- Sebelum menjadi seorang pesepak bola top seperti sekarang ini, ada banyak perjuangan hidup yang harus dilewati Saddil Ramdani.
- Semasa kecilnya, Saddil Ramdani harus berjuang untuk menerabas berbagai rintangan yang terhampar sepanjang hidupnya.
- Saddil Ramdani turut membagikan kisah menyentuh hati saat ia harus menjual jambu mete demi menebus sepasang sepatu sepak bola.
SKOR.id – Hidup serbakekurangan yang sudah dihadapi sejak masih kecil menjadi tempaan tersendiri bagi seorang Saddil Ramdani.
Situasi itu dihadapi Saddil ketika usianya baru menginjak 10 tahun. Saat itu, kedua orang tuanya harus berpisah.
Keluarganya harus berjuang sekuat tenaga untuk terus melanjutkan hidup. Dari situ, anak kedua dari tiga bersaudara ini hidup bersama ibunya.
Saddil mengakui, keterbatasan ekonomi dan pahit-getir kehidupan sudah menjadi teman akrab semasa kecilnya.
Pasalnya, ibunya menjadi satu-satunya tulang punggung yang menanggung berbagai kebutuhan keluarga kecilnya tersebut.
Meskipun demikian, pemain yang kini berkarier di Liga Super Malaysia bersama Sabah FC itu mengakui bahwa keterbatasan itu pula yang membuatnya menjadi sosok pemuda yang tangguh.
Bahkan, Saddil tak sedikit pun merasa iri ketika melihat anak-anak seusianya mendapatkan kemudahan dari orang tua mereka.
Pada akhirnya, lewat tempaan kehidupan keras itu kesadaran pemain binaan ASIFA itu mulai terbentuk sejak dini.
Modal inilah yang kemudian mengantarkannya penjadi pejuang tangguh saat menghadapi pertandingan-pertandingan yang terhampar sepanjang hidupnya.
“Kalau bisa dibilang, saya tumbuh besar karena lingkungan. Saya juga tidak seperti anak-anak lain yang kalau berangkat sekolah mendapat uang jajan,” kata Saddil, saat menjalani sesi wawancara bersama Malaysian Football League.
“Mungkin hal-hal seperti itu terasa kecil, tapi itu buat saya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang kuat dan sadar dengan keadaan ekonomi keluarga,” ia melanjutkan.
Saddil juga mengakui bahwa dia sempat menjual jambu mete demi membeli sepatu sepak bola baru.
Sebab, ia melihat rekan-rekan seusianya memiliki sepatu yang bagus.
Jangankan sepatu sepak bola, untuk berangkat ke sekolah pun saat itu Saddil sama sekali tak memiliki sepatu.
Akhirnya, keinginan itu mendorong Saddil untuk melihat situasi sekitar. Ia berupaya mencari peluang untuk mendapatkan uang demi menebus sepasang sepatu.
Ketika itu, satu-satunya benda potensial yang mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah adalah jambu mete.
“Saya selalu mencari jambu mete untuk dijual. Dari hasil penjualan itu, saya akhirnya mampu membeli sepatu sepak bola untuk latihan dan juga sepatu untuk sekolah,” katanya.
“Jadi, untuk bisa makan atau untuk membeli sesuatu, kami harus bisa mencarinya sendiri,” ia melanjutkan.
Perjuangan penuh peluh itu akhirnya mengantarkan Saddil menjadi salah satu pemuda yang diperhitungkan di jagat sepak bola nasional.
Saddil pernah menjadi tulang punggung timnas U-19 Indonesia yang saat itu masih berada di bawah asuhan Indra Sjafri.
Bahkan, ia juga berhasil mencuri hati pelatih asal Spanyol, Luis Milla, yang terpikat dengan aksinya hingga ia dimainkan bersama timnas U-23 Indonesia.
Kini, potensinya kembali dilirik oleh klub asal Negeri Jiran, Sabah FC.
Pemain berusia 22 tahun itu juga baru saja memperpanjang kontraknya bersama skuad The Rhinos hingga November 2022.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Saddil Ramdani Lainnya:
Saddil Ramdani Tak Terlalu Bangga dengan Jumlah Golnya di Liga Super Malaysia
Saddil Ramdani Bersama Sabah FC Sampai 2022, Langsung Pikul Beban Makin Besar
Gaji Saddil Ramdani di Sabah FC Alami Peningkatan setelah Perpanjang Kontrak