- Apparel lokal asal Bantul, Yogyakarta, Reds Wearmerch alias Reds!, kiranya memiliki tempat istimewa di kalangan pencinta jersey.
- Reds! juga dikenal sebagai apparel lokal yang suka memproduksi jersey seremonial peringatan ulang tahun klub-klub lawas di Indonesia.
- Ada cerita-cerita menarik di balik proses produksi jersey-jersey seremonial yang dibuat Reds!.
SKOR.id – Apparel lokal asal Bantul, Yogyakarta, Reds Wearmerch alias Reds!, kiranya memiliki tempat istimewa di kalangan pencinta jersey.
Beberapa jersey produksi Reds Wearmerch sukses menarik perhatian dari pencinta jersey lokal maupun internasional.
Di salah satu situs kolektor jersey terbesar di Britania Raya, Classic Football Shirts, terpajang lima jersey produksi Reds Wearmerch.
Ada jersey away Persiba Bantul 2017, jersey home Persiba Bantul 2018, jersey away Persig Gunung Kidul 2018, serta jersey home maupun away GK Persig Gunung Kidul 2018.
Jersey bikinan Reds! juga beberapa kali masuk dalam nominasi jersey terbaik versi Goal, seperti pada musim 2014-2015, 2016-2017, dan 2017-2018.
Prestasi-prestasi yang berhasil dicatatkan itu tak terlepas dari semangat dan prinsip yang selalu dipegang Reds! dalam proses produksi jersey.
Reds! selalu menyiapkan konsep yang matang dan tak ingin sekadar membikin jersey yang baik.
Reds! ingin jersey-jersey produksinya mampu meninggalkan kesan mendalam bagi para pemakainya.
"Mayoritas, sewaktu menyiapkan jersey-jersey itu kami menyiapkan konsep yang cukup matang," kata Creative Director Reds Wearmerch, Dwi Mei Sulistya, kepada Skor.id, Jumat (7/5/2021) sore.
"Kalau pun dadakan, kami usahakan bagaimana caranya agar enggak cuma dibilang jersey yang baik, tapi juga berkesan," ujar Sulistya menambahkan.
Cikal bakal Reds! sudah terbentuk sejak 2009. Waktu itu Reds! merupakan lapak yang menjual berbagai merchandise tim sepak bola.
Reds! terdaftar sebagai salah satu penyedia official merchandise Persiba Bantul. Bisnis itu berkembang dan Reds! mulai spesifik menjadi produsen jersey sekitar 2011.
Meski debut resmi Reds! bersama Persiba Bantul terjadi pada 2013, apparel ini telah menjadi penyuplai jersey latihan klub berjulukan Laskar Sultan Agung itu sejak 2012.
Bersama Nugroho Susanto, kecintaan Dwi Mei Sulistya kepada tim Persiba Bantul memang tak perlu diragukan.
Sebelum tampil dengan merek Reds!, ia bersedia memproduksi jersey replika Persiba Bantul tahun itu untuk membantu kondisi keuangan klub.
"Jadi kami juga diminta bikin beberapa jersey replika untuk dijual, tapi bukan dengan merek Reds!. Kami merepro jersey yang sebelumnya untuk pemasukan Persiba," kata Sulistya.
Cerita awal Reds! menjadi apparel Persiba Bantul juga tak kalah menarik.
Sulistya menjelaskan, waktu itu Reds! mendapat tawaran menjadi produsen seragam tempur Laskar Sultan Agung pada hari-hari terakhir jelang kompetisi bergulir.
Sekitar sepuluh hari jelang kompetisi Indonesia Premier League (IPL) 2013 digulirkan,
Persiba belum memiliki sponsor dan belum juga punya apparel yang bersedia menjadi penyuplai jersey mereka.
Melihat hal itu, Sulistya dengan enteng menerima tawaran untuk menjadi produsen jersey tim Persiba Bantul.
"Waktu itu desain yang home sudah disiapkan manajemen Persiba, sedangkan yang away, kami yang garap semua," ujarnya.
"Jadi dalam rangka deal-dealan ya sudah, desain yang home dari manajemen, desain yang away dari kami. Untuk urusan produksi, kami yang garap," Sulistya melanjutkan.
Sejak saat itulah, Reds! mulai menunjukkan eksistensinya dalam industri apparel sepak bola nasional.
Dalam perkembangan berikutnya, Reds! tak hanya menjadi penyuplai jersey tim Persiba Bantul.
Reds! melebarkan sayapnya untuk menjalin kerja sama dengan beberapa tim di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Reds! juga dikenal sebagai apparel lokal yang suka memproduksi jersey seremonial peringatan ulang tahun klub-klub lawas di Indonesia.
Hingga saat ini, tercatat sudah ada jersey peringatan 50 tahun Persiba Bantul (2017), jersey 99 tahun PPSM Magelang (2018), jersey 90 tahun PSM Madiun (2019), dan jersey 50 tahun Perseta Tulungagung(2020).
Meski begitu, Sulistya menegaskan bahwa Reds! tidak pernah berpikiran membentuk ciri khas tertentu bahwa apparel-nya identik dengan jersey-jersey seremonial.
Sulistya menyebut, kesepakan untuk membikin jersey-jersey tersebut mulanya juga sebentuk pengumuman bahwa Reds! telah menjalin kerja sama dengan klub yang bersangkutan sebagai produsen apparel di kompetisi liga.
"Awalnya jersey 99 tahun itu cuma untuk pertanda bahwa Reds! sudah deal dengan PPSM untuk jersey kompetisinya," ucap Sulistya.
"Waktu bikin jersey PSM Madiun, sebenarnya Reds! udah sdeal dengan PSM untuk memproduksi jersey mereka di liga. Cuma kami enggak bisa mendahului Asprov Jatim karena seluruh tim di Jawa Timur digarap oleh Asprov pada tahun sebelumnya."
"Untuk jersey Persiba, itu sebenarnya jersey liga yang kebetulan pas ulang tahun," ujarnya menambahkan.
Adapun cerita-cerita di balik pembuatan jersey-jersey seremonial itu juga berbeda-beda.
Saat mengajukan desain denim untuk jersey away Persiba Bantul 2017, Sulistya mengaku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meyakinkan manajemen klub.
Hal itu karena manajemen Persiba sulit memberikan izin pemakaian warna biru pada jersey away mereka. Jersey away Persiba telanjur identik dengan warna putih.
Untuk meyakinkan manajemen Persiba, Sulistya mengaku harus mengulik sejarah Laskar Sultan Agung, yang ternyata juga pernah memakai warna biru dan kuning untuk jersey away.
Kisah tersebut berbeda dengan proses pembuatan jersey "memorabilia" 90 tahun PSM Madiun. Proses penggarapan jersey ini termasuk yang cukup lama dikerjakan Reds!.
Penyebabnya tak lain karena penggunaan logo lawas salah satu klub pendiri PSSI tersebut.
Reds! memilih mengaplikasikan logo kota Madiun pada masa pendudukan Belanda ke dalam jersey.
"Pembuatan logo itu enggak cepat. Saat ada kesalahan kecil pun harus revisi 3-4 kali. Karena mereka enggak punya file HD untuk logo itu," kata Sulistya.
Ketelitian dan kehati-hatian sangat dibutuhkan dalam penggarapan logo PSM Madiun, agar tidak melenceng dari sejarah yang ada.
Hasilnya tak mengecewakan. Selain sukses menghadirkan suasana lawas, serapan pasar jersey memorabilia PSM Madiun termasuk tinggi.
"Salah satu penjualan tertinggi jersey seremonial ya jersey PSM Madiun itu," ujar Sulistya.
Sementara itu, untuk jersey peringatan 50 tahun Perseta Tulungagung diakui Reds! memang murni hanya untuk peringatan ulang tahun.
Reds! ingin mendukung visi tim Perseta Tulungagung yang tak ingin semangat para pemainnya di musim 2019 hilang pada musim-musim berikutnya.
"Kalau yang Perseta Tulungagung, itu memang untuk ulang tahun. Kan eman-eman (sayang, red) ulang tahun ke-50 tapi nggak ada apa-apa, jadi kami garap saja," kata Sulistya.
Hingga saat ini, Reds! memang lebih banyak menjadi produsen jersey bagi tim-tim yang berlaga di Liga 3.
Reds! sadar jika lebih banyak apparel yang bersaing menangani tim-tim di Liga 1 dan Liga 2.
Hal itu dianggap Reds! menjadi tantangan untuk berkarya sebaik mungkin dan membuat apparel-apparel lain melirik tim-tim di Liga 3.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Jersey Lainnya:
Rayakan HUT ke-54, Bupati Ajak Masyarakat Lamongan Pakai Jersey Persela
COO Madura United Optimistis Liga 1 Digelar Sesuai Rencana, Jersey Sudah Diproduksi
Bali United Bergerak ke NTT dan Berikan Sumbangan Beras Sampai Jersey