- Hanifan Yudani Kusumah menceritakan kisah memeluk dua tokoh besar dalam balutan bendera Merah Putih.
- Rasa senang dan bangga karena pertama kali menjadi juara Asian Games membuat Hanifan Yudani Kusumah melakukan aksi tak terduga.
- Filosofi pencak silat yang selalu diterapkannya, membuat Hanifan Yudani Kusumah dapat menyatukan dua tokoh yang sedang berada di kubu politik berbeda.
SKOR.id – Hanifan Yudani Kusumah menceritakan bagaimana dia bisa memeluk kedua tokoh politik Indonesia, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo dan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto dalam balutan bendera Merah Putih.
Ya, Hanifan Yudani Kusumah melakukan itu ketika dia meraih emas pada Asian Games 2018.
Berita Menpora Lain: Menpora Pastikan Dana Pembinaan Olahraga Tetap Aman
Kala itu, Joko Widodo dan Prabowo Subianto sedang dalam momen menuju pemilihan umum berikutnya.
Tetapi, filosofi dari perguruan pencak silat yang ia pegang hingga sekarang, membuat Hanifan Yudani Kusumah tak segan untuk menyatukan Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali ingin tahu kisah di balik aksi Hanifan Yudani Kusumah yang bisa dikatakan sangat berani pada saat itu.
Zainudin Amali dan Hanifan Yudani melangsungkan pembicaraan melalui Live Instagram pada Sabtu (25/4/2020).
"Saya juga tidak mengerti bagaimana bisa memeluk beliau pada saat itu. Tapi, ada faktor yang membuat saya bisa melakukan itu,” ujar Hanifan Yudani.
"Pada saat itu, saya kalah poin. Kemudian Presiden datang ke arena. Saya pun merasa sangat tertekan dan sempat kehilangan konsentrasi.”
Pasalnya, Hanifan takut membuat nama bangsa menjadi jelek.
"Saat itu, saya berpikir harus melakukan tendangan sebanyak mungkin dalam waktu 32 detik. Pada 15 detik terakhir, poin saya lebih unggul dan akhirnya menjadi pemenang,” ujarnya.
Rasa senang dan bangga membuat Hanifan tak kuasa menahan diri dalam meluapkan emosinya karena berhasil mewujudkan impiannya.
“Saya bangga dan tidak percaya bisa menjadi juara di Asian Games. Saya berkesempatan bersilaturahmi dengan beberapa tokoh yang hadir di tribun,” ujar Hanifan.
“Mungkin saya bisa memeluk kedua tokoh besar karena berawal dari budaya kita. Dalam silsilah silat itu ada tiga, silaturahmi, sholat, dan sholawat,” katanya.
Menpora pun penasaran bagaimana perasaan Hanifan ketika memeluk kedua tokoh besar itu dalam balutan bendera Merah Putih.
“Ada rasa takut, tapi itu dirasakan setelah memeluk dan berada di tempat istirahat atlet. Ketika memeluk saya tak merasakan apa pun. Tapi, saya juga bingung kenapa mereka mau saya peluk,” ujar Hanifan.
Berita Menpora Lain: 90 Tahun PSSI: Menpora Ingatkan Lagi Soal Keistimewaan Instruksi Presiden
Bagaimanapun, Hanifan memiliki impian untuk berjuang dalam event terbesar di dunia, Olimpiade.
Menpora juga berjanji akan memperjuangkan agar pencak silat masuk ke dalam cabang yang dipertarungkan di Olimpiade ketika Indonesia menjadi tuan rumah pada 2032.