- Perang Rusia-Ukraina berdampak pada seluruh aspek kehidupan, termasuk olahraga dan khususnya sepak bola.
- Salah satu tim yang terancam keberadaannya dengan perang ini adalah Shakhtar Donetsk.
- Mereka terancam kehilangan identitasnya jika wilayah Donetsk diambil alih Rusia.
SKOR.id - Berikut adalah ulasan mengenai dampak dari perang Rusia-Ukraina terhadap salah satu klub, Shakhtar Donetsk.
Senin, 21 Februari 2022, Presiden Rusia, Valdimir Putin resmi mengklaim dua wilayah Ukraina timur, Donetsk dan Luhanks setelah kedua kota yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia tersebut memproklamirkan diri merdeka dari Ukraina.
Pengakuan Putin terhadap dua wilayah tersebut diikuti dengan pengiriman bantuan militer Rusia ke Donetsk dan Luhanks yang berbuntut konflik yang saat ini tengah terjadi.
Hal ini tentu akan mengancam keberadaan dari salah satu klub Liga Ukraina, Shakhtar Donetsk.
Shakhtar Donetsk merupakan peserta tetap Liga Primer Ukraina sejak negara tersebut memisahkan diri dari Uni Soviet dan membentuk liga sendiri tahun 1991.
Mereka tim kedua tersukses di liga dengan koleksi 13 trofi, hanya kalah dari Dynamo Kyiv yang punya 16 piala.
Di Eropa, mereka pernah menyabet gelar UEFA Cup (sekarang Liga Europa) edisi 2008-2009 dengan mengalahkan Werder Bremen di final.
Shakhtar Donetsk juga salah satu tim yang langganan tampil di Liga Champions, dengan prestasi terbaik mencapai perempat final pada musim 2010-2011.
Shakhtar Donetsk pernah menjadi korban dari peperangan yang terjadi antara militer Ukraina dengan pasukan pro kemerdekaan.
Ya, mereka dipaksa pindah dari markas kebesarannya, Donbass Arena pada tahun 2014 akibat konflik tersebut.
Pada tahun 2014-2016 mereka memakai Arena Lviv sebagai kandangnya, kemudian juga sempat bermarkas di Stadion Metalist.
Pada Mei 2020 Shakhtar Donetsk resmi berpindah kandang ke Stadion Nasional Olimpiyskiy di Kyiv yang juga merupakan markas dari Dynamo Kyiv.
Berkaca pada kejadian di mana wilayah Krimea dicaplok oleh Rusia pada tahun 2014, dua klub yang bermarkas di sana, FC Sevastopol dan Tavriya Simferopol terkena dampaknya.
Dua tim tersebut memutuskan untuk tidak lagi berkompetisi di Liga Ukraina, namun mereka juga tidak bisa tampil di Rusia karena dilarang UEFA dan akhirnya bermain liga lokal Krimea.
Sementara itu, pecahan dari Tavriya Simferopol yang bertahan di Ukraina membentuk klub baru dengan nama SC Tavriya Simferopol yang kini bermarkas di Beryslav, Kheron oblast.
Shakhtar Donetsk bisa saja mengalami hal yang sama andai wilayah mereka jatuh ke tangan Rusia, ikut pindah tapi tak bisa berlaga di Liga Rusia atau bertahan di Ukraina namun kehilangan identitas Donetsk.
Berita Olahraga Lainnya:
UEFA Pindahkan Final Liga Champions ke Paris, Imbas Konflik Rusia-Ukraina
''Corak Rusia'' Dilucuti, Tim Haas Tampil Beda di Hari Ketiga Tes Pramusim