SKOR.id - Lee Carsley, pelatih sementara Timnas Inggris memang melakukan blunder ketika dia menempatkan lima pemain dengan naluri menyerang sekaligus di lini depan.
Momen itu terjadi di laga lawan Timnas Yunani, dalam laga ketiga UEFA Nations League 2024-2025. Pelatih berkepala plontos yang diangkat sementara menggantikan posisi Gareth Southgate, mengakui bahwa itu adalah eksperimen.
Namun, eksperimen tersebut menempatkannya dalam kritik. Hasilnya, fans melihat bahwa The Three Lions memang membutuhkan pelatih tetap, pelatih berpengalaman.
Lee Carsley sendiri mengakui bahwa dirinya tidak mengajukan diri sebagai pelatih tetap Timnas Inggris.
"Saya harap, saya dapat kembali menangani Timnas U-21," kata Lee Carsley, dalam konferensi pers jelang lawan Finlandia di UEFA Nations League, laga yang akan digelar pada Minggu (13/10/2024) pukul 23.00 WIB ini.
"Besok (malam ini), kami akan tampil dengan skema yang lebih konvensional," kata Lee Carsley terkait lawan Finlandia.
Inggris kini tengah mencari pelatih baru. Sejumlah nama muncul ke permukaan, seperti Thomas Tuchel, Graham Potter, Edde Howe, bahkan hingga Pep Guardiola.
Kekalahan Inggris lawan Yunani boleh jadi merupakan blunder yang dilakukan Lee Carsley.
Namun, pelatih berusia 50 tahun ini setidaknya telah memperlihatkan apa kelemahan dari The Three Lions dan apa yang harus dilakukan untuk membenahi Timnas Inggris yang belum pernah lagi meraih gelar utama sejak Piala Dunia 1966 silam.
Melihat dari kekalahan lawan Yunani pula, berikut ini 5 persoalan Timnas Inggris yang harus diperbaiki bagi pelatih baru The Three Lions:
1. Banyak Bintang, Minim Keseimbangan
The Three Lions memang memiliki begitu banyak bintang. Kesalahan Lee Carsley adalah menurunkan sejumlah bintang dalam satu starting line up, tanpa mempertimbangkan keseimbangan.
Menurunkan Cole Palmer, Jude Bellingham, Phil Foden, Bukayo Saka, dan Anthony Gordon dalam starting XI, lalu berpikir akan terbentuk tim yang atraktif dengan mencetak banyak gol, adalah blunder.
Dalam skema khususnya di sepak bola modern saat ini, menurunkan lima pemain dengan naluri menyerang merupakan pilihan yang mengejutkan.
Karena itu, Inggris membutuhkan pelatih yang memiliki karakter kuat, sosok yang ketika memutuskan pemain bintang ke bangku cadangan adalah hal yang biasa bagi pelatih tersebut.
2. Inggris Bukan seperti Arsenal
Timnas Inggris memiliki cukup banyak pemain depan dengan penyerang berkarakter 9.
Hanya karena Harry Kane tidak dapat tampil, bukan berarti Inggris harus bermain dengan gelandang serang ditempatkan sebagai striker.
Arsenal dengan menempatkan Kai Havertz memang membuat The Gunners memiliki cara yang berbeda dalam mendapatkan gol.
Namun, pelatih Arsenal, Mikel Arteta tentu menggunakan strategi tersebut dengan sebuah proses yang membutuhkan waktu.
Timnas Jerman kemudian tinggal memanfaatkan hal tersebut dengan menempatkan Kai Havertz sebagai false 9.
Ini tidak bisa diterapkan serta merta di Inggris karena di tim ini, ketika Harry Kane absen, masih ada Ollie Watkins dan Dominic Solanke.
3. Membangkitkan Kembali Phil Foden
Fans Inggris pada Euro 2024 lalu mengibaratkan Phil Foden sebagai percikan.
"Tidak dapat membuat api tanpa sebuah percikan," demikian chant atau nyanyian fans Inggris ketika itu.
Pujian tersebut ditujukan untuk Phil Foden. Bagi mereka, Phil Foden merupakan pemain penting di timnas Inggris.
Namun, "percikan" tersebut kini sejak setelah Euro 2024 tidak lagi menyala.
Jadi, siapapun pelatih Timnas Inggris nanti yang harus dilakukan adalah mendapatkan kembali kemampuan terbaik Phil Foden.
Termasuk dengan lawan Yunani, Phil Foden kini tidak pernah lagi mencetak gol ataupun memberikan assist dalam 15 laga beruntun di Timnas Inggris.
Gol terakhirnya untuk Timnas Inggris sudah lama, tepatnya 12 bulan lalu.
Ironisnya, lawan Yunani, Phil Foden ditempatkan Lee Carsley sebagai penyerang tengah. Namun, tidak satu pun peluang dia ciptakan dan tidak ada tembakan satu pun yang dilakukannya.
4. Bek Kanan Selain Trent Alexander-Arnold
Inggris setidaknya memiliki dua bek kanan yang dapat diandalkan: Kyle Walker dan Trent Alexander-Arnold.
Di bawah asuhan Lee Carsley, Trent Alexander-Arnold kini muncul sebagai pemain yang kerap memainkan peran bek kanan tersebut.
Ini kali pertama dalam kariernya di Timnas Inggris dia bermain sebagai starter dalam dua laga beruntun.
Namun, meski disebut-sebut sebagai pemain yang memiliki kemampuan menciptakan peluang, aspek bertahan dari Trent Alexander-Arnold kembali dipertanyakan.
Ini pula yang terlihat ketika Yunani terlihat mampu menguasai sisi kanan lapangan Timnas Inggris.
5. Tentukan Duet Bek Tengah
Rio Ferdinand dan John Terry pernah menjadi pasangan bek tengah yang kuat dalam sejarah Timnas Inggris.
Kini, duet bek tengah menjadi pertanyaan setelah Lee Carsley menangani The Three Lions.
Ketika di bawah asuhan Gareth Southgate, duet John Stones dan Harry Maguire sering menjadi pilihan.
Gareth Southgate kemudian menempatkan Marc Guehi sebagai salah satu pilihan tandem bagi John Stones.
Menghadapi Yunani, Lee Carsley menurunkan Levi Colwill di jantung pertahanan berduet dengan John Stones.
Ini kali pertama kedua pemain tersebut main dalam satu laga di jantung pertahanan.
Siapapun pelatih Inggris nanti, The Three Liones harus memiliki bek tengah yang tetap di posisi yang memang krusial dalam permainan. John Stones dan Marc Guehi atau John Stones dan Levi Colwill.