- Keluarga Babe Aphan memang menjadi bagian Relawan Malang dari Call Center Layanan Satria dan ikut evakuasi Tragedi Kanjuruhan.
- Bersama istri dan tiga anaknya, Babe Aphan menjadi bagian penting evakuasi korban jiwa insiden ini.
- Meski Tragedi Kanjuruhan sudah terjadi beberapa hari berlalu, mereka masih mengaku belum percaya dengan kejadian memilukan itu.
SKOR.id - Sebuah siang pada Selasa (4/101/2022), Skor.id baru mendarat di Malang dari Jakarta tetapi langsung bersua pasangan suami istri yang terlibat evakuasi korban Tragedi Kanjuruhan.
Pasangan suami istri ini adalah Babe Aphan dan Mak Toen. Pasangan ini pun bercerita bagaimana evakuasi yang dilakukan tim dari Relawan Malang.
"Sebenarnya begini, untuk suatu kejadian bencana, terutama yang memakan korban massal, seperti bencana Gunung Semeru, kami biasa melakukan evakuasinya,” tutur Babe Aphan.
Babe Aphan membuka obrolan soal pengalamannya menolong dan melakukan evakuasi korban bencana maupun musibah lain.
Namun dalam Tragedi Kanjuruhan ini, dia merasakan hal yang jauh berbeda. Sebab, dia membayangkan penonton yang jadi korban ini tentu berangkat ke stadion dengan senang tetapi musibah merenggut nyawa mereka.
"Yok opo yo aku kate ngomong (bagaimana ya saya menjelaskannya). Jika di situasi bencana itu kan ada banyak teman, kami melakukan evakuasi juga dengan santai karena sudah biasa," ujarnya.
"Kalau bencana kan jelas, orang yang jadi korban bisa saja berada dalam kondisi apa pun,” kata Babe Aphan.
“Nah ini lho. Suporter, ada anak kecil. Mereka berangkat dari rumah berpamitan baik-baik kepada ibunya mau berangkat lihat sepak bola tapi pulang jadi mayat."
Babe Aphan bersama tim rescue Relawan Malang datang tak berselang lama dari puncak kejadian di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
Dia mengatakan hatinya sangat miris tetapi harus kuat karena tugas melakukan evakuasi ini sudah menjadi hal yang wajib dilakukannya.
"Saya sendiri juga Aremania. Saya menolong rekan-rekan Aremania. Bayangkan, dengan kondisi seperti itu, banyak jenazah digeletakkan seadanya kala itu," tuturnya.
"Setelah di sana terjadi kerusuhan itu, di antara puluhan jenazah-jenazah itu, ada juga anaknya teman saya. Ada juga teman dari anggota tim (relawan) saya."
Sedangkan Mak Toen, naluri seorang ibunya sempat membuatnya linglung ketika menghadapi banyaknya korban di lokasi kejadian itu.
"Jujur, hancur rasanya. Hancurnya kenapa? Ketika awal saya datang ke Wafa (salah satu rumah sakit di Kabupaten Malang), melihat mayat sekian banyak. Habis hati saya," katanya.
"Tubuh saya lemas. Air mata tidak bisa berhenti. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan pihak keluarga? Bagaimana perasaan orang tuanya?”
“Di situ ada anak bayi. Saat itu, saya bingung, saya entah harus bagaimana berbuat saat itu. Tapi, Babe bilang saya haru kuat, karena kami dibutuhkan pada momen ini."
Namun cerita lebih miris justru datang dari salah satu dari tiga anak pasangan ini yang bernama Risky Anugerah Illahi Robby.
Pemuda dengan nama panggilan Joked ini memiliki cerita yang sangat menyentuh hati.
Bersama ibu dan ayah serta dua saudaranya, dia pada Minggu pagi melanjutkan tugas di RSUD Syaiful Anwar (RSSA) untuk melakukan pendataan jenazah yang akan dikirim ke rumah duka via ambulans.
Hanya saja, semua jenazah yang masih ada yang belum teridentifikasi dan sejumlah orang datang ke ke rumah sakit itu mencari keluarga mereka yang jadi korban.
"Saat itu, kami hanya tujuh orang saja bertugas memasukkan jenazah ke kantung mayat, juga identifikasi, serta hal yang lain di RSSA," tutur Joked.
"Saya pun beberapa kali terpaksa melangkahi mayat, karena ruangan yang terbatas dan banyaknya korban. Tetapi ada hal yang membuat saya miris dan susah saya lupakan."
"Ternyata, salah satu mayat yang terpaksa saya langkahi itu sahabat kecil saya. Orang tua datang mencari dia dan saat itu saya baru sadar itu teman saya sejak kecil," ucapnya sambil menahan air mata.
Ibunya datang menangis dan saya tanya, ternyata jenazah yang dikantung mayat itu anaknya yang juga teman Joked sejak usia sekolah dasar.
"Sepulang dari RS pada sore hari itu sekitar jam 5, saya lelah. Sampai rumah, saya bahkan enggak sempat mandi langsung tidur," ujarnya.
"Saat tidur itu, saya seperti didatangi teman yang saya evakuasi tadi dan ini benar-benar saya rasakan. Teman saya ini menemui saya dalam mimpi."
"Dia datang dan bicara dengan saya hanya mengucapkan terima kasih lalu pergi. Mimpi itu masih tergiang sampai sekarang, itu salah satu yang menguatkan saya," kata Joked.
Baca Juga Berita Tragedi Kanjuruhan Lainnya:
Efek Tragedi Kanjuruhan, Suporter Sepak Bola di Pulau Jawa Sepakat Damai
Rapat Perdana TGIPF, Cari Akar Masalah Tragedi Kanjuruhan dan Bicara Kapan Kompetisi Bisa Bergulir