- PSSI disebut bakal mendapat sanksi berat dari FIFA jika terus menerus melanggar statuta.
- Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, menyebut PSSI semaunya dalam menjalankan statuta.
- Penunjukkan Yunus Nusi sebagai Plt. Sekjen PSSI menjadi contoh pelanggaran statuta yang serius.
SKOR.id - Selama masa pandemi Covid-19, PSSI terus menerus jadi sorotan. Bukan karena prestasinya melainkan tingkah para pemimpinnya.
Setelah Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, ingin manajer timnas Indonesia U-19 dikritik, kini status Plt. Sekretaris Jenderal PSSI, jadi perbincangan.
Pasalnya, Iriawan mengatakan, belum akan menyaring dan mengumumkan Sekjen baru PSSI, setidaknya hingga Piala Dunia U-20 2021 rampung.
Iwan Bule, sapaan Iriawan, mengaku sejauh ini masih merasa nyaman dengan kinerja Yunus Nusi sebagai Plt. Sekjen PSSI, dalam menjalankan tugas.
Masalahnya, jika posisi Sekjen tak segera diselesaikan, dalam artian PSSI segera menunjuk sekjen definitif, bakal menjadi preseden buruk organisasi.
Pasalnya, penunjukkan Yunus Nusi sebagai Plt. Sekjen sebagai pengganti Ratu Tisha Destria pada April 2020, dinilai sudah melanggar statuta PSSI.
"Jika PSSI, organisasi yang semau-maunya, ya, memang wajar-wajar saja, sah-sah saja jika Plt. Yunus Nusi mau dipertahankan," kata pengamat sepak bola, Tommy Welly.
Yang menjadi persoalan, PSSI dikatakan Tommy, sudah melanggar statuta PSSI pasal 61 ayat 4, yang menyebut Sekjen tak diperbolehkan menjadi delegasi kongres.
Sekjen tidak boleh menjadi anggota dari salah satu badan PSSI. Seperti diketahui, Yunus Nusi saat ini adalah anggota Komite Eksekutif (Exco PSSI).
Makin jelas pelanggaran, diketahui bahwa Yunus Nusi juga sampai detik ini masih menjabat sebagai Ketua Asprov PSSI Kalimantan Timur, yang artinya delegasi kongres.
"Lalu apa artinya? Keputusan PSSI mengangkat Yunus Nusi sebagai Plt. Sekjen saja adalah sudah pelanggaran statuta," ucap Tommy.
"Bertentangan degan statuta karena Yunus Nusi adalah anggota Exco PSSI juga Ketua Asprov Kaltim," Towel, sapaan akrab Tommy Welly, menambahkan.
Jika hal ini dibiarkan, bukan tak mungkin FIFA mengambil tindakan tegas. Bahkan, bisa saja, ucap Tommy, FIFA memberi sanksi pembekuan.
"Elite PSSI telah melanggar statutanya sendiri. Lalu bagaimana PSSI dan keluarga besar sepak bola menganggap pelanggaran statuta ini?" Tommy berargumen.
"Ya, kita bisa simpulkan bahwa PSSI menganggap statuta yang ibarat kitab suci sudah tidak ada artinya lagi," mantan pengurus PSSI ini menjelaskan.
Perlu dicatat, FIFA menganut zero tolerance atau nol toleransi terkait pelanggaran statuta. Terlebih, statuta PSSI merupakan adopsi dari statuta FIFA.
Rangkap Jabatan Yunus Nusi sebagai Plt Sekjen PSSI Dinilai Melanggar Statutahttps://t.co/h2o2adwA5q— SKOR Indonesia (@skorindonesia) August 1, 2020
Pada 2002, FIFA yang dipimpin oleh Sepp Blatter, menetapkan agar semua federasi sepak bola anggota FIFA mengadopsi statuta FIFA.
Maksud dan tujuan diberlakukannya statuta kepada semua federasi anggota FIFA semata-mata untuk keseragaman dalam menjalankan roda organisasi.
Dengan kata lain, jika PSSI melanggar statutanya itu sama saja melanggar statuta FIFA, organisasi tertinggi sepak bola dunia.
"Saya hanya mau mengingatkan, selama federasi kita, PSSI bergerak, berjalan, tata kelolanya di koridor aturan dalam dunia fantasi sendiri, ya akan sulit," kata Tommy Welly.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Baca Juga Berita PSSI Lainnya:
Rangkap Jabatan Yunus Nusi sebagai Plt Sekjen PSSI Dinilai Melanggar Statuta
Ketua Umum PSSI Sebut Timnas Indonesia Tak Butuhkan Karantina di Korsel
Ketua Umum PSSI Ingin Pastikan Pemain Timnas Indonesia Aman dari Covid-19