- PSSI mengubah tajuk kompetisi menjadi Liga 1 pada 2017 setelah vakum selama dua musim.
- Sempat diberlakukan marque player untuk meningkatkan nilai jual kompetisi tapi hanya semusim.
- Kontestan Liga 1 makin jarang menggunakan dua striker, melainkan dengan 4-3-3 atau 4-2-3-1.
SKOR.id - Kericuhan dan gesekan selama era Indonesia Super League (ISL) mencapai puncaknya pada 2015. Pemerintah, dalam hal ini Kemenpora, ikut campur.
ISL 2015 yang baru berlangsung dua pekan diminta dihentikan, sedangkan Kongres Pemilihan PSSI tidak disetui oleh Imam Nahrawi, Menpora saat itu.
Kompetisi akhirnya dihentikan dengan status force majeur. Tak lama berselang, FIFA menjatuhkan sanksi "mengembargo" PSSI dari pentas internasional.
Situasi pun kacau. Tarikan kampung atau tarkam marak. Sebagai siasat hidup, berbagai turnamen atau kejuaraan diadakan selama 2015.
Piala Presiden, Piala Jenderal Sudirman, Piala Bhayangkara, adalah segelintir turnamen yang diadakan untuk mengisi kevakuman, agar klub dapat pemasukan.
Baca Juga: Duet Striker Mematikan Liga Indonesia dari 2001 hingga 2019 (Bagian 1)
Sedangkan pada 2016 berlangsung sebuah kejuaaraan dengan format kompetisi, Indonesia Coccer Championship A. Ajang ini jadi sarana akhir masa suram.
Mulai 2017, kompetisi berlangsung kembali di bawah pimpinan Edy Rahmayadi yang terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. Tajuknya lantas diubah menjadi Liga 1.
Sebagai gebrakan, diberlakukan status marque player, dengan syarat sempat tampil di Piala Dunia. Namun kebijakan ini hanya berlangsung satu musim.
Baca Juga: Duet Striker Mematikan Liga Indonesia dari 2001 hingga 2019 (Bagian 2)
Secara permainan, sepak bola Indonesia pun kian modern. Makin sedikit tim yang andalkan formasi dua ujung tombak, melainkan tunggal atau trisula.
Liga 1 2017
Selain Michael Essien yang perkuat Persib, ada striker gaek kelas dunia yang tampil, yakni Peter Odemwinge dengan membela klub baru lahir, Madura United.
Duet Odemwinge bersama Greg Nwokolo yang sudah memiliki paspor Indonesia, jadi salah satu yang menakutkan, di antara individu-individu striker lainnya.
Musim ini, striker Bali United asal Belanda, Sylvano Comvalius, memecahkan rekor gol terbanyak dalam semusim milik Peri Sandria, dengan melesakkan 37 gol.
Namun, sebutan duet lebih tepat disematkan ke Odemwinge dan Greg. Dalam semusim, keduaya membukukan 39 gol, rinciannya Odemwinge 15 gol dan Greg 14 gol.
Liga 1 2018
Pada musim yang menjadi milik Persija ini, cukup sulit mencari duet mematikan, sebab sebagian besar tim menerakan formasi 4-3-3 dan atau 4-2-3-1.
Artinya, klub lebih dominan memasang satu striker yang didukung dua penyerang sayap atau winger. Salah satunya dipraktekkan Persija dan Bali United.
Karenanya, dua penyerang Persib, Ezechiel N'Douassel dan Jonathan Bauman, jadi pilihan. Keduanya muncul menjadi momok yang sangat disegani lawan.
Dalam semusim, keduanya koleksi 29 gol: Eze membukukan 17 gol dan Bauman 12 gol. Sayang penampilan impresif Persib dinodai ulah keji oknum fan klub.
Liga 1 2019
Musim ini Madura United sangat jor-joran dalam bursa transfer. Bahkan, sampai dijuluki Los Maduraticos, mengacu Los Galacticos milik klub Spanyol, Real Madrid.
Pemain-pemain bintang dikumpulkan, termasuk top scorer musim 2018, Aleksandar Rakic dari Tira Persikabo, dan striker gaek yang masih moncer, Alberto Goncalves.
Benar saja, kedua pemain ini jadi satu kesatuan yang mematikan. Dalam semusim keduanya membukukan 30 gol, dengan rincian Beto 18 gol dan Rakic 12 gol.
Walau begitu, Madura United tak bisa naik podium karena gonta-ganti pelatih dan seperti kehabisan bensin dalam laga-laga penting menjelang akhir musim.