- Posisi gelandang bertahan sangat penting dalam strategi permainan di sepak bola.
- Ada banyak gelandang dengan tipikal bertahan yang sukses dalam sejarah.
- Skor.id merangkum 5 terbaik gelandang pada masanya.
SKOR.id - Gelandang bertahan bukanlah peran dengan kesan yang positif dalam sepak bola. Pemain ini biasanya memiliki stigma sebagai ssok yang di kepalanya penuh dengan negative football.
Jika ada seniman dalam sepak bola, akan ada terrier atau bahkan doberman di tengah lapangan.
Jika di sepak bola ada Lionel Messi, Andrea Pirlo, atau Zinedine Zidane, ada pemai antagonisnya seperti Gennaro Gattuso, Roy Keane, atau Edgar Davids.
Pemain seperti ini justru sangat dibutuhkan bagi semua pelatih. Di Tottenham Hotspur saat ini contohnya. Pierre-Emile Hojbjerg bagian yang sangat penting dari sukses Tottenham.
Dalam sejarahnya, banyak gelandang bertahan yang mampu menjadi bintang dan dapat dimasukkan dalam kategori gelandang terbaik sepanjang masa.
Skor.id mencoba merangkum kembali para gelandang bertahan tersebut, pemain yang sangat dominan dan menjadi kunci sukses timnya pada masanya.
Ukurannya bukan gelandang yang hanya sekali muncul dalam satu ajang atau turnamen, melainkan mereka yang sepanjang kariernya terus menyandang gelandang terbaik bagi timnya. Berikut daftarnya:
5. Didier Deschamps
Ketika masih bermain, Didier Deschamps muncul sebagai gelandang bertahan dengan performa yang stabil.
Dia bukanlah tipikal 100 persen penjagal tapi tugasnya dalam menghentikan lawan dijalankannya dengan elegan.
Didier Deschamps merupakan tipikal gelandang bertahan tapi memiliki kemampuan yang sangat baik dalam membaca permainan atau serangan lawan.
Pada saat yang sama pula, dia mampu menjadi pemain yang memberikan suplai bola kepada rekannya di lini depan.
"Duet" Didier Deschamps dan Zinedine Zidane di Juventus menjadi momentum yang membuat keduanya dinilai sebagai pasangan terbaik.
Deschamps "sang pembawa air" untuk membantu Zinedine Zidane. Peran keduanya ini pun dijalankan di tingkat timnas Prancis.
Didier Deschamps pernah bermain di Olympique Marseille dan membawa klub ini juara Liga Champions 1992-1993.
Di Juventus, dia kembali meraih trofi Liga Champions pada 1995-1996 dan tiga kali Scudetto 1994-1995, 1996-1997, dan 1997-1998.
4. Roy Keane
Roy Keane adalah antagonis dalam kulture sepak bola Inggris. Di negeri ini, sepak bola dimainkan dengan permainan cepat, umpan-umpan jauh, dan permainan menyerang.
Roy Keane justru kebalikan dari citra tersebut. Dia adalah penghenti permainan, membuat sejumlah tekel yang keras dan menjurus kasar.
Salah satu momen mengerikan terjadi pada 21 April 2001 ketika Roy Keane menjegal gelandang Manchester City, Alf Inge Haaland (ayah dari Erling Haaland).
Alf Inge Haaland kemudian harus menyudahi kariernya lebih cepat karena insiden tersebut.
Di luar itu, Roy Keane diakui sebagai legenda Manchester United dan menjadikan posisi gelandang bertahan setara dengan peran pemain lainnya.
Roy Keane pemain penting MU era Alex Ferguson. Pemain asal Republik Irlandia ini membawa Manchester United meraih sejumlah gelar, di antaranya 7 Liga primer dan 1 Liga Champions.
3. Patrick Vieira
Seperti Didier Deschamps yang bermain untuk timnas Prancis, Patrick Vieira juga menjadi bagian penting dalam masa sukses Les Bleus.
Hanya, berbeda dengan Deschamps, Patrick Vieira dapat dibiiang memiliki karakteristik 80 persen sebagai pemain bertahan.
Dia memiliki kemampuan mengoper bola yang mengesankan. Ditunjang dengan fisik yang sangat kuat, sulit bagi lawan untuk menang jika berduel dengan Patrick Vieira.
Patrick Vieira membawa Arsenal mraih sejumlah gelar seperti tiga kali juara Liga Inggris serta empat kali Piala UEFA. Dia kapten yang ketika itu menggantikan Tony Adams pada 2002.
2. Frank Rijkaard
Frank Rihkaard bersinar pada era tahun 1980-an. Namanya mencuat di Ajax dan AC Milan. Nalurinya sebagai pemain bertahan pun membuatnya sempat bermain sebagai bek tengah.
Bersama Ajax, dia 5 kali menjuarai Eredivise, dan 2 kali meraih Scudetto bersama AC Milan dan tentu saja gelar Liga Champions. Frank Rijkaard tahu membaca pergerakan lawan, dia juga taktis dalam menghentikannya.
Dengan fisiknya yang kuat, Frank Rijkaard menjadi batu karang yang membuat permainan menyerang timnas Belanda menjadi seimbang. Ini pula yang dilakukannya ketika di AC Milan.
Yang menarik, ketika menjadi pelatih, dia justru memiliki pemikiran yang di luar dari karakternya sebagai pemain bertahan.
Tentu ingat bahwa Frank Rijkaard pernah melatih tim menyerang seperti Barcelona.
Pada 2006-2007 Rijkaard bereksperimen dengan 3-4-3 di Barcelona.
Meski dirinya memiliki latar belakang sebagai mantan pemain bertahan, namun dia tahu bagaimana membuat tim seperti Barcelona tetap bertahan dengan tradisi menyerang.
1. Lothar Matthaus
Gelandang jangkar, gelandang box-to-box, sweeper hingga libero. Lothar Matthaus dalam kariernya bertransformasi di lini tengah.
Namun, satu yang tidak akan pernah hilang dari predikatnya yaitu sebagai gelandang dengan kemampuan bertahan yang sangat baik.
Terkini, Lothar Matthaus masuk dalam Ballon d'Or Dream Team untuk posisi gelandang.
Bersama Pele, Diego Maradona, dan Xavi Hernandez, legenda hidup sepak bola Jerman ini dipilih sejumlah juri (140 juri) France Football dan kemarin telah diumumkan.
Dia adalah gelandang bertahan tapi memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memberikan umpan. Lothar Matthaus bagian dari sukses Jerman juara Piala Dinia 1990 dan Piala Eropa 1980.
Lothar Matthaus yang mampu menghentikan sejumlah bintang di turnamen tersebut seperti Diego Maradona.
Bahkan, Diego Maradona pernah menyatakan Lothar Matthaus adalah pemain yang pintar dan sulit untuk dilewati.
Di tingkat klub, bersama Bayern Muenchen dan Inter Milan. Di Inter, bersama Jurgen Klismann dan Andreas Brehme, dikenal sebagai trio Jerman yang menjuarai Piala UEFA 1990-1991.
Pada 1990 pula, Lothar Matthaus mendapatkan penghargaan Ballon d'Or, sebuah penghargaan yang sangat bergengsi untuk level individu pemain.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Best XI Pelatih Terbaik Berdasarkan Posisinya saat Masih Aktif Bermain https://t.co/NcOYs384Lr— SKOR Indonesia (@skorindonesia) December 15, 2020
Baca Juga:
Erling Haaland Rebut Gelar Golden Boy
Real Sociedad vs Man United: Ajang Pembuktian Adnan Januzaj, Si Wonderkid yang Terbuang