- Komunitas medis telah mengidentifikasi beragam efek samping dari Covid-19 dalam dua tahun terakhir.
- Tapi, satu efek samping yang saat ini jarang disentuh adalah menyusutnya alat kelamin pria.
- Seorang urolog memecah kaitan antara Covid dan ukuran penis dalam video di YouTube.
SKOR.id - Selama dua tahun terakhir komunitas medis telah mengidentifikasi beragam efek samping yang berbeda dari Covid-19 yang dapat mempengaruhi orang selain gejala-gejala yang umum.
Beberapa di antaranya terjadi dalam jumlah besar pasien, seperti penderita "covid lama" yang mengalami penyakit yang berkepanjangan, dan pasien lain di bawah usia 50 tahun yang mendapati dirinya berisiko lebih tinggi terkena stroke, serta lainnya, lebih contoh langka seperti "lidah Covid."
Masih banyak yang belum dipahami oleh para ilmuwan tentang bagaimana virus berinteraksi dengan tubuh orang yang berbeda.
Namun, satu efek samping yang jarang memiliki penjelasan medis dan tidak menguntungkan dari virus corona, yakni penyusutan alat kelamin pria alias penis.
Dalam video pendek, ahli urologi dan YouTuber Dr. Rena Malik mengonfirmasikan bahwa telah ditemukan hubungan antara tertular Covid dan memperhatikan perubahan ukuran penis.
"Saat terkena Covid-19, virus bisa mempengaruhi lapisan pembuluh darah," jelasnya.
“Situasi ini bisa membuat aliran darah dari satu bagian tubuh ke bagian lain menjadi terbilang sulit. Bahkan, itu juga bisa mempengaruhi aliran darah ke penis."
"Terkena Covid-19 juga akan menyebabkan Anda menghadapi risiko lima kali lebih tinggi terkena difungsi ereksi (impotensi)."
Pada akhirnya, sang dokter melanjutkan, bahwa masalah ini memang berpotensi menyebabkan penurunan ukuran penis itu sendiri.
"Ketika Anda kehilangan aliran darah ke area tersebut dari waktu ke waktu, maka itu dapat menyebabkan penyusutan jaringan itu sendiri, yang berarti Anda mungkin melihat penurunan panjang penis," katanya.***
Berita Bugar Lainnya:
Omicron: Mitos dan Fakta tentang Varian Terbaru Covid-19
Mix and Match Vaksin Covid-19, Indikasi dan Hasil Studi Awal serta Remomendasi dari WHO