- Diogo Dalot salah satu pemain yang menjadi sorotan jelang laga 16 besar Liga Europa antara AC Milan menghadapi Manchester United, Kamis atau Jumat (12/3/2021).
- Diogo Dalot pemain yang bergabung dengan Milan pada Oktober 2020 lalu dengan status pinjaman dari Setan Merah.
- Bek 21 tahun ini menuturkan pengalamannya di I Rossoneri dan persahabatannya dengan Rafael Leao.
SKOR.id - Diogo Dalot salah satu kunci sukses AC Milan melangkah ke 16 besar Liga Europa.
Bek 21 tahun ini total tampil dalam delapan pertandingan ajang Eropa tersebut, mencetak satu gol dan memberikan dua assist.
Dalot merupakan pemain istimewa bagi pelatih Stefano Pioli. Meski tidak sering diturunkan di Liga Italia, tapi Dalot pemain yang sangat penting khususnya di ajang Liga Europa.
Musim ini, total Diogo Dalot telah bermain dalam 21 pertandingan di semua ajang dengan mencetak dua gol dan memberikan dua assist.
Di Milan, dia sangat dekat dengan Rafael Leao, salah satu pemain muda I Rossoneri lainnya. Keduanya memang teman dekat karena berasal dari satu negara yang sama, Portugal.
Masa depan Diogo Dalot akan ditentukan setelah musim ini berakhir. Apakah dia akan kembali ke Manchester United atau tetap di Milan dengan status pembelian penuh.
Diogo Dalot adalah pemain asal Portugal ketujuh dalam sejarah AC Milan. Lalu, apa saja pengalaman dan kesannya selama ini berada di bawah asuhan Stefano Pioli?
Apa pula ceritanya tentang Rafael Leao serta peran orangtuanya yang membuat dirinya kini menjadi bintang?
Lalu apa penilaiannya tentang orang portugal di Liga Italia? Skor.id merangkum wawancara Diogo Dalot, berikut petikannya:
Diogo Dalot, hanya Rui Costa, pemain Portugal yang meraih scudetto dan Liga Champions bersama Milan. Apakah memang ada kesulitan bagi pemain Portugal beradaptasi dengan sepak bola di sini?
Dari aspek fisik dan juga intensitas pertandingan, sepak bola Italia jelas menuntut lebih banyak dibandingkan dengan sepak bola di Portugal.
Namun, Rui Costa menunjukkan bahwa kami, pemain Portugal, tahu bagaimana beradaptasi. Itulah yang saya lakukan di sini dan itu pula yang membuat saya bangga.
Apakah usia ada kaitannya, seperti juga Rafael Leao?
Saya kira demikian. Kami pemain muda tentu lebih terbuka dengan hal-hal yang baru. Fakta bahwa saya sudah sangat mengenal Leao selama beberapa tahun menjadi faktor yang juga membantu saya di sini.
Meski demikian, pada dasarnya, saya beruntung berada di tim ini, di antara pemain, staf pelatih. Semua itu membantu saya untuk cepat beradaptasi.
Tentang Rafael Leao, melihat Anda berdua ada perbedaan. Satu berkarakter tenang, seperti juga sikap Anda sedangkan yang satu lagi (Leao), lebih energik. Termasuk dengan pilihan pakaian yang kalian kenakan dan warna rambut. Benar demikian?
Ya, kami memang sangat berbeda. Di luar lapangan, dia (Leao) terlihat sebagai sosok yang sangat riang begitu pun di lapangan.
Sedangkan saya hanya mencoba lebih fokus. Tapi itu tidaklah penting. Mungkin bisa dikatakan saya dan Leao punya perbedaan dalam soal mode.
Mungkin inilah yang membuat kami menjadi sangat dekat. Kami saling melengkapi.
Di luar lapangan, siapa di antara kalian yang paling atau sering menjadi anutan?
Saya hampir seperti seorang ayah baginya. Saya menenangkannya, saya memintanya untuk berpikir sebelum bertindak atau melakukan sesuatu hal.
Saya mencoba terus dekat dengannya dan mengatakan apa yang baik dan apa yang tidak baik.
Apa yang dia katakan?
Dia justru bersikap berbeda (tertawa). Dia bilang bahwa saya harus lebih santai dan saya tidak seharusnya khawatir terlalu berlebihan dengan sesuatu.
Ya, kami bertentangan satu sama lain, dan itu lucu (tertawa).
Rafael Leao orang yang sering bercanda....
Saya mengunggah foto di instagram ketika dia melempar saya dengan salju di Milanello. Dia juga meledek saya ketika saya melupakan sesuatu untuk latihan.
Namun, tidak berlebihan bercandanya, karena dia tahu saya akan marah jika dia melakukan demikian.
Rafael Leao juga sering membawa lagu atau musik ke ruang ganti kalian dan dia suka memperdengarkan lagu untuk Anda...
Benar. Saya suka musik Fado. Hanya orang tertentu dengan selera musik yang bisa memahami dan menikmatinya. Bagi kami, Portugal adalah sebuah sejarah, tradisi, kebudayaan.
Namun, tentu saja, saya tidak terlalu berharap itu akan diperdengarkan di Milanello (tertawa). Sebelum latihan, saya biasanya mendengarkan musik Reggaeton, Hip-Hop.
Intinya, musik adalah sesuatu yang dapat dinikmati oleh hampir semua orang di dunia ini.
Kembali ke soal Portugal yang ada di Italia. Tidak ada yang paling tenar selain Cristiano Ronaldo. Apakah Anda pernah bertemu dengannya selain di pertandingan antara Milan vs Juventus misalnya?
Ya, itu terjadi pada musim panas lalu di timnas Portugal. Kami (saya) merupakan bagian dari tim U-21, kami satu hotel dengan pemain-pemain senior.
Saya sungguh benar-benar ingin bertemu dengan dirinya dan dia memang menjadi contoh bagi saya. Dia idola saya ketika masih kecil.
Saya berharap untuk sering berbagi momen bersamanya, khususnya di lapangan dengan mengenakan kaus timnas Portugal.
Ronaldo juga akan menghadapi sosok yang juga berasal dari negara Anda, Sergio Conceicao, pelatih Porto, di 16 besar Liga Champions. Conceicao yang memperkenalkan Anda kepada dunia sepak bola. Dia sosok seperti apa di mata Anda?
Dia memiliki personalitas yang sangat kuat. Dia melakukan tugas yang sangat penting dan hasilnya sudah berbicara betapa hebatnya dia sebagai pelatih. Dia tidak pernah kehilangan mentalitas yang kuat.
Lalu, ada pelatih Portugal lainnya, Jose Mourinho. Dia yang melatih Anda ketika masih di Manchester United. Apa yang diberikannya kepada Anda, yang dapat Anda pelajari?
Banyak hal. Yang utama, dia sosok yang membuat saya mampu meningkatkan karier saya, membuat saya bermain di liga yang sangat penting, serta kompetisi yang penting yaitu Liga Champions.
Dia selalu menunjukkan kepada saya, dengan menjelaskannya, apa kekurangan saya. Dan saya sangat menyukai bagaimana dia mengatur sebuah tim.
Lalu, apa yang Anda sukai dari Stefano Pioli?
Kemampuannya berkomunikasi dengan pemain, membuat setiap pemain merasa berguna dan spesial.
Itu berlaku bagi semua pemain, apakah dia sering main atau hanya main beberapa kali saja dalam sebulan.
Sebagai pelatih, dia melakukan hal yang fantastis. Posisi kami di klasemen sudah cukup berbicara tentang Pioli.
Apakah Anda memang selalu bermain sebagai fullback sepanjang karier Anda?
Saya justru memulainya dari posisi sayap. Lalu, pada 2013-2014, saya beralih posisi sebagai bek.
Apakah peran ayah Anda yang membuat Anda bermain bola?
Dia memiliki mimpi menjadi pemain sepak bola sedangkan nenek saya meminta dia untuk tetap menuntut ilmu, belajar.
Dan, dia kemudian memang berhasil menjadi pengacara. Ayah pengacara, ibu saya guru, saya cukup sepak bola saja (tertawa).
Kenangan yang paling Anda ingat yang menurut Anda mengubah tujuan hidup Anda?
Namun, saya ingat ketika dia menuntun saya dan membawa saya melihat pertandingan Porto di stadion.
Ketika itu saya berusia 4-5 tahun. Anda tahu, yang saya lihat adalah timnya Porto asuhan Jose Mourinho yang memenangkan gelar Liga Champions.
Ibu saya adalah seorang guru. Dalot adalah nama terakhirnya. Di portugal, biasanya seorang anak memang dinamakan mengambil dari nama terakhir ibunya. Sedangkan ayah saya nama belakangnya adalah Jacinto.
Ayah seorang pengacara, ibu seorang guru. Itu mungkin yang membuat Anda menjadi sosok yang terlihat selalu serius. Namun, ada sesuatu yang 'gila' yang pernah Anda lakukan?
Sulit untuk menjawab pertanyaan tersebut. Mungkin, saya mengambil risiko ketika saya bergabung ke Porto dalam usia 14 tahun.
Lalu pergi ke Inggris ketika usia saya baru 18 tahun, dan datang ke Milanelo dalam usia saya yang 21 tahun. Dalam sudut pandang saya, selalu ada pilihan yang memang sedikit 'gila'.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Kecewa pada Eden Hazard, Real Madrid Bidik Penyerang Manchester City https://t.co/wHquiSTfus— SKOR Indonesia (@skorindonesia) March 9, 2021
Berita AC Milan Lainnya:
Jelang Man United vs AC Milan, Bruno Fernandes dan Diogo Dalot Bertukar Pesan
Bukan Ibrahimovic yang Bakal Dikontrak Panjang AC Milan, Melainkan Pemain Kesayangan Pioli