Champions Asia, Krung Thai Bank FC pernah menyingkirkan dua wakil Indonesia, PSM Makassar (2004) dan Persebaya (2005).
Sayang, Krung Thai Bank FC kini hanya tinggal nama karena mati sejak 2009.
Bangkok Bank FC
Kasta teratas Liga Thailand era baru mulai 1996-1997, juara edisi perdananya adalah Bangkok Bank FC.
Kala itu, nama resmi kompetisinya bernama Thailand Soccer League dan ada sistem championship play-off.
Empat klub penghuni posisi teratas klasemen akhir Liga Thailand era itu bertanding dalam final four.
Pemuncak tabel melawan tim posisi empat dan runner-up bersua tim peringkat tiga. Bangkok Bank adalah tim posisi tiga.
Sayang, Bangkok Bank mulai 2008 menyatakan mundur dan tak lagi eksis di kompetisi negerinya sehingga hilanglah sang juara dari peredaran.
Sinthana FC
Chulalongkorn University FC adalah klub yang berbasis dari Chulalongkorn University di Bangkok, Thailand. Mereka telah bermain di laga sepak bola tradisional Chula–Thammasat sejak 1934.
Namun klub ini beralih kepemilikan dan menjadu Sinthana FC per 1976 dan berkompetisi secara nasional.
Saat kasta teratas Liga Thailand memasuki era baru musim ketiga dengan nama Thai Premier League, Sinthana FC jadi juara pada 1998.
Sebagai juara Thailand, mereka pun bermain di level benua yaitu Asin Club Championship, sebelum ada Liga Champions Asia.
Pada Januari 2011, klub ini berganti nama menjadi Big Bang Chulalongkorn United FC dan pindah kandang. Namun mereka kehilangan dukungan fans dan mulai kena masalah.
Puncaknya pada April 2017, klub dibubarkan dengan alasan kurangnya dana. Kini, Sinthana FC juga tinggal kenangan saja.
Etoile FC
Klub ini eksis di Liga Singapura saat masih bernama S.League selama dua musim. Etoile FC menjadi tim kedelapan berstatus klub asing yang bersaing di S.League.
Ya, Liga Singapura sejak 2003 mengundang klub asing berkompetisi di negerinya sampai sekarang.
Pada musim debut, 2010, Etoile FC adalah salah satu yang harus diingat sepanjang sejarah Liga Singapura.
Sebab, klub asal Prancis ini tidak hanya menjuarai Liga Singapura, tetapi juga jadi jawara Piala Liga Singapura.
Bahkan, penyerang mereka Frédéric Mendy jadi topskor Liga Singapura 2010 dengan 21 gol. Sayang selepas menyelesaikan Liga Singapura 2011, mereka menyatakan tak eksis lagi.
Follow dan subscribe akun media sosial Skor.id di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube,
LinkedIn, TikTok, Helo, Pinterest, serta dengarkan Podcast kami di Spotify.
View this post on Instagram
Baca Juga Berita Sepak Bola ASEAN lainnya:
Fase Grup Piala AFC 2021 Zona ASEAN Dibatalkan, Ini Permintaan Wakil Malaysia
Rapor Pemain ASEAN di J.League Pekan Ke-18: Assist Indah Chanathip usai Kembali dari Cedera