- Sepak Bola Indonesia dari beberapa kota dan suporter plus legendanya hadir di FIFA+.
- FIFA+ adalah streaming servis resmi dari Federasi Sepak Bola Internasional.
- Semua "kehidupan" sepak bola di jagad ini termasuk dari Indonesia hadir di aplikasi ini.
SKOR.id - Platform FIFA+ baru baru ini meluncurkan sejumlah film yang menceritakan tentang delapan kota di Indonesia dengan kultur sepak bola dan suporternya.
Film yang bercerita tentang sepak bola dan suporter tersebut bisa dinikmati secara gratis via kanal yang diluncurkan FIFA pada April 2022.
Dalam film yang dirilis tersebut, berisi berbagai wawancara dan cerita dari tokoh tokoh yang berhubungan dengan kota tersebut.
Selain suporter dan pesepak bola yang menjadi pelaku, ada juga wawancara dengan tokoh atau akademisi yang berhubungan dengan kota tersebut.
Pada episode pertama, film tersebut mengambil judul: Sepakbola - Siri Na' Pacce. Bercerita tentang suporter dan sepak bola di Makassar.
Sejarah panjang, kisah para pemain legendaris, pendukung setia membuat PSM Makassar lebih dari sebuah klub sepak bola.
Hanya di PSM Makassar memenuhi berbagai nilai kerja keras, budaya dan harga diri masyarakat. Demikian sinopsis dari episode perdana ini.
Episode kedua bercerita mengenai Surabaya. Diawali dengan potongan pidato Bung Tomo saat Perang 10 November 1945, film ini kemudian membahas mengenai Bonek.
Pembahasan itu secara sejarah dan cerita mengenai perkenalan beberapa tokoh suporter tentang hubungan mereka dengan Persebaya.
Episode ketiga dari FIFA+ ini bercerita tentang Persis Solo, The Sleeping Giant jadi judul pada film ini.
Pascabubarnya Arseto Solo, Surakarta sempat vakum tidak punya klub sepak bola yang bisa didukung.
Akhirnya lahirlah kelompok suporter Pasoepati pascasalah satu klub Liga Indonesia asal Jakarta, Pelita Jaya pindah ke Kota Bengawan tersebut.
Episode keempat bercerita tentang Yogyakarta. Sepak bola adalah katalisator bagi orang Yogya.
Sepak bola jadi satu-satunya tempat yang membuat mereka bisa berteriak keras untuk hidup mereka di stadion.
Tidak hanya di dalam stadion, suporter PSIM Yogyakarta juga bersuara di luar arena dan kali ini di atas panggung musik.
Demikian tulis FIFA+ dalam sinopsis film yang diberi judul From Terrace to The Stage tersebut.
Persib Nu Aing demikian judul yang diambil dari episode kelima. Persib adalah representasi dari Suku Sunda.
"Menjadi orang Sunda berarti Anda adalah Persib dan tidak lain," ujar Budi Dalton salah satu seniman Sunda membuka film episode tersebut.
Pada 1985 sampai 1987, saat jaya-jayanya Persib, banyak orang tua memilih memberikan nama anaknya dengan nama pemain Persib. Itu yang dikatakan Budi Dalton.
The Football Travellers menjadi episode keenam dan membahas mengenai Jakarta. Sebagai Ibu Kota Indonesia saat ini, Jakarta didatangi banyak perantauan yang mengadu nasib.
Sepak bola yang membuat orang Jakarta merantau, kata Ketua Umum Jakmania, Diky Soemarno.
Depok menjadi kota ketujuh dari film ini. Kota Depok memiliki budaya sepak bola yang sangat kental.
Ironisnya mereka tidak memiliki budaya kebanggaan lokal demikian tulis FIFA+ dalam preview film ini.
Episode terakhir film ini membahas soal Tangerang. Kota yang sempat "mengharamkan" sepak bola karena sering ada tawuran.
Judul The Tangerang Derby pun disematkan dalam episode ini. Selama 15 tahun terakhir, mereka terpisah di kasta Liga Indonesia, tidak ada yang berbagi divisi yang sama.
Ini adalah kisah tentang bagaimana para pendukung merindukan hari-hari persaingan lama yang indah.
Baca Juga Berita FIFA lainnya:
Timnas Indonesia Resmi Hadapi Tim Kepulauan Karibia pada FIFA Matchday September 2022
Ini Makna Emblem Piala Dunia U-20 Indonesia yang Resmi Diluncurkan FIFA