SKOR.id - Beragam permasalahan muncul sebelum dimulainya Piala Dunia 2026, yang akan dilangsungkan di Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada.
Sebelumnya presiden FIFA, Gianni Infantino telah menegaskan bahwa dunia akan disambut dalam gelaran Piala Dunia 2026 musim panas mendatang, yang sebagian besar pertandingannya akan digelar di Amerika Serikat, sisanya di Kanada dan Meksiko.
"Kami akan membawa dunia ke Amerika Serikat. Dunia mencintai Amerika, apa pun yang dikatakan sebagian orang," kata Gianni Invantino.
Namun, mendekati waktu digelarnya ajang Piala Dunia 2026, justru berbagai macam masalah mulai menjadi sorotan.
Adanya kekerasan politik, pengerahan pasukan, hingga ketatnya masalah imigrasi, memmbuat Amerika Serikat dinilai sedang mengalami kekacauan.
Dilansir dari BBC, ada tiga masalah yang kini menjadi sorotan jelang bergulirnya Piala Dunia 2026.
1. Harga Tiket Melonjak
Pekan lalu, gelombang pertama penjualan tiket pertandingan untuk musim panas mendatang telah mulai dijual, sebanyak lebih dari 4,5 juta penggemamr mengikuti undian untuk mendapat kesempatan membelinya.
FIFA belum mengungkap harga tiket, tetapi penggemar yang mengikuti undian telah mengungkapkanya secara daring.
Ada empat pembagian tiket masuk umum, dengan pertandingan pertaa di Amerika Serikat berkisar antara 560 dolar hingga 2.235 dolar, atau setara Rp9,299 juta hingga Rp37,112 juta.
Pada edisi terakhir di katar, tiket pemmbukaan Piala Dunia 2026 dihargai antara 55 dolar hingga 618 dolar, atau Rp913,31 ribu hingga Rp10,262 juta.
Tiket final termurah berharga 2.030 dolar, sementara yang termahal adalah 6.000 dolar, atau sekitar Rp33,7 juta Rp99,6 juta.
FIFA mmengadopsi model penetapan harga dinamis untuk turnamen ini, artinya harga tiket untuk pertandingan yang dianggap memiliki permintaan tinggi dapat dinaikkan secara signifikan selama periode penjualan berikutnya.
Sistem ini disebut menguntungkan pendukung tuan rumah, sekaligus menjadi hambatan penggemar asing.
2. Penundaan Visa
Pada masa jabatan Donald Trump sebelumya ketika tawaran Piala Dunia Diterima, ia menandatangani surat yang menegaskan bahwa semua atlet, ofisial, dan penggemar yang memenuhi syarat dari semua negara dapat memasuki Amerika Serikat tanpa diskriminasi.
Negara-negara seperti Inggris dan anggota Uni Eropa dapat bepergian tanpa visa, sebab 42 negara ini berada dalam program bebas visa Amerika Serikat, sehingga hanya perlu mengajukan permohonan melalui siste elektronik untuk otorisasi perjalanan, yang disetujui atau ditolak dalam 72 jam.
Namun, para warga negara dari Asia, Afrika, hingga Amerika Selatan, termasuk banyak yang telah lolos ke Piala DUnia 2026, kemungkinan ahrus mengajukan permohonan visa.
Pada gelaran Piala Dunia di Rusia dan Qatar, mereka melakukan proses percepatan visa saat menjadi tuan rumah, tetapi AS belum melakukannya.
Pengajuan visa AS biasanya melibatkan satu wawancara tatap muka di kedutaaan, pemerintahan Donald Trump telah meningkatkan wewenang pejabatnya untuk menyelidiki penggunaan media sosial dan pernyataan politik publik para pemohon.
Saat ini waktu tunggu rata-rata untuk wawancara visa turis awal di beberapa negara lebih dari setahun.
Departemen luar negeri telah mengumumkan akan menambah jumlah staf di beberapa keduataan besar untuk memproses aplikasi lebih cepat, tetapi belum diungkap di negara mana dan berapa jumlah staf yang terlibat.
3. Masalah Kekerasan dan Keamanan
Telah terjadi serangkaian pembunuhan politik di Amerika Serikat pada tahun 2025, dan ada sekitar 500 penembakan massal di seluruh wilayah pada tahun 2024.
Deportasi paksa oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE), juga meningkat atas perintah Trump, yang mengerahkan pasukan Garda Nasional di kota-kota yang dimimpin Demokrat, termasuk Los Angeles yang menjadi tuan rumah.
Direktur Program Perang, Ancaman Tidak Teratur, dan Terorisme di Pusat Studi Strategis dan Internasional, Daniel Byman mengungkap kondisi keamanan Amerika Serikat.
"Tidak diragukan lagi bahwa perpecahan di Amerika Serikat sangat besar," kata Daniel Byman.
"Dalam berbagai isu, tergantung harinya, presiden atau beberapa orang kuncinya mencoba mendorong agenda yang lebih terpolarisasi. Kemarahan pun meluap."
"Dengan pemerintahan Trump, ada banyak jawaban 'kami tidak tahu' dalam hal keamanan, karena mereka belum memiliki banyak rekam jejak untuk acara-acara besar," ujarnya menammbahkan.