- Richard McLaren, pengacara asal Kanada, mempimpin penyelidikan secara independen terkait dugaan korupsi dan doping sistematis dalam angkat besi.
- Presiden IWF, Tamas Ajan, untuk sementara mundur dari jabatannya setelah adanya tudingan keterlibatan doping atlet angkat besi junior di Thailand.
- Angkat besi Negeri Gajah Putih dipastikan absen pada Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang, 24 Juli-9 Agustus 2020.
SKOR.id - Pengacara asal Kanada, Richard McLaren, bakal memimpin penyelidikan secara independen terkait dugaan korupsi dan doping sistematis dalam olahraga angkat besi.
Melansir dari Inside The Games, Sabtu (1/2/2020), Richard McLaren dan timnya yang tergabung dalam McLaren Global Sport Solutions akan mulai bekerja pada Senin (3/2/2020).
Tugas ini dilakukan setelah sebelumnya Richard McLaren mendapat persetujuan dari Dewan Eksekutif Federasi Angkat Besi Internasional (IWF).
Baca Juga: Ilham Udin Armaiyn Jadi Rekrutan Keenam Barito Putera
Sebelumnya, Richard McLaren dan tim bertugas melakukan investigasi dan mengungkap skandal doping yang disponsori negara dalam olahraga Rusia.
Adapun dalam kasus angkat besi, Richard McLaren akan mengungkap adanya dugaan korupsi dalam prosedur keuangan dan anti-doping yang melibatkan IWF dengan atlet angkat besi junior di Thailand.
Kasus tersebut mencuat setelah adanya film dokumenter Secret Doping - Lord of the Lifters, yang dibuat televisi asal Jerman ARD pada 5 Januari 2020.
Tim ARD sebelumnya juga membuat film dokumenter terkait doping yang terjadi di Rusia pada 2014.
Baca Juga: Tiba di Iran, Tiga Lifter Indonesia Siap Tampil di Kualifikasi Olimpiade 2020
Hinga akhirnya, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) melakukan penyelidikan lebih lanjut dan membuat putusan larangan bertanding untuk Rusia di Olimpiade Rio 2016.
Tim ARD yang dipimpin Hajo Seppelt juga mengungkap korupsi tingkat tinggi pada 2015 yang membuat penangkapan Presiden Asosiasi Federasi Atletik Internasional (IAAF), Lamine Diack.
Lamine Diack ditangkap terkait tuduhan korupsi dan pencucian uang yang dihubungkan dengan skandal doping Rusia.
Adapun pada kasus angkat besi, target utama dari program ARD adalah Presiden IWF, Tamas Ajan.
Belum lama ini, Tamas Ajan mundur sementara seiring penyelidikan yang dilakukan tim independen selama 90 hari.
Baca Juga: Sofia Kenin Wujudkan American Dream Berkat Pengorbanan Orangtua
Selain Tamas Ajan, hal serupa juga dilakukan Ketua Asosiasi Angkat Besi Thailand (TAWA), Boossabba Yodbangtoey, beserta seluruh anggota Dewan Eksekutif-nya setelah adanya dugaan doping skandal doping di Thailand.
Hal ini mengejutkan karena Thailand merupakan salah satu negara kuat untuk angkat besi.
Namun pada Januari 2019, delapan lifter termasuk juara dunia 2018 dan peraih emas kelas 58 kg putri Olimpiade Rio 2016, Sukanya Srisurat, dinyatakan positif doping.
Kasus tersebut membuat tim angkat besi Thailand mendapat larangan tampil selama 1 tahun.
Sanksi tersebut otomatis membuat lifter dari Negeri Gajah Putih tak bisa tampil di kualifikasi Olimpiade 2020.
Adapun dalam penunjukan Richard McLaren, Penjabat Presiden IWF, Ursula Garza Papandrea, mengatakan, pihaknya membutuhkan seseorang yang bukan bagian dari angkat besi untuk mengungkap kasus tersebut
Baca Juga: One Championship: Joshua Pacio Tidak Puas Meski Sukses Pertahankan Gelar
"Jika kita ingin menyelesaikan ini, kita membutuhkan penyelidik yang temuannya akan dipercaya dan tidak dapat disangkal. Itulah sebabnya kami memilih Profesor McLaren,” kata Ursula Garza Papandrea.
"Saya berterima kasih kepada sesama anggota Dewan Eksekutif atas keberanian mereka dalam mengambil tindakan yang luar biasa,” tuturnya.
"Profesor McLaren akan menggunakan Komisi Pengawas dan Integritas IWF yang baru didirikan sebagai penghubungnya dengan Dewan Eksekutif IWF."